Wirjo, Horor Paling Seram
Lagi mengajar Akidah Akhlaq tentang al-kabair (dosa dosa besar). Entah mengapa tiba tiba teringat Wirjo. Sebuah tragedi berdarah yang telah mewarnai hidup saya dan pantang dilupakan. Sebuah pembantaian yang menewaskan puluhan orang yang terjadi di tahun 1987 ketika saya masih kelas 5 SD.
Saya masih merasakan betapa mencekam suasana saat itu. Jalanan sepi dan sekolah sekolah diliburkan. Tukang fotocopy kebanjiran order kliping berita berita tentang Wirjo.
Coba coba cari di google apakah berita tentang Wirjo ada...? Ternyata masih ada arsip tentang kisah memilukan itu. Bahkan wikipedia memuat artikel berbahasa Inggris tentang Wirjo berjudul : "Banjarsari Massacre"
Berikut ini beberapa rangkuman ceritanya :
Si Wirjo Yang Temperamental
Wirjo adalah anak kelima dari 9 bersaudara. Menurut Idharoh istrinya, Wirjo gemar mabuk mabukan dan main judi. Ia memiliki dua istri, dan secara ekonomi termasuk yang paling terpuruk dibandingkan saudara saudaranya. Ia kerap mengeluhkan masalah warisan kepada ibunya. Sebenarnya ia telah diberi banyak harta, tetapi karena hobinya berjudi dan mabuk, kehidupan ekonominya hancur.
Sikapnya sangat temperamental. Ia kerap mengancam ibu dan istrinya dengan clurit. Terakhir, ia berusaha menusuk ibunya dengan keris ketika meminta warisan.
Pembantaian Di Mulai
Malam itu Wirjo mendatangi ibunya dengan membawa keris. Ia mengeluh mengapa sekeluarga dia paling jelek dan paling miskin. Sang Ibu menanggapi sebisanya, menyebabkan Wirjo kalap. Ia berusaha menusuk ibunya tetapi tidak berhasil.
Keesokan harinya, Rabu, 15 April 1987, di belakang rumahnya, Wirjo mengasah parang dan celuritnya. Sekali-sekali ia mengamati anak angkatnya Sri Renny (4 tahun) dan Arbaiyah (4 tahun) temannya. Kedua anak ini riang bermain gundukan pasir di depan rumah Wirjo.
Tiba tiba Wirjo yang bercelana pendek dan telanjang dada itu berlari ke arah dua balita itu sambil membawa celurit dan parang. Mula mua ia mengayunkan celurit ke leher Renny. Tetapi meleset, dan anak ini berhasil lari. KemudianWirjo mengalihkan pandangannya ke leher Arbaiyah. Anak itu tidak sempat lari dan Ssreet........ Anak itu tewas dengan leher tertebas hampir putus.
Sementara Renny lari ke tengah sawah menemui ibunya. Tak jauh dari tempat kejadian, ibunya sedang membersih kan rumput. Dengan gugup Renny bercerita pada ibunya. Mereka ketakutan lari ke jalan raya mencari pertolongan. Wirjo tak mengejar mereka. Tapi ia mencari mangsa lainnya....
Wirjo menuju ke rumah Maskur, tetangga sebelah rumahnya. Tanpa permisi, dia masuk lewat belakang, menuju dapur. Wirjo menemukan Nyonya Maskur, 40, sedang menanak nasi. Tanpa menyapa, Wirjo kemudian menebaskan celuritnya ke leher ibu itu. Kena ...lehernya hampir putus. Perempuan itu terkapar. Sang suami yang sedang di ruang tengah mau menolong istrinya. Tapi karena usianya sudah 80 tahun, usahanya itu sia-sia. Lehernya justru ikut jadi mangsa ketiga, ditebas celurit Wirjo.
Dari rumah Masykur, Wirjo menebar teror. Ia berlari kesawah, mengejar orang orang yang sedang bekerja disitu. Orang orang yang tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi, tidak lari ketika didatangi Wirjo. Mereka akhirnya menjadi sasaran amukan Wirjo. Tetapi para sasaran itu banyak yang berhasil lolos dari amukan Wirjo. Saat itulah desa menjadi gempar....!!
Warga desa kemudian berbondong mendatangi tempat kejadian untuk mencari Wirjo. Tapi hasilnya? Mereka malah menemukan mayat mayat bergelimpangan diantaranya Bu Isah, tergeletak di tengah pematang sawah. Semula Wirjo bermaksud membabat Gimin, tetapi gagal maka Wirjo beralih pada ibu Isah yang ketika itu sedang membersihkan rumput. Dia adalah korban keempat.
