Ilmu Kalam Setelah Mihnah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUcQySqaaluOFP0wa0uNnCSvnMeEXuH9eJaC5kng3OXgSOY0Sv504OW6nok7rBbvKCWMdEMZ7EFZzJQrkiA2LTBX0gBY4hkrS_IbQ0YpSrVM84tC-XNabazIHrGPs_21GEfxMvruYWykgu/s640/Mihnah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="357" data-original-width="640" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUcQySqaaluOFP0wa0uNnCSvnMeEXuH9eJaC5kng3OXgSOY0Sv504OW6nok7rBbvKCWMdEMZ7EFZzJQrkiA2LTBX0gBY4hkrS_IbQ0YpSrVM84tC-XNabazIHrGPs_21GEfxMvruYWykgu/w443-h247/Mihnah.jpg" width="443" /></span></a></div><span style="font-size: medium;"><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><h3 style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: medium;">Peristiwa setelah mihnah Muktazilah</span></span></h3><div><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></span></div><div><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: medium;">Pada tahun 234 Hijriyah Khalifah al-Mutawakkil mengumumkan pembatalan mazhab Mu'tazilah dan mengancam siapapun yang mencoba membangkitkan kembali persoalan persoalan semisal penciptaan Alquran, dan ajaran ajaran yang terkait Mu'tazilah lainnya. <br /><br />Yang mendorong al Makmun berbuat demikian adalah karena dia melihat kekuatan pandangan masyarakat umum yang menentang Mu'tazilah, Juga karena adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh negara akibat persoalan ini. Al Mutawakkil ingin melegakan dirinya dan pemerintahannya, dengan melepaskan diri dari masalah mu'tazilah ini. <br /><br />Sebab itu, al Mutawakkil tidaklah berdiri ditempat yang netral. Dia memperlihatkan kecondongannya kepada ahli hadis dan berdiri di pihak mereka.<br /><br />Al Mutawakkil mengundang para ahli hadis dan ulama ke kota Samura. Ia melimpahkan hadiah hadiah dan memuliakan mereka, serta mengizinkan mereka untuk meriwayatkan hadis-hadis mengenai sifat-sifat Allah dan mengenai <i>ru'yah saidah</i> (melihat Allah di akhirat). <br /><br />Dengan sikap al Mutawakkil yang seperti itu, para ahli hadis menemukan kembali angin kebebasannya. Mereka bebas meriwayatkan hadis. <b>Abu Bakar Bin Abi Syaibah</b> diizinkan mengadakan sebuah majelis di Masjid Jami Rosofah yang dihadiri oleh 30 ribu jamaah. Begitupula adiknya, diizinkan mengadakan majelis di Masjid Jami Al Mansur yang dihadiri oleh kurang lebih 30 ribu jamaah.<br /><br />Maka doa-doa buat al-Mutawakkil pun mengalir berlimpah-limpah. Mereka secara berlebihan memuji dan menyanjung Al Mutawakkil. </span></span><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Kemudian Al Mutawakil memerintahkan kepada wakil pemerintahan di Mesir untuk memecat hakim agung Mesir yaitu <b>Abu Bakar Muhammad bin Abdul Aziz</b> karena dia bertanggung jawab dalam penyiksaan para ulama dalam peristiwa mihnah. Al Mutawakkil juga memerintahkan hakim Abu Bakar untuk dipukuli dan diarak di atas keledai.  Perintah itu pun dijalankan oleh aparatnya. </span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br />Al-Mas'udi mensifatkan al-Mutawakkil, katanya : </span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ketika khilafah beralih kepada al-Mutawakkil dia memerintah untuk meninggalkan penalaran dan tukar pikiran (perdebatan) serta semua yang dahulu dilakukan di zaman Al Mu'tashim dan Al Watsiq. Dia juga memerintahkan rakyatnya untuk bertakwa dan pasrah (tawakkal). Ia mengizinkan para ahli hadis untuk ber-hadis. <br /><br />Al Mutawakkil dipuji-puji oleh penganut <i>ahlussunnah wal jama'ah</i>. Mereka memintakan ampunan untuknya, hanya karena dia telah berjasa membatalkan <i>mihnah</i>. Banyak ahli hadits mengaku telah bermimpi bahwa Allah <i>Subhanahu Wa Ta'ala</i> telah mengampuni al-Mutawakkil.