Kisah Pengacara Dan Patung Ki Semar

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6sm6OIbHwodRa9hnQj9ubUs18ryoWuOwVCV-YK4E_nmmKH7edmyPUQgcVbLEoPPHuaxc8BuXqzakNWSXherPrBettoX_pyK2RQwx98CdEFh7ZVfCIKY9dRfQlvgk9INWayJPqZvsDrlG0EllXJOXLeIMQDLqPGHe9STbp4OnDP62rutWTIuNd_0aasw/s500/semar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6sm6OIbHwodRa9hnQj9ubUs18ryoWuOwVCV-YK4E_nmmKH7edmyPUQgcVbLEoPPHuaxc8BuXqzakNWSXherPrBettoX_pyK2RQwx98CdEFh7ZVfCIKY9dRfQlvgk9INWayJPqZvsDrlG0EllXJOXLeIMQDLqPGHe9STbp4OnDP62rutWTIuNd_0aasw/s320/semar.jpg" width="320" /></span></a></div><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /><span><br /></span></span></div><span style="font-family: inherit;">Kisah yang sayang dibuang. Saya akan bagikan dua kisah, yang sebenarnya sudah cukup lama saya dengar. Yang bercerita, adalah seorang pengacara. Cerita ini saya dengar langsung dari mulut beliau. Ketika saya berkunjung ke rumahnya bersama bapak saya. Dalam rangka menyambut kepulangan beliau dari tanah suci. Beliau tinggal di perumahan dekat sekolah Cakra Buana Depok. <br /><br />Beberapa bagian dari cerita ini mungkin tidak akurat karena sudah banyak yang lupa. Saya ceritakan kembali di blog ini, tujuan utama adalah supaya bisa terus saya ingat. <br /><br /><b><span style="font-size: x-large;">Kisah Pertama : Berani Menginjak Keris <br /></span></b><br />Beliau bercerita, <br />Setelah pulang dari ibadah haji, beliau didatangi banyak tamu. Mereka datang untuk memberi selamat dan meminta di doakan sebagaimana lazimnya orang yang baru pulang haji. <br /><br />Diantara tamu tamunya adalah beberapa ustadz. Kalo ga salah, ada 3 ustadz yang datang. Mereka masih bertetangga di komplek perumahan itu. <br /><br />Ustadz ustadz ini, sambil berbincang bincang mengedarkan pandangannya ke sekeliling tembok sang pengacara. Disana tergantung banyak keris, tombak, wayang dan lain lain yang berbau budaya Jawa. <br /><br />Ya... Pengacara ini memang hobi mengoleksi barang barang antik seperti itu. Termasuk patung Semar berukuran besar yang sudah dicat warna warni. Beberapa diantara koleksinya adalah pusaka beneran. Beliau suka hal itu. Suka keindahannya, dan menghargai nilai seni dan sejarahnya. <br /><br />Setelah berbincang basa basi, ustadz ustadz tersebut mulai 'memberi tausiyah'. Mereka membahas koleksi keris dan tombak tersebut. Menurut pak ustadz itu, sebaiknya koleksi itu disingkirkan. Karena berbahaya bagi akidah. Mengarahkan pemiliknya kepada perbuatan syirik. Menyimpan keris adalah bentuk kesyirikan. Tidak boleh...dan seterusnya.... ustadz itu memberikan pendapatnya. <br /><br />Lama lama pak pengacara ini pun terusik... ia bangkit dari kursinya. Kemudian dia ambil salah satu koleksi kerisnya yang terpajang di tembok. Diperlihatkan kehadapan pak ustadz itu : "...oo yang ini pak....". Lalu ia menjelaskan nilai sejarah keris itu, dan asalnya dari mana. <br /><br />Kemudian dia meletakkan keris itu dilantai. Lalu keris itu dia injak....<br /><br />Para ustadz itu terkejut.....<br /><br />Lalu sang pengacara tadi berkata : <br /><blockquote>Saya lebih takut menginjak kepala pak ustadz dari pada menginjak keris ini...Keris ini bukan apa apa bagi saya, selain hanya hiasan...</blockquote>Setelah itu suasana menjadi serba canggung. Maka para ustadz pun pamit. Karena suasana mulai tidak enak... </span><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;">Mendengar cerita tersebut, saya terus mbatin.....'Wah kena skakmat nih. Bila para ustadz itu bermaksud berdakwah, maka tentu dakwahnya kurang bijaksana. Mestinya tidak buru buru menuduh syirik. Karena efeknya jadi kurang baik ..!'<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">****</span></div><br /><br /><b><span style="font-size: x-large;">Kisah kedua : Patung Semar Warna Warni <br /></span></b><br />Kisah kedua ini lebih menarik. Kalo saya mengingatnya, saya selalu tertawa sendiri.</span><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span><div><span style="font-family: inherit;">Kisah ini juga disampaikan oleh beliau pak pengacara tadi. Beliau menjawab pertanyaan ayah saya. Ayah saya bertanya mengapa patung semarnya diberi warna warni kaya permen. Kami tidak duduk diruang tamu. Melainkan diterima diruangan pribadinya. Disitu memang ada patung semar yang dicat warna warni sangat mencolok.