Hukum Menulisi Kain Kafan - Fatwa Sayyid Alwi 1

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <div style="text-align: justify;"> Sayyid Alwi Al Maliki, ayah dari ulama terkemuka Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki adalah seorang ulama besar pada masanya. Beliau banyak memberi fatwa dalam berbagai masalah agama. Fatwa fatwa beliau dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul <i>Majmu Fatawa wa Rasail al-Imam As-Sayyid Alwi Al-Maliki Al-Hasani.</i></div> <div style="text-align: justify;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> Berkut ini adalah beberapa contoh dari fatwa fatwa beliau. Saya posting dalam blog ini untuk kepentingan saya sendiri. Apa yang saya tulis bukan terjemah dari teks aslinya. Melainkan catatan poin poinnya saja. Supaya mudah dirujuk kembali saat dibutuhkan</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h4 style="text-align: justify;"> Fatwa Mengenai Hukum Menulisi Kain Kafan</h4> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertanyaan seorang penduduk Jawa kepada Sayyid Alwi Al Maliki (ayah dari Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki) tentang hukum menulisi kain kafan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Telah datang pertanyaan dari seorang penduduk Jawa bernama Haji Sayuti. Apakah hukumnya menulisi kain kafan dengan ayat ayat Al-Qur'an dengan tujuan agar selamat dari Mungkar dan Nakir ? berdasarkan hadis At Tirmidzi : <b>(barang siapa yang menulisi kain kafan dengan ini...dan ini..maka dia tidak akan ditanya didalam kuburnya, dan tidak akan melihat Mungkar dan Nakir..) </b>dan seterusnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i><b>Maka beliau menjawab sebagai berikut : </b></i></div> <div style="text-align: justify;"> [Setelah basmalah, hamdalah dan shalawat]</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aku telah membaca pertanyaan dari Haji Sayuti al Jawi ini, terutama yang terkait dengan hadis yang disangkutkan kepada Imam At Tirmidzy Abu Isa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertama, aku katakan bahwa hadis itu tidak ada sama sekali dalam al Hafidz Abu Isa At Tirmidzy. Lalu darimana asalnya hadis itu? Apakah ia pernah didengar dan di tashih oleh para ahli hadis?</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kedua, apabila orang yang membawa hadis ini peduli dengan sanad hadis, coba bawakan pada kami sanad hadis ini. Apabila dia termasuk orang yang tidak peduli dengan asal usul ilmunya, maka tidak perlu lagi ada pembicaraan bersamanya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>Tidak boleh seorang muslim mengatakan nabi berkata</i> ..... <i>Tanpa isnad karena takut ada dusta.</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Misalnya kita menduga, bahwa hadis ini terdapat dalam kitab <i>nawadir al ushul</i> (kitab karya Hakim At Tirmidzy, bukan Imam At Tirmidzy), maka tetap kita tolak hadisnya. Karena tercium aroma pemalsuan hadis didalamnya. Disamping itu, ia bertentangan dengan kaidah kaidah syariah yang ada. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adapun dalil untuk menentang isi hadis tersebut adalah sebagai berikut :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertama : dalam hadis itu disebutkan adanya pahala yang sangat besar untuk amalan yang sedikit dan remeh. Ini tanda tanda kepalsuan menurut ahli hadis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kedua : Setiap manusia pasti akan berjumpa dengan Munkar dan Nakir. Ini adalah perkara yang pasti untuk seluruh manusia. Seandainya ada manusia yang selamat dari Mungkar dan Nakir tentu para sahabat nabi lebih pantas untuk selamat. Karena Allah berfirman : </div> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; font-weight: bold; line-height: 34.272px; text-align: right;">يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ</span></div> <div style="text-align: center;"> Allah meneguhkan orang orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (laa ilaaha ilallah) di kehidupan dunia dan akhirat</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Ketiga : Para ulama mengharamkan menuliskan nama nama Allah di kain kafan mayyit karena sama saja meletakkan nama nama suci kepada sesuatu yang najis yaitu nanah, darah dan bau busuk yang mayyit berproses pada hal itu.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Syeikh Abdul Hamid memiliki sebuah kitab berjudul indzarul hadir wal bad bi hurmatil kitabah alal kafani bil madad.</div> <div style="text-align: justify;"> <strike><br /></strike> -selesai-<br /> <br /> <i>Majmu Fatawa wa Rasail al-Imam As-Sayyid Alwi Al-Maliki Al-Hasani, hal 39-40</i></div> </div>

Sayyid Alwi Al Maliki, ayah dari ulama terkemuka Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki adalah seorang ulama besar pada masanya. Beliau banyak...

