Ketika Umar Bin Abdul Azis Diangkat Menjadi Khalifah
Khalifah Umar Bin Abdul Azis adalah khalifah bani Ummayyah yang paling gemilang. Meski hanya kurang lebih 3 tahun ia menjabat sebagai khalifah, namun catatan mengenai kepemimpinannya yang adil, serta pribadinya yang soleh telah memenuhi lembaran lembaran sejarah peradaban Islam.
Menarik untuk diikuti, bagaimana detik detik Umar Bin Abdul Azis menjabat sebagai khalifah. Padahal ia bukan keturunan langsung dari Sulaiman Bin Abdul Malik, khalifah bani Ummayyah yang menjabat saat itu.
Dalam kisah ini juga terungkap perjuangan seorang tabiin bernama Roja' Bin Haiwah yang telah memuluskan jalan bagi Umar Bin Abdul Azis untuk menjabat khalifah.
Khalifah Sulaiman merasa sudah waktunya untuk mengumumkan wasiat yang telah ditulisnya. Ia menyuruh kepala polisinya untuk mengumpulkan semua kerabat, dan pejabat pejabat kerajaan. Kemudian Khalifah berkata : "sesungguhnya surat yang ada ditangan Roja' itu adalah suratku. Berisi nama orang yang aku tunjuk sebagai penggantiku. Aku ingin kalian berbaiat untuk tunduk dan patuh terhadap isi surat itu."
Maka mereka maju satu persatu untuk berbaiat.
Setelah orang orang pergi, Umar Bin Abdul Azis menghampiri Roja' dan berkata :
Roja' berkata : " tidak...!!! demi Allah... tidak akan aku beritahukan padamu walau satu huruf..!"
Umar Bin Abdul Azis pun pergi dengan kecewa.
Lalu datanglah Hisyam Bin Abdul Malik, adik sang Khalifah. Ia berkata :
Setelah orang orang berkumpul di Masjid Dabiq, Roja' naik kemimbar dan berseru :
Mudah mudahan kisah ini bisa diteladani oleh mereka mereka yang mendapat amanat sebagai pemimpin.
Diceritakan kembali oleh Subhan Hidayat dari kitab Suwar min hayat tabi'in karya dr. Ro'fat Basya
Semoga bermanfaat.
Menarik untuk diikuti, bagaimana detik detik Umar Bin Abdul Azis menjabat sebagai khalifah. Padahal ia bukan keturunan langsung dari Sulaiman Bin Abdul Malik, khalifah bani Ummayyah yang menjabat saat itu.
Dalam kisah ini juga terungkap perjuangan seorang tabiin bernama Roja' Bin Haiwah yang telah memuluskan jalan bagi Umar Bin Abdul Azis untuk menjabat khalifah.
Diawali Sakitnya Sulaiman Bin Abdul Malik
Sulaiman Bin Abdul Malik adalah khalifah Bani Ummayyah ke-7 yang memerintah dari tahun 96 H - 99 H. Ia menduduki jabatan ke khalifahan menggantikan kakaknya, Al-Walid Bin Abdul Malik Bin Marwan.
Suatu hari, pada hari Jum'at diawal bulan Shafar tahun 99 H, Sulaiman Bin Abdul Malik ditemani oleh seorang tabiin kepercayaannya bernama Roja' bin Haiwah berada di kota Dabiq dalam usahanya menaklukkan Konstantinopel.
Ketika waku sholat Jum'at sebentar lagi tiba, Khalifah Sulaiman mengambil ai wudhu', kemudian ia berhias dan memandangi dirinya didepan cermin. Ia mengagumi dirinya sendiri yang masih tampak muda, gagah dan kuat... Ketika itu umurnya baru 40 tahun.
Kemudian ia berangkat sholat jum'at di masjid, dan ia kembali dari masjid dalam keadaan demam tinggi. Khalifah terbaring sakit. Usaha penyembuhan sudah dilakukan, tetapi sakit yang dideritanya itu tidak membaik. Malah semakin hari semakin parah.
Maka ia memanggil Roja' bin Haiwah, untuk menemaninya berdua didalam kamar.