<br /><br />Dan akhirnya, muncullah dampak dari runtuhnya Muktazilah tersebut, dengan berlakunya  pembalasan keras kepada pengikut Muktazilah, dari orang orang yang dahulu merasakan mihnah. Para ahli hadits telah memperoleh kemenangan luar biasa. Mereka mulai menghukum pengikut mu'tazilah dengan tangan dan ilmu mereka.<br /><br />Mereka men-<i>jarh</i> (menilai buruk ) kepada mereka-mereka yang pernah ikut dan mengakui ajaran Muktazilah dengan <i>tajrih</i> yang sangat buruk, yang menyebabkan riwayat riwayatnya ditolak.  Bahkan mereka juga men-<i>jarh</i> seorang yang pernah kena minah, tetapi tidak bertahan dengan pendiriannya sehingga mengakuinya. </span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Ahmad bin Hambali</b>, Imam para ahli hadits juga mulai buka suara. Beliau pernah ditanya, apabila ada dua orang berkumpul, yang satu pernah kena mihnah dan yang lain belum lalu keduanya menghadiri salat manakah yang harus di persilahkan menjadi imam ? beliau menjawab : Yang menjadi imam sholat adalah yang belum pernah kena <i>mihnah</i>". <br /><br />Beliau juga pernah ditanya, mengenai orang yang mengakui bahwa al Quran adalah makhluk. Maka beliau menjawab : "orang itu jangan diajak bicara, jangan diajak salat, dan jangan salat di belakangnya. Bila seseorang terlanjur salat di belakangnya hendaklah dia mengulangi shalatnya".<br /><br /><b> Al-Asy'ats bin Qais</b> bertemu <b>Jarir </b>disebuah persemayaman jenazah maka Al Asy'ats mempersilahkan Jarir untuk maju memimpin salat jenazah, tetapi Jarir menolak. Katanya aku sungguh pernah "murtad" (yang dia maksud adalah, ia merasa pernah menjadi Muktazilah dengan mengakui ke makhluk an Alquran). <br /><br />Sampai juga ke telinga Ahmad bin Hambal, bahwa <b>al-Qawariri</b> pernah mengirimkan salam kepada <b>Ibnu Riyah</b> (tokoh Muktazilah). Maka ketika al-Qawariri hendak mengunjungi Ahmad bin Hambal, beliau berkata: "apakah tidak cukup sambutan ku selama ini sehingga kau berkirim salam kepada Ibnu Riyah ?"  lalu Ahmad bin Hambal membanting pintu di hadapannya.<br /><br /> Suatu hari beliau di kunjungi a<b>l Khazami</b>, (sementara itu telah sampai kepada beliau bahwa al-Khazami pernah berkunjung pada <b>Ahmad Ibnu Abi Du'ad, </b>seorang hakim Muktazilah), maka Ahmad bin Hambal mengusirnya dan menutup pintu. Beliau juga melarang para saksi untuk bersaksi di hadapan "hakim Jahmy" ( maksudnya hakim bermadzhab Muktazilah) walau hakim itu memohon kepadanya.<br /><br />Pengaruh ahli hadits makin kuat di bawah pimpinan para pengikut mazhab Hambali. Pengaruh mereka kian kuat sehingga mereka bagaikan negara dalam negara.<br /><br />Mereka menceritakan bahwa Muhammad bin Jarir At-Thobari, seorang ahli Tafsir yang terkenal itu. menulis sebuah buku tentang biogragi para fuqoha tetapi di dalamnya tidak mencantumkan nama Ahmad bin hambal. Maka beliau ditanya tentang hal itu, jawabnya : "Ahmad bukan seorang ahli fiqih. Beliau ahli hadis". Jawabannya itu membuat marah para pengikut Ahmad bin Hambal. Mereka menuduh Ibnu Jarir sebagai Rafidhy (Syiah). </span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Akibatnya mereka melarang orang untuk masuk dan menghadiri majelis At Thabary. Ketika At-Thabary tidak mau meninggalkan rumahnya mereka melempari rumahnya sampai tertimbun batu.  Peristiwa itu membuat kepala Polisi setempat bersama ribuan anak buahnya datang untuk mencegah massa dan memunguti batu. </span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di terjemahkan secara bebas dari buku Akidah Akhlaq XII MAK (Kementrian Agama RI).</span></div></div>

Peristiwa setelah mihnah Muktazilah Pada tahun 234 Hijriyah Khalifah al-Mutawakkil mengumumkan pembatalan mazhab Mu'tazilah dan menganca...