Saifuddin Ibrahim Mengulangi Dusta Yusuf Roni

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYDIZc-mpPDEF76O1PCy5JLyON-1sBWXPXXn0gM_BfvkkWTt1aPvSI8PPDIiHcfMOdFGlVf9eK-NPmAKC4adnNKJZbwsADrPToOjGBOxhoXl_GgX2fAo2LOtU8vZLA1TwBg2DDdRqGPFKY/s1600/saif.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="194" data-original-width="259" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYDIZc-mpPDEF76O1PCy5JLyON-1sBWXPXXn0gM_BfvkkWTt1aPvSI8PPDIiHcfMOdFGlVf9eK-NPmAKC4adnNKJZbwsADrPToOjGBOxhoXl_GgX2fAo2LOtU8vZLA1TwBg2DDdRqGPFKY/s400/saif.jpg" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">Islam dan kristen adalah agama misi. Keduanya memiliki kewajiban untuk menyiarkan agamanya. Kalau islam namanya berdakwah. Kalau Kristen saya tidak tau. Yang pasti kewajiban ini mengikat pemeluk lama maupun pemeluk baru (yang masing masing disebut mu'allaf dan murtadin). Asalkan dilakukan dengan ilmu dan kejujuran, tentu tidak ada masalah. Tetapi bila dilakukan dengan dusta, maka akan terjadi benturan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seperti cara cara yang dilakukan oleh Hamran Ambrie, Yusuf Roni dan sekarang ada Saifuddin Ibrahim. Mereka menggunakan cara cara tidak jujur. Mengaku mantan tokoh Islam, ulama, ustadz. Kemudian mereka dengan lihai menipu jemaat. Lalu ketika ceramah mereka beredar keluar, terbukti mereka tidak mengerti Islam. Indikatornya banyak. Mulai dari tidak bisa membaca Al Qur'an (atau tulisan Arab), sampai menafsir Al Qur'an dengan tanpa ilmu.  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">Karena itu semua ucapan mereka  tidak perlu capek capek dibahas secara ilmiyah. Cukup dibongkar saja kedoknya. Apalagi sekarang ilmu pengetahuan begitu terang. Ketinggalan zaman anda kalo tidak bisa menggunakan tekhnologi masa kini untuk mengklarifikasi kebenaran. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"><div>Ketika ceramahnya beredar dikalangan sendiri tentu tidak masalah. Pendeta dan jemaatnya salah paham bareng bareng. Meskipun sangat terang mereka sebenarnya tidak tahu apa apa. Mereka tidak sepandai yang anda kira. Cobalah uji keilmuannya. Aslinya mereka akan segera tersingkap. Mereka berbohong. Mungkin untuk cari makan. </div><div><br /></div></div><div style="text-align: justify;">Tapi bila hal itu dilakukan di sembarang tempat, maka ini berbahaya bagi kerukunan. Seperti video yang pernah viral. Pendeta Saifuddin Ibrahim berusaha memurtadkan seorang sopir. Dalam video yang beredar, Saifuddin <i><b>mengaku sebagai seorang Kiai yang hafal Quran</b></i>. Untungnya sang sopir tidak meladeninya. Entah karena tidak mengerti, atau memang malas menanggapi.  Didalam mobil itu sepertinya ada beberapa perempuan yang sudah menjadi jemaat Saifuddin. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya tanya kepada pembaca muslim. Anda percaya kalau Saifuddin Ibrahim ini seorang kiai.? Kalau anda menjawab iya, maka salahmu sendiri. Makanya jadi orang islam mestirajin menuntut ilmu. Saya tidak menyalahkan Saifuddin Ibrahim karena dia memang.sedang jualan agama. Coba simak videonya : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/NNZ3PH6yLoo/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/NNZ3PH6yLoo?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;">Sekarang Kita Buka Kebohongan Saifuddin Ibrahim</h3> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saifuddin mengklaim dirinya menyampaikan kebenaran. Dan anda diminta untuk menerima kebenaran itu. Tentu anda tidak bisa serta merta menerima kebenaran begitu saja. Karena setiap kebenaran harus diuji. Bila gagal uji, maka campakkan saja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mari kita bongkar sedikit beberapa fakta bahwa Saifuddin Ibrahim berbohong. Biar anda tidak gampang terperdaya . </div> <div> <ol> <li style="text-align: justify;">Saifuddin Ibrahim mengatakan bahwa istri nabi Muhammad berjumlah 23 orang. Coba tanyakan nama nama istri nabi tersebut. Saya yakin pasti Saifuddin Ibrahim tidak bisa menjawab. Karena jumlah yang dia sebutkan itu dusta.  </li> <li style="text-align: justify;">Saifuddin Ibrahim membacakan ayat :  <i>wa ankihul ayaamaa masna wa tsulasa wa ruba'<span style="font-family: inherit;">.</span></i><span style="font-family: inherit;"> </span>Coba anda berikan dia Al-Quran suruh mencari ayat itu. Atau kalau sulit, suruh dia gunakan gadgetnya yang paling canggih. Suruh cari di Google. Atau Chat GPT. Pasti tidak akan ketemu. Karena dia sedang membohongi anda. Dan anda manggut manggut saja tidak mengerti kalau sedang dibohongi.</li> <li style="text-align: justify;">Saifuddin mengatakan tahiyyat dibaca 17 kali ?  Tidak usah tanya Chat GPT. Coba tanya saja anak TPQ apakah benar seperti itu.</li> <li style="text-align: justify;">Saifuddin menyatakan terang terangan bahwa dia berat melaksanakan sholat lima waktu. Maka dari itu dia murtad. Dari sini mestinya anda sudah sadar bahwa dia sebenarnya ga beres. Melaksanakan sholat itu mudah dan tidak butuh waktu lama. Kecuali oleh manusia manusia kukang (sloth) yang malas bergerak. <i><b>Lebih lama menunggu pesanan nasi goreng daripada sholat</b></i>.</li> </ol> <span style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">Beredarnya video ini, telah merugikan Saifuddin. Karena  ia telah berurusan dengan polisi. Bisa jadi nasibnya akan berakhir dipenjara (untuk yang kesekian kali). Tapi seperti biasa, setelah itu dia akan dianggap pahlawan oleh ummatnya. Kemudian berbagai jabatan keagamaan akan diserahkan kepadanya. Seperti yang sudah sudah..</div></span> <h4><div style="text-align: justify;"><br /></div> </h4><h3 style="text-align: justify;"> Meniru Pendahulunya : Kasus Yusuf Roni</h3> </div> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dusta adalah cacat moral yang sangat buruk. Baik dalam agama Islam maupun Kristen. Dusta adalah perilaku setan. Dalam pandangan Islam, dusta adalah dosa besar. Al Qur'an menyebut pelaku dusta sebagai orang yang tidak beriman. Pendusta, bila dia seorang periwayat hadis, maka hadisnya ditolak dan dinyatakan palsu. Berdakwah dengan menyampaikan berita berita palsu, sangat tercela dan tidak termaafkan. Karena itu, Islam dalam menyiarkan agamanya tidak akan menggunakan cara cara dusta. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">Jadi mestinya dusta tidak dilegalkan sebagai strategi misi. Seperti Saifuddin ini. Sebelumnya ada Fillemon yang ngaku ngaku memurtadkan KH. Zainuddin. Ada juga Yusuf Roni yang dipenjara 6 tahun gara gara dusta. Belum lama juga ada pendeta perempuan yang dustanya dibongkar oleh ummatnya sendiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;">Mengenai Yusuf Roni, saat ini ia dipercaya ummat memangku segudang jabatan yang cukup berwibawa. Meskipun sebenarnya dari segi kejujuran sudah terbukti lancung. Hukuman penjara adalah buktinya. Kaset rekamannya ketika ceramah di gereja Maranatha pernah beredar dan membuat heboh. Mengaku sebagai kiai Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Mengaku pernah menjadi juri MTQ. Tapi ketika disuruh membaca Al Fatihah, suaranya tercekik cekik tidak karuan makhrojnya. Mengaku dididik di pesantren dan beberapa perguruan tinggi, tetapi lembaga lembaga yang disebutkannya memberi klarifikasi kedustaannya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mestinya seorang pendusta tidak boleh diberi jabatan apapun. apalagi jabatan agama. Sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tidak percaya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;">Mudah mudahan bermanfaat. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;">---oo0oo--</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div>

