Kampung Lebah
Catatan Ziarah Walisongo Hari Ke-5
Kampung Lebah. Itu adalah nama sebuah kampung muslim yang terletak di kabupaten Klungkung Bali. Kampung ini adalah satu diantara lima kampung muslim yang ada di Klungkung. Ada kampung Gelgel, kampung Jawa, kampung Kosambi dan sebuah kampung di Nusapenida.
Rombongan kami tiba dikampung lebah malam hari kurang lebih pukul 09.00. Agak mengejutkan, karena kedatangan kami disambut oleh aparat keamanan. Ada Kapolsek, ada Dandim dan sejumlah intel dan Babinsa. Pengamanan berlebih ini ada kaitannya dengan perayaan natal dan tahu baru.
Kami beristirahat di Pesantren Tarbiyatul Athfal Kampung Lebah. Pesantren ini memiliki sebuah masjid yang cukup luas dan megah.
Baru sebentar beristirahat, saya didatangi oleh seorang pemuda Kampung Lebah. Ia mengatakan, para santri banyak yang keluyuran dijalan. Mohon santri ditarik lagi ketempat peristirahatan, karena dalam situasi seperti ini, tidak baik keluyuran malam malam karena dapat mengganggu ketentraman. Saya terpaksa turun kejalan, memaksa santri kembali. Ada beberapa santri yang sudah jauh, terpaksa saya susul. Setelah semua santri berhasil saya kembalikan, barulah saya berbincang dengan sekelompok pemuda yang berjaga jaga disitu.
Kata mereka, pernah terjadi salah faham antar warga Hindu dan Muslim gara gara anak muda yang keluyuran. Masyarakat Hindu dan Muslim disini hidup bersatu. Masyarakat muslim adalah ragi pemanis kerukunan antar ummat beragama di Klungkung.
Masuk waktu subuh, saya dibangunkan oleh suara adzan. Saya segera mandi dan bersiap siap sholat. Setelah siap, terdengar suara tarhim. Lho kok aneh.? Harusnya tarhim dulu baru adzan.
Setelah tarhim selesai, saya kira mereka akan iqamat. Ternyata adzan lagi...
Dikampung lebah, adzan subuh memang dilakukan dua kali.
Dalam sholat berjamaah, sang imam membaca do'a qunut. Sebagian jama'ah mengangkat tangan ikut berqunut. Sementara yang lain diam saja. Rupanya, masyarakat muslim disini beragam. Ada yang qunut ada yang tidak. Semuanya rukun bersatu dibawah satu imam. Perbedaan kecil seperti qunut, tidak akan membuat mereka berpecah belah.
Setelah sholat subuh, ada kultum. Setelah kultum, jamaah sholat subuh dipersilahkan sarapan bersama. Ada susu hangat, teh, dan kopi. Makanannya ada kue putu mayang. Saya bertanya kepada salah satu jama'ah : apakah ini karena ada kita yang datang bertamu? Jawabnya : tidak, setiap subuh memang seperti ini. Kami ingin menarik jamaah subuh sebanyak banyaknya, karena kami sudah tidak punya sesepuh yang bisa menarik orang dengan kharismanya. LUAR BIASA!!