Masalah Taqdir Dan Perbuatan Manusia Menurut Aliran Kalam

<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW2fNNt-F94vX-BVFQI5S_9HpFkTL3OLxq5n9A6HZEGruyaAN_-5xY8-JlB4B2yaD4-G1lSpfcer-LdCHIt1ey2o75fhFaeaMurpbOnE9EhcH2CI4v12M5SIYgVXfdYVDxYyvAUAQvIYar/s630/Qodo+wal+Qodar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: inherit; font-size: large;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="630" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW2fNNt-F94vX-BVFQI5S_9HpFkTL3OLxq5n9A6HZEGruyaAN_-5xY8-JlB4B2yaD4-G1lSpfcer-LdCHIt1ey2o75fhFaeaMurpbOnE9EhcH2CI4v12M5SIYgVXfdYVDxYyvAUAQvIYar/w479-h227/Qodo+wal+Qodar.jpg" width="479" /></span></a></div><div dir="rtl" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div dir="rtl" style="text-align: right;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"> </span></span></div></span></div><div dir="rtl" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div dir="rtl" style="text-align: right;"><span style="font-family: inherit;"><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Ahlussunnah). Pada postingan ini khusus membahas masalah perbuatan Tuhan (taqdir) dan perbuatan manusia .</span></span></div></span></div><div dir="rtl" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pelajaran : Ilmu Kalam</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kelas : X MAK</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">-----------------------------------------------------------------------------------</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Baca baik baik secara utuh, kemudian kerjakan tugas tugas yang telah diberikan. </span></div></span></span></div><div dir="rtl" style="text-align: right;"><span style="font-family: Lateef; font-size: large;"><blockquote><br />مسالة افعال الانسان عند القدرية والجبرية <br />اِنّ مِن اَوَائل الْمَسَائل الْكَلاميَّة هو مَسْاَلة الْجَبْرِ وَالْاِخْتِياَرِ بِالنِسْبَة الى اَفْعال الْعِبَاد : هَلْ اِرَادَتُنا حُرَّة نعْمَلُ ماَ نَشَاء ونَتْرُك مَا نشاء ؟ اَوْ اِنَّا مُـجْبَرُوْن عَلَى عَمَل فَلا نَسْتطيع اَنْ نَعْمَل غَيْره ؟ <br />فَالْقَدَرِيّة يَقُوْلُون اِنّ لِلاِنْسَانِ حُــرِّيّــةً وَقُدْرَةً تُوْجِد الْفِعْلَ بِانْفِراَدِها دُوْن الله ونَفَوْا اَنْ تَكُوْنَ اْلاَشْيَاء بِقَدَرِ الله تعالى. وَقَدْ سُمِّي هَؤلاَء (الَّذِيْن يَقُولون بِاَنّ اْلاِنْسَان حُرُّ الاِرَادَة) بالقدرية وَسَمَّاهم بذلك خُصُومهم لِحَدِيث : (اْلقَدَرِيَّة مَـجُوس هَذِهِ الاُمَّة ) . وقد ذَكَرَ انَّ اسْبَق الناس قَوْلاً بِالْقَدَر مَعْبَدُ الْجُهَنِي وَغَيْلاَنْ الدِّمَشْقِي .</blockquote></span></div><div dir="rtl" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: inherit;">Masalah perbuatan manusia menurut qadariyah dan Jabariyah</span><span style="font-family: inherit;"> </span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">ٍٍٍٍٍٍٍٍٍٍٍSesungguhnya masalah masalah kalam yang muncul pertama adalah  manusia itu dipaksa (jabr) atau bebas (ikhtiyar) dikaitkan dengan perbuatan hamba. Apakah keinginan kita itu merdeka, kita bisa berbuat sesuka hati dan meninggalkan apa saja sesuka hati ataukah kita dipaksa untuk melakukan sesuatu, sehingga kita tidak bisa berbuat yang lain.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Maka kelompok qodariyah berkata : sesungguhnya manusia itu memiliki kebebasan berkehendak. Dia bisa mewujudkan perbuatan dengan sendirinya tanpa Allah atau meniadakannya. Bahwasanya segala sesuatu itu bukan karena takdir Allah.</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mereka (yang mengatakan manusia bebas berkehendak) diberi nama Qodariyah oleh musuh-musuh mereka. Karena ada hadis : القدرية مجوس هذه الامة "Qadariyah adalah majusinya umat ini"</span></div></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Telah disebutkan bahwasanya orang pertama yang berkata mengenai qodariyah adalah Ma'bad Al Juhani dan Ghailan ad Dimasqi</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Qadariyah dan Jabariyah Harun Nasution halaman 31</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Tuhan adalah pencipta alam semesta termasuk di dalamnya manusia sendiri. Selanjutnya Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak di sini timbullah pertanyaan : sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Diberi tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya ? ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini kaum Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham Qodariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Dengan demikian, nama Qodariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudroh atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian, bahwa manusia terpaksa tunduk pada Qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya, paham ini dikenal dengan nama Free Will dan Free Act.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Kaum Jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan jadi nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti "memaksa".</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa dalam istilah Inggris paham ini disebut paham fatalisme atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qada dan qadar Tuhan.