<br /><br />Maka dia berkisah : <br /><br />Asal mula patung semar ini adalah ketika dia sedang bersama bos-nya dan beberapa koleganya di sebuah tempat. Disitu ada patung Semar yang warnanya kusam dan tampak angker. Masih asli warna batu alam yang mulai berkerak dan berlumut. Satu tangan Semar itu memegang kepala. Satu tangan lagi memegang dadanya.<br /><br />Lalu pak bos membuat kuis. Siapa yang bisa menjelaskan, kenapa posisi tangan Semar seperti itu, maka dia akan dapat hadiah.... </span><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;">Maka beberapa orang yang hadir saat itu menyampaikan jawabannya. Tetapi belum dianggap benar oleh si bos. Masih kurang mengena....<br /><br />Lalu pak Pengacara kita ini ikut menjawab. Katanya  : <br /><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;">"maksudnya, gunakan akal dan hati. Jangan melulu pake otak, tetapi hati juga harus menjadi penyeimbang..."</span></div><div><span style="font-family: inherit;"><br />Ternyata jawabannya, dibenarkan oleh bosnya. Pak bos merasa senang. Maka iapun memberikan hadiah. Hadiahnya adalah....... yaa .. patung Semar itu disuruh bawa pulang...<br /><br />Meskipun agak kaget dengan hadiahnya, pak pengacara tetap membawanya pulang. Karena pada dasarnya dia suka produk seni budaya Jawa<br /><br />Maka patung Semar itu menjadi salah satu koleksi barang antik dirumahnya. Diletakkannya patung itu di taman rumahnya... Dekat pagar ditepi jalan. Masih dalam wujud batu alam yang warnanya kusam.<br /><br />Mula mula tidak ada yang aneh dengan patung itu. Lama lama pak pengacara ini melihat sesuatu yang aneh. Keanehannya bukan dari patungnya. Tapi dari perilaku tetangganya. Semula tidak terlalu ia perhatikan. Tapi lama lama ia tertarik untuk mengetahuinya. Dia memastikan keanehan itu, dengan mengamati patung itu dari jendela kamar. <br /><br />Ternyata benar...memang ada keanehan. Salah satu tetangganya selalu menghaturkan sembah setiap melewati tamannya. Setiap berangkat kerja dan pulang kerja. Dia berhenti sebentar ke arah taman kemudian menyembah. Dua kali sehari...<br /><br />Penasaran, ia bertanya pada tetangganya itu. Kamu ngapain ?<br /> <br />Orang itu menjawab : "itu Ki Bodronoyo. Saya menghormat padanya. Bodronoyo adalah Semar. Itu nama aslinya..." <br /><br />Setelah mengetahui itu, Pak pengacara membiarkan saja tetangganya melakukan penyembahan setiap hari, pergi dan pulang kerja. Meskipun risih dengan perbuatannya, namun ia berusaha menjaga tepo seliro (toleransi). <br /><br />Sampai suatu malam, orang itu tidak hanya menyembah. Tetapi menggelar tikar didepan tamannya. Ternyata malam ini adalah malam keramat dalam keyakinannya untuk menyembah si Semar. Ia bertapa semalam suntuk disitu diterangi lilin. <br /><br />Pak pengacara merasa ini sudah melampaui batas. Ini sudah mengganggu dan meresahkan. Tidak ada toleransi lagi. Ia khawatir, nanti perilakunya mengundang orang lain untuk ikut ikutan. Dia ga mau rumahnya jadi tempat ibadah keyakinan lain. <br /><br />Maka keesokan harinya ia memutuskan untuk mengecat patung Semar itu. Dengan warna warni ngejreng.... menyala... kontras.... Seperti permen lolipop. Sehingga, patung Semar yang semula terlihat angker, sekarang jadi lucu. Dia ingin lihat reaksi tetangganya... <br /><br />Dan pagi itu sang tetangga lewat untuk berangkat kerja. Ia berhenti sebentar, ingin menyembah seperti biasanya, tapi tidak jadi. Ia berdiri sebentar keheranan. Kemudian dia melanjutkan perjalanan. </span></div><div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya ia tidak pernah menyembah lagi. <br /><br />Akhirnya, karena warna patung itu sudah tidak cocok dengan tamannya, maka patung itu ia pindahkan kedalam rumah, diletakkan di dalam kamarnya. <br /><br />Itulah kisahnya...Bagi saya kisah tersebut sangat unik dan menarik. Banyak manfaat yang bisa diambil. <br /><br />Terima kasih telah membaca.</span><br /></div></div></div></div>

Kisah yang sayang dibuang. Saya akan bagikan dua kisah, yang sebenarnya sudah cukup lama saya dengar. Yang bercerita, adalah seorang pengaca...