Roja' memenuhi panggilan Khalifah. Ia minta izin masuk kedalam kamar. Dilihatnya khalifah dalam keadaan duduk dan tampak sedang menulis sesuatu diatas kertas. Roja' bin Haiwah merasa senang karena keadaan khalifah sepertinya membaik dan sudah bisa duduk.
Roja' bertanya : "Wahai Amirul Mukminin, apa yang sedang kau kerjakan..."
Khalifah menjawab : "Aku sedang menulis surat wasiat. Surat penunjukan anakku, Ayyub untuk menggantikan aku sebagai khalifah".
Roja' berkata :
Suatu hari, pada hari Jum'at diawal bulan Shafar tahun 99 H, Sulaiman Bin Abdul Malik ditemani oleh seorang tabiin kepercayaannya bernama Roja' bin Haiwah berada di kota Dabiq dalam usahanya menaklukkan Konstantinopel.
Ketika waku sholat Jum'at sebentar lagi tiba, Khalifah Sulaiman mengambil ai wudhu', kemudian ia berhias dan memandangi dirinya didepan cermin. Ia mengagumi dirinya sendiri yang masih tampak muda, gagah dan kuat... Ketika itu umurnya baru 40 tahun.
Kemudian ia berangkat sholat jum'at di masjid, dan ia kembali dari masjid dalam keadaan demam tinggi. Khalifah terbaring sakit. Usaha penyembuhan sudah dilakukan, tetapi sakit yang dideritanya itu tidak membaik. Malah semakin hari semakin parah.
Maka ia memanggil Roja' bin Haiwah, untuk menemaninya berdua didalam kamar.
Roja' memenuhi panggilan Khalifah. Ia minta izin masuk kedalam kamar. Dilihatnya khalifah dalam keadaan duduk dan tampak sedang menulis sesuatu diatas kertas. Roja' bin Haiwah merasa senang karena keadaan khalifah sepertinya membaik dan sudah bisa duduk.
Roja' bertanya : "Wahai Amirul Mukminin, apa yang sedang kau kerjakan..."
Khalifah menjawab : "Aku sedang menulis surat wasiat. Surat penunjukan anakku, Ayyub untuk menggantikan aku sebagai khalifah".
Roja' berkata :
"Wahai amirul mukminin...!... sesungguhnya yang bisa menjaga seorang khalifah di alam kuburnya, dan melepaskan tanggung jawabnya dihadapan Tuhannya adalah bila ia menunjuk pengganti yang sholeh..... anakmu Ayyub itu masih kecil..... belum terlihat kesolehannya....!!
Khalifah tampak merenung sebentar....kemudian ia merobek surat wasiat itu dan berkata :.. "sebenarnya aku belum sungguh sungguh ingin menunjuk Ayyub. Aku akan beristikharah, meminta petunjuk kepada Allah....."
Beberapa hari kemudian, khalifah kembali memanggil Roja' Bin Haiwah di kamarnya.
Khalifah bertanya : .."menurutmu bagaimana dengan anakku Dawud...!!"
Roja' menjawab : .."wahai Amiral Mukminin..!! ia sedang berada dimedan pertempuran menaklukkan Konstantimopel. Anda tidak tahu ia masih hidup ataukah sudah mati syahid."
Khalifah bertanya : " kalau begitu siapa wahai Roja'..."
Roja' menjawab : " terserah paduka..."
Kemudian khalifah menyebutkan beberapa nama lagi untuk dicalonkan menjadi khalifah. Namun semua nama itu disingkirkan satu demi satu oleh Roja' bin Haiwah. Didalam hati Roja', sudah ada satu calon yang paling layak yaitu Umar Bin Abdul Azis. Tetapi khalifah tidak kunjung menyebutkan namanya....
Akhirnya Khalifah berkata : " Bagaimana menurutmu Umar Bin Abdul Azis...? "
Mendengar itu, Roja' seperti melonjak kegirangan. Nama yang ditunggu tunggu akhirnya disebutkan oleh khalifah. Ia segera berkata : " wahai paduka, setahuku ia adalah orang yang sempurna akal dan agamanya..."
Khalifah berkata : " Demi Allah, engkau benar. Ia memang seperti itu. Tetapi aku takut, bila dia yang aku pilih, maka aku akan menutup jalan bagi keturunan Abdul Malik untuk berkuasa. Ini akan menimbulkan fitnah dan kegoncangan besar. Mereka tidak akan membiarkannya berkuasa."