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Tak dapat diketahui dengan pasti kapan paham ini timbul dalam sejarah perkembangan teologi islam. Tetapi menurut keterangan ahli ahli teologi Islam, paham Qodariyah kelihatannya ditimbulkan buat pertama kali oleh seorang bernama Ma'bad Al Juhani dan temannya Ghailan ad-Dimasyqi. Dalam pertempuran dengan Hajjaj bin Yusuf, Mabad mati terbunuh dalam tahun 80 hijriyah.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Dalam pada itu Ghailan sendiri terus menyiarkan paham qodariyah nya di Damaskus tetapi mendapat tantangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar wafat, Ghailan meneruskan kegiatannya yang lama sehingga akhirnya ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam bin Abdul Malik . Sebelum dijatuhi hukum bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan dan al-Auza'i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Menurut Ghailan manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan nya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Selain penganjur paham qodariyah Ghailan juga merupakan pemuka Murji'ah dari golongan Solihiyah.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Aliran yang sebaliknya yaitu paham Jabariyah kelihatannya ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi Islam oleh Al Ja'ad bin Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm bin Safwan dari Khurasan. Jaham yang terdapat dalam Aliran Jabariyah ini sama dengan Jaham yang mendirikan golongan Al Jahmiyah dari kalangan Murji'ah. Ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jaham sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh pada tahun 131 .</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Paham yang dibawa Jaham adalah lawan ekstrim dari bahan paham yang dibawa Ma'bad dan Ghailan. Manusia menurut paham ini tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatan-perbuatannya dipaksa dengan tiada kuasa dan tiada kemauan dan tiada pilihan baginya .</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan di dalam diri manusia tak ubahnya dengan gerak yang diciptakan Tuhan dalam benda-benda mati. Tak ubahnya sebagaimana air mengalir, batu bergerak matahari terbit dan sebagainya.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan yang dipaksakan atas dirinya termasuk dalamnya perbuatan-perbuatan seperti mengerjakan kewajiban menerima pahala dan menerima siksaan.</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menurut paham ekstrim ini segala perbuatan manusia tidak merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Kalau seseorang mencuri umpamanya maka perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendaknya sendiri. Tetapi timbul karena qada dan qadar. Tuhan menghendaki yang demikian. Dengan kata kasarnya ia mencuri bukanlah atas kehendaknya tetapi Tuhan lah yang memaksanya mencuri. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan oleh dalang.</span></div></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau kita kembali kepada Alquran akan kita jumpai di dalamnya nya ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah dan sebaliknya pula pula akan kita jumpai ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham Jabariyah. Ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah umpamanya ;</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر (الكهف ٢٩)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">اعملوا ما شئتم انه بما تعملون بصير (فصلت ٤٠)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">اولما اصابتكم مصيبة قد اصبتم مثليها قلتم انى هذا قل هو من عند انفسكم ( ال عمران ١٦٤ )</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم ( الرعد ١١ )</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ayat ayat yang bisa membawa paham jabariyah umpamanya ;</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">ما كانوا ليؤمنوا الا ان يشاء الله (الانعام ١١٢)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">والله خلقكم وما تعملون ( الصافات ٩٦)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">وما اصاب من مصيبة في الارض ولا في انفسكم الا في كتاب من قبل ان نبرأها ( الحديد ٢٢)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">وما رميت اذ رميت ولكن الله رمى ( الانفال ١٧)</span></div></span><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">وما تشاؤون الا ان يشاء الله ( الانسان ٣٠)</span></div></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Melihat pada ayat-ayat seperti yang tersebut diatas tidak mengherankan kalau paham Jabariyah dan paham qodariyah sungguhpun penganjur penghancurnya yang pertama telah meninggal dunia masih tetap terdapat di dalam kalangan umat Islam dalam sejarah teologi Islam Selanjutnya paham qodariyah dianut oleh kaum mu'tazilah sedang paham Jabariyah sungguhpun tidak identik dengan paham yang dibawa terdapat dalam aliran asy'ariyah.</span></span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;">Selesai</span></span></div></span></div><div dir="rtl" style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><div style="margin: 0px;"> </div> </div> </div>

  Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariyah...

Memahami Aliran Murji'ah, Ajaran Dan Tokohnya

