Resensi Kitab Daqa'iqul Akhbar
DAQAIQUL AKHBAR KITAB “SESAT” RUJUKAN PESANTREN ?
Oleh : Subhan Hidayat, S.Sos.I
Judul tersebut kami salin sepenuhnya dari judul sebuah artikel yang beredar luas diinternet (tanpa diberi tanda petik dan tanda tanya). Isi artikel tersebut, menyebut kitab DAQA’IQUL AKHBAR dalam dua hal : Pertama, ia adalah kitab sesat, tidak ilmiyah, banyak hadis palsunya, dan berbahaya.
Kedua, ia adalah rujukan pesantren.
Setelah membaca artikel tersebut, saya yakin si penulis artikel belum menghabiskan isi kitab secara keseluruhan. Saya rasa ini hanyalah masalah cara pandang dan cara pendekatan yang berbeda. Memang demikian, sebuah bacaan atau buku, bila didekati dengan cara pandang tertentu, kadang kadang menimbulkan resistensi (penolakan) terhadap isinya.
Kitab daqa’iqul akhbar adalah sebuah kitab nasihat dan perenungan, bukan kitab hadis yang harus terjamin kesohihannya, juga bukan buku sejarah yang harus akurat data datanya. Kitab ini hanya kumpulan nasihat nasihat yang sampaikan dalam balutan kisah kisah dan hikayat hikayat, dengan mengesampingkan keakuratan secara ilmiah tentunya.
Mengenai Kitab Daqa’iqul akhbar
Judul lengkap kitab ini adalah Daqa’iqul akhbar Fi Dzikri al Jannah Wan-Naar (berita berita mendetail tentang surga dan neraka). Ia berisi banyak kisah kisah, berita berita yang berkaitan dengan hari kiamat seperti yaumul hisab, sifat sifat surga dan kenikmatannya, neraka dan jenis jenis siksaannya.
Kitab kuning kecil yang hanya setebal 42 halaman ini dibagi dalam 46 bab, yang kesemuanya menarik untuk dibaca. Diawali dengan awal penciptaan nur (cahaya) nabi Muhammad, kemudian merembet ke penciptaan malaikat, roh, bagaimana roh dicabut, alam barzakh, kiamat, kemudian akhir perjalanan kesurga atau keneraka.
Dalam menjelaskan tiap babnya, pengarang kitab sangat mendetail sehingga kita bisa membayangkan bagaimana rupa makhluq makhluq ghaib yang dibicarakannya. Misalnya ketika menceritakan malaikat, kita diberi gambaran seberapa besar ukurannya, apa warnanya, bulu bulunya terbuat dari apa, dan seterusnya. Seolah olah si pengarang pernah menyaksikan langsung hal hal gaib itu. Ini mungkin yang menjadi pangkal masalah.
Tidak diragukan lagi bahwa kebanyakan hikayat dan ceritanya tidak berdasarkan kepada dalil yang sohih karena berkaitan dengan perkara perkara gaib yang tidak ada ruang bagi akal pikiran untuk menangkapnya. Bisa jadi ini adalah rekaan imajinasi si pengarang, bisa jadi ia mengambil hikayat dari mulut kemulut, bisa jadi juga ia mengambil kisahnya dari karya karya terdahulu. Mengenai asumsi terakhir ini, ada sedikit bukti bukti diakhir tulisan ini.
Kalau demikian, mengapa kitab ini harus dihakimi ? sebuah rekaan fiktif kok dihakimi. Emangnya situ tahu kalau yang digambarkannya itu salah ? Sama sama tidak tahu kok.
Siapa Pengarangnya ?
Kitab Daqoiqul akhbar dinisbatkan kepada lebih dari satu pengarang. Ada yang mengaitkan kitab ini dengan imam Al-Ghazali, ada yang mengaitkannya kepada imam As-Suyuthi, ada juga yang mengaitkannya kepada Abu Laits As-Samarqondi.
Pendapat yang paling banyak diikuti adalah kitab ini karangan Al Imam Abdurrahim bin Ahmad al Qadhi. Pada edisi cetakan Mesir tahun 1306 H, terdapat kata penutup berbunyi : Dengan pertolongan Allah, telah selesai pencetakan kitab Daqoíqul Akhbar karya Al Imam Abdurrahim bin Ahmad al Qadhi ………
Lalu Siapa Al Imam Abdurrahim bin Ahmad al Qadhi ? Tidak banyak informasi yang dapat kami sajikan, karena nama tersebut dimiliki banyak orang. Bila anda coba search di google, anda akan dapati banyak ulama yang namanya sama seperti itu.
Rujukan Pesantren ?
Dalam artikel yang kami singgung terdahulu, terdapat pembahasan bahwa kitab daqa’iqul akhbar adalah rujukan pesantren. Si penulis artikel seolah oleh mencoba mengukur kedalaman keilmuan pesantren menggunakan kitab ini.
Sebenarnya kitab Daqa’iqul akhbar ini hanya “slilit sang kiai”..kitab ringan yang hanya dikaji pada waktu waktu tertentu seperti saat saat Ramadhan, liburan, dan lain lain. Adapun kitab kajian regular, yang merupakan rujukan sesungguhnya dunia pesantren, adalah kitab kitab ilmiyah yang sangat berat semacam Sohih Bukhari, Fathul Wahab, Jam’ul Jawami’, Syuruh Alfiyah, dan lain lain.
Peserta pengajian Daqa’iqul akhbar pun rata rata santri senior yang sudah memiliki bekal cukup untuk menyaring informasi informasi yang masuk. Di Pesantren Al-Hamidiyah, Daqa’iqul akhbar dikaji oleh siswa kelas 3 dalam rangka cooling down setelah mereka menghadapi ujian nasional (UN), sekaligus warming up menghadapi tantangan yang lebih besar didunia perkuliahan.