Roja' berkata : " kalau begitu, tunjuk juga salah satu dari keturunan Abdul Malik sebagai pengganti Umar apabila nanti telah mangkat."
Khalifah berkata : " engkau benar....itu akan menentramkan mereka..."
Lalu khalifah mengambil kertas baru dan menulis wasiat menunjuk Umar Bin Abdul Azis sebagai khalifah menggantikan dirinya. Dan menunjuk Yazid Bin Abdul Malik untuk menggantikan Umar bin Abdul Azis, apabila kelak ia mangkat.
Surat ditanda tangani kemudian disegel dan diberikan kepada Roja'
Beberapa hari kemudian, khalifah kembali memanggil Roja' Bin Haiwah di kamarnya.
Khalifah bertanya : .."menurutmu bagaimana dengan anakku Dawud...!!"
Roja' menjawab : .."wahai Amiral Mukminin..!! ia sedang berada dimedan pertempuran menaklukkan Konstantimopel. Anda tidak tahu ia masih hidup ataukah sudah mati syahid."
Khalifah bertanya : " kalau begitu siapa wahai Roja'..."
Roja' menjawab : " terserah paduka..."
Kemudian khalifah menyebutkan beberapa nama lagi untuk dicalonkan menjadi khalifah. Namun semua nama itu disingkirkan satu demi satu oleh Roja' bin Haiwah. Didalam hati Roja', sudah ada satu calon yang paling layak yaitu Umar Bin Abdul Azis. Tetapi khalifah tidak kunjung menyebutkan namanya....
Akhirnya Khalifah berkata : " Bagaimana menurutmu Umar Bin Abdul Azis...? "
Mendengar itu, Roja' seperti melonjak kegirangan. Nama yang ditunggu tunggu akhirnya disebutkan oleh khalifah. Ia segera berkata : " wahai paduka, setahuku ia adalah orang yang sempurna akal dan agamanya..."
Khalifah berkata : " Demi Allah, engkau benar. Ia memang seperti itu. Tetapi aku takut, bila dia yang aku pilih, maka aku akan menutup jalan bagi keturunan Abdul Malik untuk berkuasa. Ini akan menimbulkan fitnah dan kegoncangan besar. Mereka tidak akan membiarkannya berkuasa."
Roja' berkata : " kalau begitu, tunjuk juga salah satu dari keturunan Abdul Malik sebagai pengganti Umar apabila nanti telah mangkat."
Khalifah berkata : " engkau benar....itu akan menentramkan mereka..."
Lalu khalifah mengambil kertas baru dan menulis wasiat menunjuk Umar Bin Abdul Azis sebagai khalifah menggantikan dirinya. Dan menunjuk Yazid Bin Abdul Malik untuk menggantikan Umar bin Abdul Azis, apabila kelak ia mangkat.
Surat ditanda tangani kemudian disegel dan diberikan kepada Roja'
***
Aku Yang Paling Pantas Menjadi Khalifah !
Khalifah Sulaiman merasa sudah waktunya untuk mengumumkan wasiat yang telah ditulisnya. Ia menyuruh kepala polisinya untuk mengumpulkan semua kerabat, dan pejabat pejabat kerajaan. Kemudian Khalifah berkata : "sesungguhnya surat yang ada ditangan Roja' itu adalah suratku. Berisi nama orang yang aku tunjuk sebagai penggantiku. Aku ingin kalian berbaiat untuk tunduk dan patuh terhadap isi surat itu."
Maka mereka maju satu persatu untuk berbaiat.
Setelah orang orang pergi, Umar Bin Abdul Azis menghampiri Roja' dan berkata :
wahai Roja'... demi Allah, beritahukan kepadaku siapa orang yang ditunjuk Khalifah sebagai penggantinya. Sungguh aku takut bila surat itu menyebut nyebut namaku. Khalifah selama ini terlalu berprasangka baik padaku...!!
Roja' berkata : " tidak...!!! demi Allah... tidak akan aku beritahukan padamu walau satu huruf..!"
Umar Bin Abdul Azis pun pergi dengan kecewa.