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDOw4pkG7LZWGX7hVcSeIe9buO_qnFCi9da1OOdhyphenhyphenSOQYesWjFUKLc1P9f0U9FywRQggj0LwPUaABSvVBl7oNTyz0otFXVz0qXJwzASyEFXXBCge-7wlRJkvI3urbhv4DyRewkMVQggttI/s1600/poster+covid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="280" data-original-width="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDOw4pkG7LZWGX7hVcSeIe9buO_qnFCi9da1OOdhyphenhyphenSOQYesWjFUKLc1P9f0U9FywRQggj0LwPUaABSvVBl7oNTyz0otFXVz0qXJwzASyEFXXBCge-7wlRJkvI3urbhv4DyRewkMVQggttI/s1600/poster+covid.jpg" /></a></div> <span style="color: blue;"><br /></span> <span style="color: blue;"><br /></span><span style="color: blue;">Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Ahlussunnah). Pada postingan ini khusus membahas Murji'ah.</span><br /> <span style="color: blue;"><br /></span> <span style="color: blue;">Pelajaran    :  Ilmu Kalam</span><br /> <span style="color: blue;">Kelas          :  X  MAK</span><br /> ---------------------------------------------------------------------------------------------------------<br /> <b>Baca baik baik secara utuh, kemudian kerjakan tugas tugas yang telah diberikan. </b><br /> <div style="color: black; font-family: "times new roman"; font-size: medium; font-style: normal; letter-spacing: normal; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"> <div style="text-align: right;"> </div> </div> <br /> <div style="text-align: justify; text-indent: 0px;"> <div style="text-align: right;"> <div style="margin: 0px;"> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: 24.48px;"><b>٢-  <span style="white-space: pre;"> </span>مَسْألة الإرْجَاء عند اْلـــمُرْجِــــــــئَة  </b></span></span></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: 24.48px;"><span style="white-space: pre;"> </span>قال الشَـهْرسْــتاني في كـتابه الـمِلَل والـنِّـحَل : إنّ الإرْجـاء على مَعْـــنيَــينِ :</span></span><span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">أحدِهـما بـمـعـنى التأخِيرْ كما في قوله تعالى : ﴿  قَالُوْا أرْجِهْ وَأَخَاهُ ...﴾  أي أمْهِـلْـه وأخِّـرْه </span><span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">والثاني إعْطاء الرَّجَاء </span></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <b>2.  Masalah Irja' (menunda hukuman) menurut golongan Murji'ah</b></div> <div style="text-align: justify;"> As-Syahrastani berkata dalam kitab al Milal wan Nihal bahwasanya kata <i>irjaa'</i> mengandung dua pengertian : <u>Pertama</u>, artinya menunda atau mengakhirkan sebagaimana firman Allah dalam Al-A'raf ayat 111 :  <i>Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya"...</i>maksudnya : tundalah atau akhirkanlah. <u>Kedua</u>, artinya memberi harapan. </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">أَمّا اِطْلاق اسْم الْــمُرجِـــئة على الجــماعة بالــمَعْنى الأوّل فَصَحيح لأنّــهمْ كانُوا يـُــؤَخِّروْن العَمَل عن النِّــيّة  وأمّا بالمعنى الثاني فَظَاهِر لأنهم يقولون : لاَ يَضُرُّ مَعَ اْلإِيــْمَان مَعْصِيَة كَمَا لاَ تَنْفَع مَعَ الْكُفْرِ طَاعَة</span></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">وقيل : الإرجاء تَأخِيرْ حُكْم صاحب الكبيرة إلى يوم القيامة فلا يُقْضَى عليه بحُكْمٍ مَا في الدنيا </span></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mengaitkan nama Murji'ah berdasarkan makna yang pertama, itu tepat dan benar. Karena golongan ini punya pendapat, amal perbuatan itu diakhirkan (dinomor duakan atau dianggap kurang penting) dibandingkan niat (iman) dalam hati. Mengaitkan nama Murji'ah dengan makna yang kedua, juga jelas. Karena golongan ini berpendapat : <i>dengan iman, maksiat tidaklah mengapa. dan tanpa iman, ketaatan itu sia sia. </i><span style="text-align: left;">Dikatakan juga, pengertian irja' itu mengakhirkan hukuman pelaku dosa besar sampai nanti di hari kiamat. Maka tidak ada hukuman apapun bagi mereka didunia.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="text-align: left;"><br /></span></div> <div style="text-align: left;"> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">وَسَبَب نَشْـــأة هذه الْــفِرقـة أنّه لَمّا انْــقَسَم أتْــــبَاع سيِّدنا عَلِي بن أبي طالب إلى خَــوَارِج وشِيْـعَة وكانت الخوارج يُكَـــفِّرُون عَلِيًّا وعُثْمان و كلَّ مَنْ رَضِي بالتَّحْــــكِيم ، والشِّيْعة يُكَــفِّرون أبا بــكر وعُمَر وعُثْمان وكلاهـما يكفِّر الأمَوِيِّيْنَ ، كَــرِهَ جَماَعَة مِن الصَّحَابة هَذا النِّــزاعَ وسَلَكُــوْا طرِيــقاً وَسَطا . ولهذا امْتَنَعوا عن الخَــوْض في شَـأنِ الْمُـتَـــــنَازِعِـيْن وأرْجَـــأُوا الحـكْـمَ في شأْنِـهم إلى الله فَلِـهذا سُـمُّـوْا بِالْمُرْجــئة</span></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: 24.48px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> Dan sebab munculnya golongan ini adalah ketika pengikut  Ali Bin Abi Thalib terbagi menjadi Khawarij dan Syiah, sedangkan orang-orang Khawarij itu mengkafirkan Ali Bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan semua orang yang ridho (menerima) <i>tahkim</i> dan kelompok Syiah itu mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan Usman. Selanjutnya kedua kelompok itu baik kelompok Khawarij dan kelompok Syiah mengkafirkan kelompok Bani Umayyah. Maka sekelompok sahabat tidak suka pertikaian itu dan mereka mengambil jalan tengah. Mereka menolak terlibat dalam urusan dua pihak yang bertikai dan mereka mengembalikan hukum mengenai pertikaian itu kepada Allah Karena itulah mereka disebut golongan MURJI'AH.