Islam dan kristen adalah agama misi. Keduanya memiliki kewajiban untuk menyiarkan agamanya. Kalau islam namanya berdakwah. Kalau Kriste...

Saat Adzan Berkumandang, Semua Toko Di Jeddah Tutup. Ini Yang Terjadi Sebenarnya

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtzbbiSqZydTaH_jcL-grtvTNNyO0-WigsZTHYGz4-leQPkguWW4AMwebFyz_jhmnFbkJIr0BklijViNChMxVi1ROiOU5SKZXZ_YCXztdN8nl7ptrrYcWaejuNcAaeRpudAOk_DAEWRujNBOQKEealSAahBIuVr1vIOmhlb-arGqMuqUwbAVAIQQ8F1A/s680/pasar%20jeddah.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="419" data-original-width="680" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtzbbiSqZydTaH_jcL-grtvTNNyO0-WigsZTHYGz4-leQPkguWW4AMwebFyz_jhmnFbkJIr0BklijViNChMxVi1ROiOU5SKZXZ_YCXztdN8nl7ptrrYcWaejuNcAaeRpudAOk_DAEWRujNBOQKEealSAahBIuVr1vIOmhlb-arGqMuqUwbAVAIQQ8F1A/s320/pasar%20jeddah.png" width="320" /></a></div><br /><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: medium;"> Catatan Umroh 29 November 2017</span></b></i></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Akhirnya kami, rombongan Umroh KBIH Al Hamidiyah, harus mengakhiri rangkaian ibadah kami di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Dari Makkah, kami berangkat menuju Jeddah untuk kemudian terbang ke Jakarta. Pesawat akan take of dini hari. Kami masih punya banyak waktu untuk jalan jalan di kota Jeddah.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Salah satu destinasi kunjungan jamaah umroh dari Indonesia ketika mereka berkunjung ke Jeddah adalah Pasar Balad, dengan sebuah Pusat Perbelanjaan Corniche. Saya sih tidak melihat ada papan nama. Hanya dengar dari pengeras suara tour leader kami. Kami mampir sholat maghrib, kemudian dipersilahkan mengunjungi Toko Ali Murah. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Banyak toko yang berbahasa Indonesia. Apalagi ketika menyeberang jalan, langsung berpapasan dengan kios Bakso Mang Oedin. Ternyata toko toko disini banyak menggunakan kata 'murah'. Padahal harganya tidak murah. Entah mengapa mereka memilih kata 'murah' dalam bahasa Indonesia. Bukan bahasa India atau bahasa Pakistan. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Kami menunggu Isya' dengan menjelajahi isi toko Ali Murah. Meskipun toko toko 'Murah' yang lain memanggil manggil, mempersilahkan mampir. Tidak lama kemudian, adzan Isya berkumandang. Perlahan lahan toko toko ditutup. Termasuk Ali Murah. Kios kios Bakso, Juz, Kebab, semuanya mematikan lampu. Mereka mendorong gerobak dagangannya masuk. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Saya langsung berfikir, wahh..alangkah bertakwanya mereka. Begitu mendengar adzan semuanya bergegas menutup dagangannya. Beberapa karyawan Ali Murah pergi ke masjid membawa sajadah. Hanya seorang saja yang tetap menunggui pintu. Saya dan rombongan tidak ikut sholat karena sudah melakukan jama' taqdim. </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Maka sayapun berjalan jalan dikomplek pertokoan yang sudah separuh gelap itu. Ternyata ada tukang kebab masih tetap melayani pembeli, meskipun mereka lakukan sembunyi sembunyi ditempat gelap. Tukang bakso juga. Tukang pulsa juga. Tukang Juz juga. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Yaah...ternyata mereka tetap mementingkan pelanggan daripada sholat. Kemudian saya masuk ke sebuah restorant asli Indonesia. Restoran ini bagian depannya tutup. Tetapi ada pintu darurat, yang mereka siapkan untuk pelanggan. Saya dan rombongan dipersilahkan masuk ewat pintu emergency tersebut. Tiba dilantai dua, ternyata pengunjung sangat ramai. Baik oleh jamaah Indonesia maupun masyarakat setempat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Tidak lama kemudian, vertical blind (hordeng) yang menutupi jendela restoran pelan pelan terangkat. Kita bisa melihat jalanan. Rupanya waktu sholat Isya' sudah selesai.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: medium;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Oo rupanya praktiknya seperti itu. Pelanggan yang sudah mengantri harus tetap dilayani terlebih dahulu daripada sholat. Karena kewajiban sholat memiliki rentang waktu yang cukup leluasa.</span></div> <div style="text-align: justify;"><br /></div>

Catatan Umroh 29 November 2017 Akhirnya kami, rombongan Umroh KBIH Al Hamidiyah, harus mengakhiri rangkaian ibadah kami di Tanah Suci M...