Untuk Latihan Baca Kitab
Dalam sebuah kesempatan diskusi di Pesantran Al-Hamidiyah, yang dihadiri oleh Dr. H.D Hidayat (seorang pakar Bahasa Arab), dan seorang professor bahasa arab satu lagi yang usianya sudah sepuh (saya lupa namanya), keduanya menyepakati sebuah metode dalam mengajarkan baca kitab. Metode tersebut, yang menurut mereka sangat ampuh, adalah dengan mengkaji kitab kitab yang isinya diulang ulang. Pengulangan tersebut akan membawa santri terbiasa dengan struktur kalimat kalimat Arab.
Nah kitab Daqo’iqul Akhbar memenuhi syarat untuk melatih santri. Berbagai variasi kalimat mulai dari yang sederhana seperti mubtada'-khobar sampai yang agak sulit seperti syarat - jawab syarat, diulang ulang beberapa kali dalam kitab ini. Maka kitab ini sangat baik digunakan sebagai media latihan membaca kitab bagi santri.
Sesat dan Berbahaya ?
Sebenarnya pengarang kitab sudah cukup jujur dalam menuliskan kitabnya. Bila berasal dari nabi, maka akan disebutkan dari nabi. Bila berasal dari sahabat atau tabi’in, demikian juga. Bila berasal dari dongeng dari mulut kemulut, maka ia hanya menyebutkan “ada sebuah dongeng…”. Dengan demikian pembaca sebenarnya sudah diberi rambu rambu mana yang memiliki nash mana yang tidak.
Mengenai banyaknya hadis dhoif yang ada didalamnya, sudah jelas standar ilmiyah didunia Islam bahwa, hadis dhoif boleh diriwayatkan dan diamalkan sepanjang tujuannya hanya untuk memberi nasihat, dan menakuti orang.
Mengenai hadis hadis palsu yang diduga ada didalamnya, tentu perlu kajian mendalam untuk menemukan keberadaannya. Adapun berita berita atau hikayat hikayat ghaib yang diriwayatkan, selama tidak disandarkan kepada nabi Muhammad tentu tidak boleh dianggap sebagai hadis palsu.
Kitab ini merupakan salah satu metode dakwah bil-hikmah, sama seperti kita menasehati anak anak kita dengan hikayat hikayat, pribahasa pribahasa, atau pamali pamali. Tentu tidak ada satupun dari kita yang akan mencari dalilnya ada atau tidak dalam Al-Quran dan Hadis.
Bila anda membaca kitab ini di halaman halaman awal, mungkin anda akan dibawa kepada kisah kisah mustahil yang tentu saja sulit dilacak asal usulnya dalam ajaran Islam. Namun pada pembahasan sisanya, sulit juga untuk menolak kebenaran nasihat nasihat yang dikandungnya meskipun dalam nash Al-Quran dan Hadis tidak ditemukan rujukannya.
Misalnya urainnya mengenai bentuk fisik badan manusia, kitab ini menjelaskan bahwa badan manusia sebenarnya menggambarkan huruf huruf MU-HAM-MAD. Karena itulah bila nanti kita masuk neraka, maka fisik kita akan dirubah menjadi hewan hina, bukan dalam bentuk fisik kita sekarang didunia (hal. 3).
Perhatikan gambar ini : apakah terbaca MU-HAM-MAD (محــمد) ?
Demikian pula ketika kita sholat, posisi badan kita akan membentuk tulisan AHMAD (أحمد). Ahmad adalah nama Nabi Muhammad yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Tentu penjelasan seperti ini selamanya tidak akan anda dapati nashnya didalam Al-Qur’an dan Hadis.
Bukan Karya Pertama
Kitab Daqa’iqul akhbar ini bukanlah kitab pertama yang membahas nasihat nasihat berkaitan dengan surga dan neraka.
Sebelumnya ada Al-Imam Al-Suyuthi, yang mengarang kitab Ad-Durar al-Hisan Fil-Ba’tsi wa Na’iim al-Jinan yang isinya kurang lebih sama dengan Daqa’iqul akhbar. Tentu kita telah mengetahui kapasitas Imam As-Suyuti sebagai Ulama Ahli Hadis yang telah mencapai derajat mujtahid mutlaq. Tentu As-Suyuti sangat tahu tentang hadis palsu atau tidak.
Hadis hadis yang ada dalam Daqa’iqul akhbar juga dapat ditemui dalam kitab Bahrud-Dumuu’ karangan Ibnu Jauzi. Sekali lagi, Ibnu Jauzi juga bukan orang yang sembarangan. Bila diurut kebelakang, masih ada nama nama ulama sekelas Ibnu ‘Asakir, Ad-Dailami Ad-Daruqutni, Qadhi Iyadh dan lain lain yang menulis kitab serupa. Hal inilah yang membuat Ibnu Taimiyah terheran heran mengapa ulama ulama yang sangat tahu hadis, malah mengarang kitab kitab nasihat yang isinya (dalam pandangan Ibnu Taimiyah) tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Jawabannya sederhana saja : “mereka lebih mengerti dan akan mempertanggung jawabkannya…”. Jadi tidak usah ragu ragu mengkaji kitab ini.
Terima Kasih telah membaca resensi kitab Daqa'iqul Akhbar.
Tulisan ini tulisan original Subhan Hidayat dan merupakan pengembangan dari
Resensi Kitab yang dimuat di Warta Al-Hamidiyah
2015
*
*
*
Resensi Kitab Daqa'iqul Akhbar
Reviewed by subhan
on
18.10.00
Rating: 5