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: right;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px;">وهَكذا تَـطــــوَّرتْ الْـمُرْجــــئة إلى فِــرْقــة كلامــيَّة تَــبْحَث في مَسَـــائِل الإيـْـــمَان والكُــفْــر . يُــبَالِـــغُون في إثْـــباَتِ الْوَعْدِ وَيُرْجُوْن الْمَغْفِرَة لأهْل الْمَعَاصي . وهُمْ يَحْكُمُون عَلَى مُرْتَكِب الْكَبِيْرَة بأنّ أمْــرَه مُفَوَّضٌ إلى الله إنْ شاء عَــــذَّبَــــه وإنْ شــاء غَــفَــرَ له. ويـــقولون بأنّ الإيْـمَــان تَــصْديق ومَعْــرِفـة وقد تَغَالَى بعضُهم فَـــزَعَم أنّ الإيمانَ إعتقاد بالْقَلْب وإنْ أعْلَنَ الكُــفْر بِلِسانِه وعَـــبَدَ الأصْنَام ومَاتَ على ذلك فهو مُؤْمِن</span></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: 24.48px;"><br /></span></div> <div> Demikianlah selanjutnya Murji'ah berkembang menjadi kelompok ilmu kalam/ aliran ilmu kalam. Mereka mulai membahas masalah-masalah iman dan kafir kemudian mereka berlebih-lebihan dalam menetapkan janji dan memberikan harapan akan ampunan bagi pelaku maksiat. Mereka menghukumi pelaku dosa besar, bahwa urusan mereka diserahkan kepada Allah. Apabila Allah mau, Dia akan menyiksanya dan apabila Allah mau Dia akan mengampuninya. Mereka berpendapat, bahwasanya iman itu adalah percaya (tashdiq) dan mengetahui (ma'rifat). Mereka telah berlebih-lebihan dalam pendapatnya itu, sehingga menyangka bahwa iman itu adalah keyakinan dalam hati, walaupun secara dzohir ia terang-terangan berbuat kafir dengan lisannya dan telah menyembah berhala sampai mati, dia tetap dihukumi Mukmin. </div> </div> </div> <div style="text-align: left;"> <br /> <div style="text-align: center;"> --oo0oo--</div> </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <b><span style="color: #38761d; font-size: large;">Tulisan Prof. Harun Nasution Mengenai Murji'ah </span></b><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Sejarah Murji'ah Dan Asal Usul Penamaannya</b><br /> <br /> Sebagaimana halnya dengan kaum Khawarij, kaum Murji'ah pada mulanya juga ditimbulkan oleh persoalan politik. Tegasnya persoalan-persoalan Khilafah yang membawa perpecahan di kalangan umat Islam setelah Usman bin Affan mati terbunuh.<br /> <br /> Dalam suasana pertentangan serupa inilah timbul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa yang sebenarnya salah, dan memandang lebih baik menunda atau <i>arja'a</i> penyelesaian persoalan itu di hari perhitungan kelak di hadapan Tuhan.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dengan demikian kaum Murji'ah pada mulanya merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir dan tidak kafir nya seseorang kepada Tuhan.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dari lapangan politik mereka segera pula berpindah ke lapangan teologi persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum Khawarij mau tidak mau menjadi bahan perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang berbuat dosa besar, kaum Murji'ah menjatuhkan hukum mukmin bagi orang yang serupa itu. Adapun soal dosa besar yang mereka buat itu ditunda penyelesaiannya ke hari perhitungan kelak.<br /> <br /> Argumentasi yang mereka majukan dalam hal ini adalah bahwa orang Islam yang berdosa besar itu tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasulnya. Dengan kata lain, orang serupa itu tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang berdosa besar menurut pendapat golongan ini tetap mukmin dan bukan kafir.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pendapat serupa ini, dapat membawa kepada pendapat <b>bahwa yang penting serta yang diutamakan adalah sebenarnya Iman sedang perbuatan hanya merupakan soal kedua. </b>Ini merupakan kesimpulan logis dari pendirian bahwa yang menentukan mukmin atau kafir nya seseorang hanyalah kepercayaan atau imannya dan bukan perbuatan atau amalnya. Dan kata kerja أرجــأ (<i>arja'a</i>) memang mengandung arti membuat sesuatu mengambil tempat di belakang, dalam art kurang penting.<br /> <br /> <i>Arja'a</i> selanjutnya juga mengandung arti memberi pengharapan. Orang yang berpendapat bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal di dalam neraka memang memberi pengharapan bagi yang berbuat dosa besar untuk mendapat rahmat Allah. Oleh karena itu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama Murji'ah diberikan kepada golongan ini bukan karena menundakan penentuan hukum terhadap orang Islam yang berdosa besar kepada Allah di hari perhitungan kelak, dan bukan pula karena mereka memandang perbuatan mengambil tempat nomor dua dari iman, tetapi karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk surga.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Demikian beberapa pendapat tentang asal-usul nama Murji'ah yang diberikan kepada golongan ini.<br /> <br /> <b>Murji'ah Moderat </b><br /> <br /> Kaum Murji'ah pecah menjadi beberapa golongan. Berlainan dengan kaum Khawarij yang menekankan pemikiran pada masalah siapa dari orang Islam yang sudah menjadi kafir , kaum Murji'ah menekankan pemikiran pada hal yang sebaliknya yaitu siapa yang masih mukmin dan tidak keluar dari Islam.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pada umumnya kaum Murji'ah dapat dibagi dalam dua golongan besar golongan moderat dan golongan ekstrim. Golongan moderat berpendapat <b>bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya</b> dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuninya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam golongan Murji'ah moderat ini termasuk Al Hasan Ibnu Muhammad bin Ali Bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits. Jadi menurut golongan ini, orang Islam yang berdosa besar masih tetap mukmin.