Khutbah Masjidil Haram : Etika Bertanya Pada Ulama

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <div style="text-align: justify;"><i><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgja6-CeALrjTogWFuFV-TMkGV_2ZxulhcYQaH4ModmVwDxc2kIL0ajGrjvUJ2ym4RbeAPnLKzdSGujOpWrTUcf57hzP1tK4bPaahCSy1eeyrTZ3Wc0MsJuzsc8Jsp5ylrPz1uZtzH134JILsiU-jqT3Ut38wHjMn9HLOgxwFjzW2_Zbv2kiiGaibn3cA/s665/khutbah.webp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="665" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgja6-CeALrjTogWFuFV-TMkGV_2ZxulhcYQaH4ModmVwDxc2kIL0ajGrjvUJ2ym4RbeAPnLKzdSGujOpWrTUcf57hzP1tK4bPaahCSy1eeyrTZ3Wc0MsJuzsc8Jsp5ylrPz1uZtzH134JILsiU-jqT3Ut38wHjMn9HLOgxwFjzW2_Zbv2kiiGaibn3cA/s320/khutbah.webp" width="320" /></a></div><br /><b><br /></b></i></div><div style="text-align: justify;"><i><b> Catatan Umroh Jum'at, 17 November 2017</b></i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kenangan Jum'at terakhir di tanah suci Makkah.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hari Jum'at ini setelah tawaf wada' dan melaksanakan jum'atan, rencananya rombongan umroh <a href="http://al-hamidiyah.sch.id/berita/baca/kbih-al.hamidiyah" target="_blank">KBIH Al Hamidiyah</a> akan pulang ke tanah air. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khutbah Jum'at disampaikan oleh Syeikh Sholih bin Humaid seorang ulama anggota Hai'ah Kibar Ulama' Su'udiyah.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Temanya tentang adab (etika) bertanya kepada seorang guru. Saya merasa tema ini penting untuk diangkat karena relevan dengan kondisi ditanah air.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Silahkan disimak isi khutbah ini, mudah mudahan bermanfaat. Terjemah saya buat berdasarkan video yang saya dapatkan dari youtube dan hanya saya cuplik bagian bagian yang penting saja. Berikut ini videonya :<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"><br /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bertaqwalah kepada Allah..<br /> <br /> Takutlah dari ilmu yang tidak diamalkan, dan dari amal yang tidak ikhlas, dan dari harta yang tidak dibelanjakan kepada kebaikan, dan hati yang kosong dari perasaan cinta dan rindu kepada Allah dan waktu yang terlantar dari perbuatan baik.<br /> <br /> Ketahuilah.. bahaya terbesar yang harus dihindari adalah menyia-nyiakan hati dan waktu.</div> <div style="text-align: justify;"> Menyia nyiakan hati, dengan mementingkan dunia daripada akhirat. Menyia nyiakan waktu, dengan mengikuti hawa dan panjang angan angan.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketahuilah... kebaikan itu adalah mengikuti petunjuk dari Allah dan mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan-Nya.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ilmu adalah warisan para nabi. Dan bertanya adalah kunci pembuka ilmu. Syareat islam mendorong kita untuk bertanya.<br /> <br /> Allah berfirman : <br /> <div style="text-align: center;"> <span face=""traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: 24.48px; text-align: right;"> فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكَ</span></div> </div> <div> <div style="text-align: center;"> Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. </div> <br /> Allah Berfirman :<br /> <div style="text-align: center;"> <span face=""traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: 24.48px; text-align: right;">فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ</span></div> <div style="text-align: center;"> maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /> Dalam hadis Rasulullah bersabda :<br /> <div style="text-align: center;"> <span face=""traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: 24.48px; text-align: right;"> هَلاَّ سَاَلُوْا إذَا لـَمْ يَعْلَمُوْا </span><span face=""traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: 24.48px; text-align: right;">إِنَّـمَا شِفاَءُ الْعِيِّ السُّؤَال</span><span face=""traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif" style="font-size: 24.48px; text-align: right;"> </span></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> Kenapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu. Sesungguhnya obat tidak tahu itu bertanya </div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Termasuk bertanya adalah meminta fatwa. Dan fatwa itu amanah. Ibnu Syihab berkata : ilmu itu harta simpanan dan kuncinya adalah bertanya .<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Imam Khalil berkata : ilmu itu tergembok dan bertanya adalah kunci kuncinya ( al ilmu aqfal) jika kau punya kuncinya kau bisa membukanya sesukamu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Bertanya itu bisa menjadi tanda bagi akal dan etika si penanya. Orang berakal tidak mengatakan semua hal. Orang bodoh, mengatakan semua hal, tidak bisa menempatkan apa yang harus dikatakan,<br /> apa yang tidak boleh dikatakan, dan kapan seharusnya ucapan itu dikatakan.