Lalu datanglah Hisyam Bin Abdul Malik, adik sang Khalifah. Ia berkata :
wahai Roja'.... aku percaya dan menaruh hormat padamu.... tolong beritahukan kepadaku siapa yang ditunjuk oleh khalifah untuk menjadi penggantinya... kalau disitu tertulis namaku, aku akan merahasiakannya. Bila yang tertulis disitu bukan namaku, aku akan bicara.... orang seperti aku tidak boleh disingkirkan dari masalah ini..!
Maka Roja' berkata : " demi Allah...!! Tidak akan kuberitahu...!"
Hisyam pun pergi dengan marah. Dia mengepalkan tangan dan meninju telapak tangannya sendiri sambil berkata :
"untuk siapa surat itu kalau bukan untukku. Apakah khalifah akan mengeluarkan keturunan Abdul Malik..? demi Allah...!! akulah yang paling pantas dari semua anak anak Abdul Malik....!
Setelah peristiwa itu, Roja' masuk kekamar Khalifah. Didapatinya sang khalifah sudah bernafas dengan payah. Ia sedang mengalami sakratul maut. Maka Roja' memiringkan tubuh khalifah kearah kiblat.
Tetapi khalifah berkata : " belum waktunya wahai Roja'..."
Kejadian itu terulang sebanyak dua kali. Setelah yang ketiga, barulah khalifah berkata : "sekaranglah wahai Roja'... lakukan yang ingin kau lakukan..."
Selanjutnya sang Khalifah mengucapkan dua kalimat syahadat. Roja' memiringkan tubuh khalifah kearah kiblat.dan pelan pelan khalifah melepaskan rohnya.
Roja' memejamkan mata Khalifah. Kemudian menutupi wajahnya dengan kain hijau. Lalu ia keluar dari kamar sambil menutup pintu. Para istri khalifah, bergegas menghampirinya. Mereka ingin menemui Khalifah. Namun Roja' berkata : "Khalifah baru tidur setelah lama begadang. Biarkan dia dulu...."
Roja' mengunci pintu erat erat.
Kemudian Roja' menyuruh kepala polisi untuk mengumpulkan orang orang di masjid. Orang orangpun dengan cepat berkumpul karena mereka ingin tahu kabar khalifah. Mereka bertanya bagaimana keadaan Khalifah..?
Hisyam pun pergi dengan marah. Dia mengepalkan tangan dan meninju telapak tangannya sendiri sambil berkata :
"untuk siapa surat itu kalau bukan untukku. Apakah khalifah akan mengeluarkan keturunan Abdul Malik..? demi Allah...!! akulah yang paling pantas dari semua anak anak Abdul Malik....!
Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik Wafat
Tetapi khalifah berkata : " belum waktunya wahai Roja'..."
Kejadian itu terulang sebanyak dua kali. Setelah yang ketiga, barulah khalifah berkata : "sekaranglah wahai Roja'... lakukan yang ingin kau lakukan..."
Selanjutnya sang Khalifah mengucapkan dua kalimat syahadat. Roja' memiringkan tubuh khalifah kearah kiblat.dan pelan pelan khalifah melepaskan rohnya.
Roja' memejamkan mata Khalifah. Kemudian menutupi wajahnya dengan kain hijau. Lalu ia keluar dari kamar sambil menutup pintu. Para istri khalifah, bergegas menghampirinya. Mereka ingin menemui Khalifah. Namun Roja' berkata : "Khalifah baru tidur setelah lama begadang. Biarkan dia dulu...."
Roja' mengunci pintu erat erat.
Kemudian Roja' menyuruh kepala polisi untuk mengumpulkan orang orang di masjid. Orang orangpun dengan cepat berkumpul karena mereka ingin tahu kabar khalifah. Mereka bertanya bagaimana keadaan Khalifah..?
Roja' menjawab : " lebih tenang, semenjak dia sakit..." Orang orang berkata : alhamdulillah...
Saat Saat Genting : Penunjukan Umar Bin Abdul Azis Sebagai Khalifah
Setelah orang orang berkumpul di Masjid Dabiq, Roja' naik kemimbar dan berseru :
..berbaiatlah kalian kepada orang yang ditunjuk oleh surat ini...!!!
Mereka menjawab : " kami sudah berbaiat...!! untuk apa kami berbaiat lagi.."