Sambil mengacungkan senjatanya yang berlumur darah, Wirjo terus berjalan menyusur pematang, ke arah barat. Di sini dia bertemu dengan Istianah, 15, pelajar SMP Kosgoro yang berangkat sekolah melewati sawah. Wirjo yang berjalan berlawanan arah kemudian mengayunkan celuritnya ke leher anak tersebut. Gadis ini sempat berteriak histeris. Tapi akhirnya ia roboh bersimbah darah.
Usaha pencarian terhadap Wirjo terus dilakukan. Hasilnya, bukannya menemukan Wirjo. Justru yang dijumpai adalah mayat Mbok Suwendah, 73, dan Mbah Taman, 75. Leher mereka menganga dan hampir putus. Penduduk jadi sibuk mengurus mayat mereka. Ketika mendengar ada kegaduhan Djam'i langsung keluar dari rumahnya. Di halaman rumahnya, anggota Kamra (Keamanan Rakyat) di desa itu berpapasan dengan Wirjo. Sadar ada sesuatu yang tak beres, Djam'i melangkah mundur. Ia mengambil jarak. Wirjo mengayunkan celuritnya, berkelebat dengan cepat. Anggota Kamra yang pintar silat ini menepis. Hasilnya, malah dua jarinya putus terpapas ketajaman celurit Wirjo. Djam'i akhirnya memilih langkah seribu sambil melolong minta bantuan.
Wirjo melanjutkan terornya. Ia berjalan terus mengumbar ketajaman parang dan celuritnya. korbannya total 32 orang: 18 tewas di tempat kejadian, dua lagi meninggal di Rumah Sakit Blambangan, Banyuwangi Ja-Tim. Sisanya luka-luka. Penduduk Banjarsari dihantui rasa ketakutan, karena sampai matahari terbenam Wirjo belum juga ditemukan. Ketakutan menjalar ke seluruh kota Banyuwangi termasuk tempat tinggal saya di jantung kota Banyuwangi.
Akhirnya bala bantuan dari kepolisian datang . Tim gabungan aparat keamanan, yang bersenjata lengkap, bergerak. Dengan membawa obor, ikut membantu penduduk setempat yang bersenjata seadanya, bak melakukan perang gerilya. Mereka terus melacak jejak Wirjo. Esok harinya, Wirjo ditemukan sudah jadi mayat, sekitar 3 km sebelah barat rumahnya. Wirjo bunuh diri, dengan ikat pinggang menjerat di lehernya, yang dikaitkan ke akar tumbuhan di lereng tebing.
Dengan meninggalnya Wirjo, tidak otomatis ketakutan itu hilang. Malah makin seram karena banyak isu isu berkembang antara lain, Wirjo kebal senjata dan belum mati dan masih berkeliaran. Ada juga isu Wirjo menjadi hantu pocong dengan sabuk masih mengikat lehermya...hi...serem.
Beberapa Kisah Aneh Seputar Wirjo
Ada beberapa kisah yang beredar ketika itu, yang saya juga tidak tahu pasti kebenarannya. Antara lain :
- Bala bantuan polisi dari Surabaya mengalami kecelakaan di Asembagus dan menimbulkan korban jiwa dan luka luka. Ambulan yang datang untuk mengangkut korban, juga mengalami kecelakaan di jalan. Jadi tidak ada bala bantuan yang datang ke Banyuwangi
- Sebelum membunuh, Wirjo melakukan puasa 40 hari
- Setelah membunuh Arba'iyah, ia meminum darahnya.
- Polisi juga dicekam ketakutan. Ketika berusaha menurunkan jasad Wirjo, kakinya bergerak (entah oleh apa) sehingga para polisi lari lintang pukang.
- Dikabarkan ia telah menggali makam ibunya dan menggerogoti tulang tulangnya. Tentu yang ini hanya isu karena ibunya masih hidup ketika Wirjo beraksi.
- Menurut kakak sepupu Wirjo bernama Pak Ogok, kejadian tahun 1987 itu telah diramalkan oleh seorang anak indigo pada tahun 1965. Katanya : "nanti tahun 1987 Watubuncul banjir darah"
Saat itu banyak sekali beredar kliping koran dan majalah dan memuat gambar gambarnya. Sayang sekali saat ini saya tidak berhasil menemukan gambar gambar peristiwa tersebut.
Referensi :
- Wikipedia
- http://www.banyuwangidiscovery.com
- Majalah Tempo
Wirjo, Horor Paling Seram
Reviewed by subhan
on
13.41.00
Rating: 5