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pertanyaan yang baik adalah separuh jawaban. Dan tidak akan mendapatkan ilmu kecuali pemilik lidah yang suka bertanya, hati yang selalu berfikir dan tabiat yang tak pernah jemu.<br /> <br /> Tidak akan dapat ilmu orang yang pemalu dan orang yang sombong. Siapa yang mencari ilmu dengan malu malu maka selamanya ia hidup bercelana kebodohan. <br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka, mengingat pentingnya bertanya dan menjawab ini, para ulama membahas secara mendalam masalah etika dalam bertanya, dan meminta fatwa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Adab adab bertanya adalah sebagai berikut : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <ul> <li>Penanya mesti menyadari sesadar sadarnya bahwa ia nanti akan berdiri dihadapan Allah mempertangguh jawabkan apa yang ditanyakannya. Karena itu ucapannya haruslah benar dan pertanyaannya haruslah cocok dengan masalah. </li> <li>Pertanyaan dimuai dengan ungkapan yang menunjukkan adab dan penghormatan. Diawali dengan do'a do'a semisal  <i>nafa'allah fi ilmikum, baarakallahu fii kum, ahsanallahu ilaikum</i> dll.</li> <li>Awas hindari perilaku kitman (menyembunyikan fakta) atau tazwir (memalsukan fakta) dalam bertanya. Bertanyalah tentang permasalahan yang benar benar terjadi padamu. Jangan yang belum terjadi padamu. </li> <li>Jangan berpindah menanyakan masalahmu pada mufti mufti lain atau ulama. Hal ini menunjukkan rendahnya agama. Dan tidak termasuk sikap wara'. </li> <li>Hati hati jangan mencari cari jawaban yang paling ringan dengan memilih milih fatwa. Siapa yang mengambil keringanan setiap alim atau menunggu nunggu tergelincirnya orang alim, sungguh ia telah menghimpunkan semua kejahatan. Berkata Ibrahim bin Ablah siapa membawa ilmu ilmu yang ganjil (aneh, keluar dari kebiasaan). Maka ia telah membawa banyak kejahatan. Siapa yang mencari cari keringanan dalam perbedaan madzhab, maka itulah kebatilan yang menghilangkan kebaikan agama dan keikhlasan. </li> <li>Hendaklah berhati hati, jangan sampai membentur benturkan pendapat ulama satu dengan yang lain. Karena ahli ilmu itu pasti berbeda pendapat dalam hasil ijtihadnya sejak zaman sahabat sampai hari kiamat. Tetapi wajib mencari ilmu untuk sahnya ibadah, sahnya muamalah dan lurusnya kehidupan.</li> <li>Jika anda mendengar lebih dari satu jawaban, maka hendaklah dia memilih yang paling cocok untuk dirinya keabsahan ibadahnya. Jangan tenggelam dalam hawa nafsu0 dan mencari cari yang enteng.</li> <li>Jauhi keinginan untuk menguji orang alim atau memojokkannya atau melemahkannya atau. Seorang lelaki berkata pada As Sya'bi : aku telah menyiapkan beberapa pertanyaan untukmu (si penanya bermaksud menguji dan melemahkan As Sya'bi). Maka Asy Sya'bi berkata : siapkan saja pertenyaanmu untuk Iblis sampai engkau berjumpa dengannya. Maka tanyai dia. Yusuf bin Mahik meriwayatkan dari Aisyah, bahwa seorang lelaki bertaya padanya. Manakah kain kafan yang bagus...?  Aisyah berkata celaka kau. Apa manfaatnya buatmu.</li> <li>Bertanyalah bila tidak tahu. Jangan bertanya hal hal yang sudah tahu. Karena Al-Qur'an mengatakan <i>fas'aluu ahladz dzikri in kuntum laa ta'lamun</i>. menanyakan hal yang sudah diketahui, itu namanya menguji. Siapa yang menguji, maka ia akan kembali membawa kerugian.</li> <li>Pertanyaan diajukan untuk kepentingan hidup si penanya. Agar ia mendapatkan faedah. Bukan untuk mengangkat dirinya sendiri. Karena ada hadis, <i>siapa yang menuntut ilmu supaya menyaingi ulama, atau berdebat dengan orang bodoh, atau mencari popularitas, maka ia akan disungkurkan kedalam neraka</i></li> <li>Dilarang bertanya dengan pertanyaan yang mengandung unsur jawaban. Dengan meletakkan beberapa poin yang mengarahkan si Alim untuk menjawab sesuai keinginannya. Seperti pertanyaanmu, bagaimana menurutmu mengenai pendapatnya Kiai anu mengenai masalah anu. Yang seperti ini, tidak beretika.</li> <li>Dilarang menulis, atau merekam jawaban si Alim kecuali dengan seizinnya. Karena bisa jadi tulisanmu tidak teliti. Dan bisa jadi jawaban sang guru itu hanya cocok untuk situasi saat itu. Dan tidak cocok untuk situasi yang lain</li> <li>Dilarang mengajukan pertanyaan bertele tele dan terlalu panjang untuk menghormati waktu dan menghormati penanya lain</li> <li>Dilarang membenturkan pendapat para ulama. Seperti : Kiai anu berpendapat berbeda denganmu mengenai masalah ini. bagaimana menurutmu. Pertanyaan seperti ini tidak beretika. karena seorang Alim tabiatnya tidak suka dibanding bandingkan dengan alim lain.</li> <li>Bertanyalah pada waktu yang tepat. Supaya tidak mengganggu si Alim. Perkembangan tekhnologi saat ini memudahkan orang untuk bertanya kapan saja kepada Alim. Sehingga membuat si Alim terganggu istirahatnya.</li> </ul> <div> Demikian beberapa poin yang dapat saya sampaikan dari isi <a href="https://blog-subhan.blogspot.co.id/" target="_blank">Khutbah Jumat Masjidil Harom</a> tanggal 17 Nov. 2017. Tidak terlalu akurat, tapi Insya Allah bermanfaat.</div> <div> <br /></div> </div> </div>

Catatan Umroh Jum'at, 17 November 2017 Kenangan Jum'at terakhir di tanah suci Makkah. Hari Jum'at ini setelah tawaf wad...

Apakah Allah Punya Sifat Maha Penipu ? Pengajian Tafsir Di Masjid Al Haram

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizDayMNcguYDBxUI9VJ6zRZpADOy56rEVixLN1fjJgFNDl1T6hsMpNis4mcoRnf4haQfgmfJj7qcNwlGdDICn2wVS_D55gFI-Rdkyawp462-bvE2DZnjOJL37MH7U1pnWB98tNP46TM8V3/s1600/ngaji+di+masjidil+harom.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizDayMNcguYDBxUI9VJ6zRZpADOy56rEVixLN1fjJgFNDl1T6hsMpNis4mcoRnf4haQfgmfJj7qcNwlGdDICn2wVS_D55gFI-Rdkyawp462-bvE2DZnjOJL37MH7U1pnWB98tNP46TM8V3/s640/ngaji+di+masjidil+harom.jpg" width="640" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Pengajian di Masjidil Harom (Ilustrasi)</td></tr> </tbody></table> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Hari itu (Kamis, 16 November 2017 ) setelah sholat asar saya tidak pulang ke hotel. Saya mau berdiam dulu di Masjidil Haram sampai isya baru pulang. </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <h4 style="text-align: left;"> Pengajian Tafsir </h4> <div> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Terdengar suara pengajian melalui pengeras suara. Saya bangkit mencari sumber suara. Saya lihat ada kerumunan orang memegang kitab. Saya bisa baca dari sampul kitabnya Tafsir Sa'di. </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Seorang Syekh yang sangat berwibawa duduk dikursi khusus yang memang disediakan di beberapa tiang masjid. Sekilas wajahnya mengingatkan saya kepada Syekh Bin Baz yang fotonya sering saya lihat di internet. Malah saya sempat bergumam : "waah Syekh bin Baz masih hidup". </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Saya tidak tahu siapa nama syekh itu. Dia tidak memegang kitab. Matanya sepertinya tidak melihat (buta). Dia hanya duduk menyimak.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Dibawahnya ada seorang anak muda duduk sambil membaca tafsir didepan mikropon. Saya tahu yang dibaca adalah Surat Ibrahim ayat ayat terakhir (ayat 46 - 50) yaitu bagian ayat yang berbunyi <i>waqad makaruu makrohum waindallahi makruhum</i>....dst.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Sesekali syekh tadi menegur dan mengoreksi bacaan muridnya tadi. Dia betulkan i'rabnya tanpa melihat kitab. </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Dimejanya (sebenarnya itu pegangan kursi yang dibuat besar seperti mejanya anak kuliahan) tergeletak beberapa smartphone milik murid muridnya. Mereka meletakkannya disitu untuk merekam semua ucapan gurunya.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Setelah muridnya selesai membaca kitab tafsirnya, Syekh tadi menjelaskan. Penjelasannya dimulai dari mufrodatnya, i' rabnya, kandungan ayatnya dan seterusnya. Standar pengajian tafsir lah.</div> <h4 style="text-align: justify;"><div style="text-align: left;"><br /></div> <div style="text-align: left;">Apakah Allah Punya Sifat Menipu ?</div></h4> <div style="text-align: left;"><br /></div> <div style="text-align: left;"> Kemudian masuklah sesi tanya jawab. Seorang penanya bertanya mengenai ayat <i>waqad makaru makron</i>..apakah Allah punya sifat maha penipu..(sifat makar)?</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Syekh menjawab  :</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Allah hanya mempunyai sifat sifat baik dan sempurna (kamal). Seandainya ada sifat sifat buruk dalam pandangan manusia seperti sifat istihza' (mengejek), sifat menipu, maka untuk Allah pasti baik. Sebagaimana sifat sombong pada diri manusia. Bukankah menyombongi orang sombong itu baik dan terpuji..? Sifat menipu dalam diri Allah adalah baik karena hanya dilakukan kepada musuh musuhnya sebagai pembalasan. </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Didalam alquran tidak satupun ayat yang menyebutkan Allah menipu dari permulaan. Allah tidak  pernah memulai menipu atau mengejek. Tetapi penipuan dan ejekan Allah itu sifatnya membalas.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Perhatikan ayat ayat berikut :</div> <div style="text-align: left;"> <span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا </span><span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">وَأَكِيدُ كَيْدًا </span></div> <div style="text-align: left;"> <i>Sesungguhnya mereka merencanakan tipudaya. Dan Akupun membuat tipu daya sebenar benarnya</i></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Perhatikan dalam surah Yusuf ayat 5</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا</span></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <i>Ya'qub berkata, hai anakku jangan kau ceritakan mimpimu kepada saudaramu, nanti mereka membuat tipu daya kepadamu dengan sebenar benarnya</i></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Kemudian dibalas oleh Allah dalam ayat ke 76</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ</span></div> <div style="text-align: left;"> <i>Demikianlah, kami buatkan tipu daya untuk Yusuf</i></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Dalam Surah Al-Anfal ayat 80 :</div> <div style="text-align: left;"> <span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">ُوَيَـــمْكُرُوْنَ وَيــَمْكُرُ الله</span></div> <div style="text-align: left;"> <i>Mereka membuat tipu daya dan Allah (pun) membuat tipu daya</i></div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Demikian juga dalam surah Ibrahim : </div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> <span face=""Traditional Arabic", Arial, Helvetica, sans-serif" style="background-color: #d9edf7; font-size: 24.48px; font-weight: 700; text-align: right;">وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِندَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِن كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ</span></div> <i><div style="text-align: left;"> <i>Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu</i></div> </i><div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Wallahu Alam</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Tanya jawab terhenti karena Syeikh melihat temannya dari kejauhan (ternyata beliau bisa melihat) dan dia memanggilnya. Keduanya saling berpelukan dan berbasa basi.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Kemudian masuk waktu isya. Pengajian ditutup. Syeik itu berdiri dan murid muridnya berebut menciumnya. Bukan tangan yang dicium tetapi jidatnya. Syekh itu berlalu bersama temannya dengan pengawalan askar.</div> <div style="text-align: left;"> <br /></div> <div style="text-align: left;"> Mudah mudahan bermanfaat.</div> </div>

Suasana Pengajian di Masjidil Harom (Ilustrasi) Hari itu (Kamis, 16 November 2017 ) setelah sholat asar saya tidak pulang ke hotel. ...