<br /> <br /> <b>Murji'ah Ekstrim </b><br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Golongan Murji'ah ekstrim yang dimaksud ada beberapa golongan, yaitu :<br /> <br /> <ol> <li>Al-Jahmiyah </li> <li>As-Sholihiyah </li> <li>Al-Yunusiyah</li> <li>Al-Ubaidiyah</li> <li>Al-Khassaniya</li> </ol> <b><i>Al- Jahmiyah</i></b> adalah pengikut-pengikut Jahm bin Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir karena iman dan kafir tempatnya hanyalah dalam hati bukan dalam bahagian lain dari tubuh manusia.<br /> <br /> Bahkan seseorang tidak menjadi kafir, meskipun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran ajaran agama Yahudi atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya pada Trinity dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna imannya.<br /> <br /> Bagi <b><i>kelompok As-Solihiyah</i></b> pengikut pengikut Abu Hasan As Sholihi, iman adalah mengetahui Tuhan atau makrifat, dan kufur adalah tidak mengetahui Tuhan. Dalam pengertian, ketika mereka sembahyang tidaklah merupakan ibadah kepada Allah. Karena yang disebut ibadah ialah Iman kepadanya (dalam arti mengetahui Tuhan). Lebih lanjut sembahyang, zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadat hanyalah iman.<br /> <br /> <i><b>Golongan Al Yunusiyah</b></i> mengambil kesimpulan bahwa melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang golongan.<br /> <br /> <i><b>Al Ibadiyah</b></i> berpendapat demikian pula. Tegasnya jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. Karena itu pulalah maka Muqatil bin Sulaiman mengatakan bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidaklah merusak iman seseorang dan sebaliknya perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan seorang musyrik<br /> <br /> Selanjutnya menurut <b><i>golongan ِِِِAl-Khasaniyah</i></b> jika seseorang mengatakan saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini orang yang demikian tetap mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka'bah tetapi saya tidak tahu apakah Ka'bah itu di India atau di tempat lain orang seperti itu juga tetap mukmin<br /> <br /> Pendapat-pendapat ekstrem seperti diuraikan diatas timbul dari pengertian bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidaknya seseorang. Perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada di dalam hati seseorang tidak diketahui manusia lain. Selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya.<br /> <br /> Ajaran serupa ini <i><b>ada bahayanya</b></i> karena dapat membawa pada sikap memperlemah ikatan-ikatan moral atau masyarakat yang bersifat <i>permisif</i>, masyarakat yang dapat mendorong penyimpangan penyimpangan dari norma-norma akhlak yang berlaku. Karena yang dipentingkan hanyalah iman norma-norma akhlak bisa dipandang kurang penting dan bisa diabaikan. Inilah kelihatannya yang menjadi sebab maka nama Murji'ah itu pada akhirnya mengandung arti tidak baik dan tidak disenangi.<br /> <br /> Tetapi bagaimanapun ajaran yang dapat yang terdapat dalam golongan Murji'ah moderat di atas menjadi ajaran yang diterima oleh golongan Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Islam. Hal ini diakui sendiri oleh Al Bazdawi ketika ia mengatakan kaum Murji'ah pada umumnya sependapat dengan Ahlussunnah Wal Jamaah.<br /> <br /> Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa golongan Murji'ah moderat sebagai golongan yang berdiri sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka mengenai iman kafir dosa besar masuk dalam aliran Ahlussunnah Wal Jamaah Adapun golongan murji'ah ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri tetapi dalam praktek masih terdapat sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran ajaran ekstrim itu mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini mengikuti ajaran-ajaran golongan murji'ah ekstrim.<br /> <br /> Sumber :<br /> <br /> <ol> <li>Departemen Agama RI,   العقيدة والاخلاق  للسنة الثالثة من المدرسة العالية الدينية  , Tahun 1999</li> <li>Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, UI-PRESS, 1986</li> </ol> <div> <br /></div> </div> </div> <span style="font-family: inherit;"> </span></div> </div> </div>

Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariya...

Sebutan Untuk Para Pentakziyah Apa Sih ?

<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggeqNRO1DrfWhV8SYFfuZD-BMBeBUFlpOt_CBzSAizBXowVa-1pSYPKwGgePd7FcdM00GfDi5tgGMjkvYDyevrtwRHpI5-F41skwbTLWXX1c1KS1f1oXXqBicOgDAXqZxRtQ8Ew_pOhaKD/s1600/1674093696371984-0.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggeqNRO1DrfWhV8SYFfuZD-BMBeBUFlpOt_CBzSAizBXowVa-1pSYPKwGgePd7FcdM00GfDi5tgGMjkvYDyevrtwRHpI5-F41skwbTLWXX1c1KS1f1oXXqBicOgDAXqZxRtQ8Ew_pOhaKD/s1600/1674093696371984-0.png" width="400" /> </a> </span></div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">foto ini hanya ilustrasi acara takziah</span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Catatan Takziyah 2020<br /> </span><div> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Dalam majlis takziyah kematian, keluarga yang berduka lazim disebut <i>sohibul musibah</i>. (yang artinya orang yang mendapatkan musibah). Istilah ini sudah lazim digunakan.  Selain itu, ada juga sebutan  <i>al</i> <i>mushob bih (yang kena musibah)</i> dan <i>al</i>-<i>muazza (</i>yang di takziahi). Penggunaan istilah sohibul musibah tidak ada masalah. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Tapi apa istilah yang pas untuk para tamu yang datang takziyah ?</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> ---------------------------------------</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Malam itu saya menghadiri majlis takziyah seorang tokoh masyarakat yang wafat. Orangnya baik dan kematiannya mengejutkan. Sehingga malam itu banyak sekali orang yang datang untuk takziyah. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Seperti biasa, selain bertakziah untuk menghibur keluarga yang berduka,  kita lanjutkan duduk untuk menghadiahkan pahala bagi si mayyit dengan membaca Surah Yasin dan Tahlil kemudian memanjatkan doa. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Kemudian seorang ulama tampil untuk menyampaikan pesan pesan takziyah.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Acara tersebut dipandu oleh seorang pembawa acara (MC). Dan tampaknya dia mencoba mencari istilah yang pas untuk menyebut <b>para pentakziyah</b>. Disinilah dia lalu membuat istilah sendiri. Yaitu '<b>para <i>takziyyin</i> dan para </b><i><b>takziyyat</b> </i>'. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebutan itu baru saya dengar. Menurut saya kurang tepat karena lafadz takziah itu masdar. Masdar tidak dijamakkan dengan jama mudzakar salim seperti itu. Yang paling pas adalah <i>mu'azziin</i> dan <i>mu'azziyat</i>.</span></div><div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /> </span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLZUFzsAR-GXGGMZVggcGoTZqMcsVSqr1gY3LAD60GBbej4LzeKsTYbVWxf824il-h0tSM1hwLzabGtZiH2a0-z5endyQ-fVshyphenhyphenIZ7bmSdBEdmeyiCKTRr3E0dhqxZJSp9b_dxn7zkSUi4/s1600/Takziyah+2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="72" data-original-width="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLZUFzsAR-GXGGMZVggcGoTZqMcsVSqr1gY3LAD60GBbej4LzeKsTYbVWxf824il-h0tSM1hwLzabGtZiH2a0-z5endyQ-fVshyphenhyphenIZ7bmSdBEdmeyiCKTRr3E0dhqxZJSp9b_dxn7zkSUi4/s1600/Takziyah+2.jpg" /></span></a></div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Takziyah artinya adalah pemberian hiburan agar yang berduka menjadi kuat dan sabar. Kata kerjanya adalah "azzaa - yu'azzii' yang artinya : menguatkan atau menabahkan. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Orang yang melakukan takziyah adalah <i>al-mu'azzii</i>, yang merupakan bentuk isim fail dari <i>azzaa - yu'azzii</i>. Dalam susunan tashrifnya, seperti ini : </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5lg-YsoSZKYp7hy2ee9HKQ6wnpsARGTi0Rg7AUV1wUHGJ6JO2IS2j-wtU88Q9WyCNYdUjlKXkoOxmvg5TYoXRBuNeTxRYoV3hlihP6PWCTd_wW_dwuY0eHy2pLWy0SCXq4PepWHTfzjfv/s1600/Takziyah+1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="72" data-original-width="452" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5lg-YsoSZKYp7hy2ee9HKQ6wnpsARGTi0Rg7AUV1wUHGJ6JO2IS2j-wtU88Q9WyCNYdUjlKXkoOxmvg5TYoXRBuNeTxRYoV3hlihP6PWCTd_wW_dwuY0eHy2pLWy0SCXq4PepWHTfzjfv/s1600/Takziyah+1.jpg" /></span></a></div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> Seperti inilah yang digunakan oleh para penutur bahasa Arab. Misalnya saya ambilkan sebuah tangkapan gambar dari halaman berita Al-Afkar tentang para pentakziyah yang datang turut berduka atas wafatnya Raja Abdullah  (perhatikan yang diberi warna biru) :<br /> <br /> </span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7rxjlfGD-zQ4TAlgLW8shyphenhyphenR55K89NwZrEhnA9hyazgZkLEmqVLvH44otFVPvPuOH8YdvI1SNSi4i2Dz4ZVbuTSf5nUTyvEeNclRXetige5_apKarZkIqSCzLucDKRiW1PINoPZoL-dTUK/s1600/Takziyah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="501" data-original-width="661" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7rxjlfGD-zQ4TAlgLW8shyphenhyphenR55K89NwZrEhnA9hyazgZkLEmqVLvH44otFVPvPuOH8YdvI1SNSi4i2Dz4ZVbuTSf5nUTyvEeNclRXetige5_apKarZkIqSCzLucDKRiW1PINoPZoL-dTUK/s1600/Takziyah.jpg" /></span></a></div> <span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br />Jadi, pak RT bisa mengganti teks MC nya. Mungkin lebih baik kalo begini :<br /> <br /> -  Yang saya hormati <i>sohibul musibah</i>, keluarga besar almarhum ....</span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"> -  Yang saya hormati <i>mu'azzin</i> dan <i>mu'azziyat</i> yang hadir pada malam hari ini....(lafadz muazziin sendiri sudah jama /plural, jadi mestinya tidak usah diberi para. Hanya saja kebiasaan kita memberi para. Seperti misalnya para ulama.)<br /> <br /> Lafadz tersebut lebih baik daripada para takziyyin dan takziyyat. Ini juga kalo mau maksain pake bahasa Arab . Sebab pake bahasa Indonesia juga baik. Para Pentakziyah atau para tamu takziyah. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jangan diterjemahkan menjadi para penghibur ya...sebab konotasinya jelek.<br /> <br /> Wallahu A'lam</span></div>

foto ini hanya ilustrasi acara takziah Catatan Takziyah 2020 Dalam majlis takziyah kematian, keluarga yang berduka lazim dis...