Roja' menjawab : " ini perintah khalifah... tunduklah pada perintah khalifah dan tunduklah terhadap isi suratnya...!"
Maka merekapun kembali berbaiat satu persatu.
Setelah selesai, Roja' memberi pengumuman : " sesungguhnya Khalifah telah wafat baru saja. Innaa lillahi wa innaa ilaihi rajiun...!!
Suasana berubah gaduh oleh orang orang yang ramai membaca istirja'. Dan beberapa diantaranya menangis. Lalu perlahan lahan suasana kembali tenang.
Roja' mengeluarkan surat khalifah dari kotak penyimpanannya. Ia tunjukkan segelnya yang masih asli dan masih utuh. Pelan pelan ia membuka surat itu diiringi pandangan berdebar debar dari para hadirin.
Kemudian Roja' membaca surat itu, sampai pada kata kata : "....Umar Bin Abdul Azis..."
Hisyam bin Abdul Malik berteriak keras :
Roja' menjawab : " ini perintah khalifah... tunduklah pada perintah khalifah dan tunduklah terhadap isi suratnya...!"
Maka merekapun kembali berbaiat satu persatu.
Setelah selesai, Roja' memberi pengumuman : " sesungguhnya Khalifah telah wafat baru saja. Innaa lillahi wa innaa ilaihi rajiun...!!
Suasana berubah gaduh oleh orang orang yang ramai membaca istirja'. Dan beberapa diantaranya menangis. Lalu perlahan lahan suasana kembali tenang.
Roja' mengeluarkan surat khalifah dari kotak penyimpanannya. Ia tunjukkan segelnya yang masih asli dan masih utuh. Pelan pelan ia membuka surat itu diiringi pandangan berdebar debar dari para hadirin.
Kemudian Roja' membaca surat itu, sampai pada kata kata : "....Umar Bin Abdul Azis..."
Hisyam bin Abdul Malik berteriak keras :
AKU TIDAK MAU BERBAIAT SELAMANYA...!!!
Roja berteriak lebih keras :
KALAU BEGITU AKU PENGGAL KEPALAMU !! MAJULAH UNTUK BERBAIAT !!
Hisyam terkejut dengan ketegasan dan keberanian Roja'. Ia tidak punya pilihan selain berbaiat. Maka saat upacara pembaiatan, iapun maju memberikan baiat (sumpah setia) nya.
Dengan langkah kaki kesal, ia menghampiri Umar Bin Abdul Azis dan berkata dihadapannya :
Dengan langkah kaki kesal, ia menghampiri Umar Bin Abdul Azis dan berkata dihadapannya :
innalillahi wa inna ilaihi rajiuun
Kata kata ini adalah ungkapan kekesalan Hisyam, mengapa bukan dia yang dipilih jadi khalifah.
Umar Bin Abdul Azis menjawab dengan ucapan yang sama :
Umar Bin Abdul Azis menjawab dengan ucapan yang sama :
innalillahi wa inna ilaihi rajiuun
Kata kata ini diucapkan Umar sebagai ungkapan rasa sedih dan berat, mengapa dia yang dipilih jadi khalifah padahal dia tidak menginginkannya.
Penunjukan Umar Bin Abdul Azis ini kelak terbukti sebagai langkah yang tepat, karena telah mengembalikan wajah Islam kepada keindahannya. Umar bin Abdul Azis memimpin dengan adil dan bijaksana. Salah satu jasanya yang sangat besar bagi ummat Ialsm adalah ia memerintahkan para ulama untuk menulis hadis dan membukukannya.
Penunjukan Umar Bin Abdul Azis ini kelak terbukti sebagai langkah yang tepat, karena telah mengembalikan wajah Islam kepada keindahannya. Umar bin Abdul Azis memimpin dengan adil dan bijaksana. Salah satu jasanya yang sangat besar bagi ummat Ialsm adalah ia memerintahkan para ulama untuk menulis hadis dan membukukannya.
***
Mudah mudahan kisah ini bisa diteladani oleh mereka mereka yang mendapat amanat sebagai pemimpin.
Diceritakan kembali oleh Subhan Hidayat dari kitab Suwar min hayat tabi'in karya dr. Ro'fat Basya
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar