Cari Artikel

Kepala Jama'ah Dilempari Koin

 on Senin, 21 Desember 2015  

Pintu masuk kearea makam Sunan Gunung Jati

Tujuan ziarah pertama yang kami datangi adalah makam Sunan Gunung Jati di Komplek Pemakaman Astana Gunung Sembung Cirebon. Bukan pertama kali saya kesini. Sudah puluhan kali.

Seperti  pengalaman yang sudah sudah, kondisi di 'situs ziarah' ini memang yang paling semrawut dibandingkan tempat tempat ziarah wali wali yang lain. Banyak sekali peminta minta baik yang berkeliaran, maupun 'preman preman' yang memasang kotak amal. Mereka menghalangi semua jalan yang bisa dilewati orang dengan kotak amal besar.

Kotak amal dijaga oleh pemuda pemuda yang meminta minta dengan cara setengah memaksa. Setiap peziarah harus melewati kotak kotak ini. Ironisnya, para dhu'afa yang betul betul membutuhkan, justru tersingkir. Tuna netra, kaum difabel, mojok, dan bersimpuh ditempat sepi. Saya melihat seorang nenek dengan tumor besar dihidungnya, hanya bisa mengemis dipojok, jauh dari lalu lalang peziarah. 

Entah mengapa, keadaan seperti ini, hanya dijumpai di tempat ziarah di wilayah Jawa Barat dan Banten. Mungkin pemerintah daerahnya kurang menyentuh mereka. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak demikian. Keadaannya lebih tertib dan teratur.

Saya pernah berziarah ke makam beberapa ulama diwilayah Banten, termasuk makam Sultan Hasanuddin. Kondisinya sama. Dipenuhi kotak amal yang dijaga preman. Mencegat pengunjung dari semua jalan yang bisa dilewati.

Di sebuah makam wali di Pandeglang, lebih parah lagi. Pengunjung tidak diizinkan berdoa (tahlil) sebelum membayar sumbangan. Katanya untuk membangun masjid. Tapi saya tidak melihat ada masjid dibangun di komplek itu. Gambarnya dan maketnya pun tidak ada.

Para kuncennya sekarang sudah pake baju.
Tahun tahun sebelumnya mereka telanjang dada

Kembali lagi ke makam Sunan Gunung Jati. 

Meski demikian, bukan berarti makam Sunan Gunung Jati ini tidak ada perbaikan. Ada beberapa kemajuan dalam tata tertib pelayanan ziarah. Misalnya, petugas makam yang dulu tidak memakai baju (berpakaian ala abdi dalem dengan bertelanjang dada), sekarang sudah memakai baju koko.



Rombongan kami datang dengan etika ziarah yang diajarkan rasulullah. Pakaian rapi, dan memiliki wudu'. Kemudian kami uluk salam kepada ahli kubur, khususnya sang wali Sunan Gunung Jati.

'assalamu 'alaika yaa waliyyallah warahmatullahi wa barakatuh. Assalaamu 'alaika ya Syarif Hidayatullah. Antum lanaa sabiqun wainnaa insya Allah bikum laahiqun.

Kemudian dilanjutkan dengan bacaan tahlil dan doa doa . Setelah itu kami pulang, setelah kembali mengucapkan salam, tanpa melakukan hal yang aneh aneh.

Perilaku perilaku aneh dan ganjil justru dilakukan beberapa peziarah yang tidak tertib. Mereka melemparkan koin koin langsung kearah tembok makam. Padahal saat itu tempat ziarah penuh sesak. Tak bisa dihindarkan lagi, koin koin itu mendarat dikepala orang orang yang sedang berdoa. Bahkan mendarat juga dikepala abdi dalemnya. Beberapa dari mereka nampak menoleh kaget sambil kesakitan.

Di tempat ini mereka melempar koin. Sasarannya adalah tembok.
Coba bayangkan berapa banyak koin yang mendarat dikepala orang.
Bahkan mendarat dikepala abdi dalemnya

Mungkin niatnya sedekah. Tapi kok sedekah begitu caranya..? Nambahin dosa saja. Kalo sedekahnya banyak sih tidak apa apa...cuman recehan kok ngasihnya dilempar lempar. Berbuat baik harus dengan cara yang benar. Meletakkan sedekah langsung kepada faqir miskin, atau dengan cara dimasukkan ke kotak amal tentu lebih baik. Tengoklah diluar...banyak faqir miskin yang tersisih oleh para preman. Berikanlah kepada mereka kalo mau sedekah.

wallahu a'lam.

Kepala Jama'ah Dilempari Koin 4.5 5 subhan Senin, 21 Desember 2015 Sunan Gunung Jati, Ziarah walisongo, Pintu masuk kearea makam Sunan Gunung Jati Catatan Ziarah Walisongo 2015  Hari Ke-1 Tujuan ziarah pertama yang kami datangi adalah ...


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Arsip Blog

Find Us On Facebook

Flickr Images

Video Of Day

Pages

Formulir Kontak