Belanja di Tanah Suci, Dari Diusir Sampai Dilempar Tasbih

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOy6NwtclLsV56fOsiuDyJi_JCChfOcC59W-uDFx4v8FbD0nMOS32i8SviJO80KZd0Djp13kDrmTCSKMPtxl14C45CzRv2OenM3UEGQLd03wJeqwqCW50Ci3S4KmLjgHrh0MX0mnKHagde/s2560/%255BUNSET%255D" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOy6NwtclLsV56fOsiuDyJi_JCChfOcC59W-uDFx4v8FbD0nMOS32i8SviJO80KZd0Djp13kDrmTCSKMPtxl14C45CzRv2OenM3UEGQLd03wJeqwqCW50Ci3S4KmLjgHrh0MX0mnKHagde/s640/%255BUNSET%255D" style="cursor: pointer; display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center;" /></a><br /> <br /><i><b> Catatan Umroh 2017<br /></b></i> <br /> <div style="text-align: justify;"> Makkah dan Madinah, tentu berbeda dengan Tanah Abang. Meskipun yang dijual sama saja. Belanja di Tanah Abang (atau lebih keren disebut TA), pembeli itu seperti raja. Bisa menawar sesukanya. Kita sama sama sudah hafal trik belanja di TA. Bila si pedagang tidak mau menurunkan harganya, tinggal saja. Biasanya tidak lama kemudian dia akan memanggil manggil. Mengalah pada kemauan kita.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Di Madinah, orang orang Indonesia mencoba mempraktekkan kebiasaannya belanja di Tanah Abang. Menawar serendah rendahnya dan sealot alotnya. Tapi yang didapat justru berbeda. Mereka mendapatkan pengalaman "tragis" yang cukup unik untuk diceritakan. Karena disini pembeli bukanlah raja. Pedaganglah rajanya. Mereka bebas mengusir siapa saja, terutama tukang tukang nawar. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD-sS2Iwo8CmVR8veGE3flguahSz_gdZZq4F81rKaHs_rnD4UcaMN9Yc-UvUFDxS0zhHaMX3DXUM_WUuBWOdl_wSXyRn6jJfhCrihjd9qMrWXISi8e3zvKEwrWWpBr_VDXZjiKmJ2uj158/s2560/%255BUNSET%255D" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD-sS2Iwo8CmVR8veGE3flguahSz_gdZZq4F81rKaHs_rnD4UcaMN9Yc-UvUFDxS0zhHaMX3DXUM_WUuBWOdl_wSXyRn6jJfhCrihjd9qMrWXISi8e3zvKEwrWWpBr_VDXZjiKmJ2uj158/s640/%255BUNSET%255D" style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center;" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebelumnya saya memang sudah mendengar beberapa teman yang bercerita pengalamannya belanja di Tanah Suci terutama Madinah. Ada yang di sabet sendal oleh pedagangnya. Ada yang diberi isyarat tidak suka. Tak disangka selama perjalanan umroh ini, saya alami sendiri beberapa kejadian unik tapi cukup menjengkelkan ketika berbelanja. </div> <br /> Berikut ini beberapa pengalaman unik saya ketika berbelanja di Madinah, Quba' dan Makkah :<br /> <br /> <br /> <h4><span style="font-size: x-large;"> 1. Indonesia Bakhil</span></h4> <div style="text-align: justify;"> <br /> Ini pengalaman pertama. Setelah sholat asar, saya dan teman teman pergi ke pasar yang ada di dekat hotel Elaf. Kami memilih milih sajadah. Ada yang cukup bagus harganya 20 real. Karena harganya cukup masuk akal, kami tidak menawar. Langsung dibayar cash. Pedagangnya senang, dia mengacungkan dua jempol pada kami. Sambil berkata "oke oke ... bagus bagus".</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Belum lama kami beranjak dari toko itu, kami dikejutkan oleh teriakan "Indonesia Bakhil ... Indonesia Bakhil....". Kami bertiga menoleh. Rupanya ada orang Indonesia yang menawar dagangan tapi tidak jadi beli. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Wah malu juga kalo diteriakin begitu. Untung tadi kita tidak nawar.." kata teman saya.</div> <br /> <br /> <h4><span style="font-size: x-large;"> 2. Diusir</span></h4> <div style="text-align: justify;"> <br /> Hari berikutnya, masih di Madinah. Sore itu saya berjalan jalan kesudut dekat pemakaman Baqi'. Ada beberapa toko souvenir disitu. Lokasinya ada di bawah hotel hotel besar. Pasti harganya mahal mahal. Diantara toko toko souvenir itu, saya melihat toko kitab. Dari dulu saya selalu tertarik pada toko kitab. Kalo di Indonesia biasanya saya lihat lihat dulu, lalu saya memutuskan mau membeli judul kitab apa. Kali ini di Madinah, saya juga tidak punya rencana mau beli kitab apa. Pengen lihat lihat dulu saja.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketika saya masuk, pemilik toko segera meyambut ..."marhaban marhaban". Dia bertanya mau cari apa. Dia menggunakan Bahasa Indonesia. Saya bilang mau lihat lihat dulu...(saya tidak menggunakan bahasa Arab disini. Semua pedagang di Madinah bisa berbahasa Indonesia).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pak tua pemilik toko itu tampaknya tidak senang. Dia memegang tangan saya kuat kuat sambil memasang badan menghalangi saya. Kemudian dia mulai mendorong saya keluar sambil berkata : "tidak beli .... tidak beli..</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya berfikir cepat dan berkata : "kitab khat..kitab khat ...(buku kaligrafi)...... adawatul khat (alat tulis)....qashabah qashabah (bambu).....</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tapi dia terus mendorong saya sambil berkata : tidak ada khat...tidak ada khat... kemudian dia melantunkan syair yang tampaknya mencela khat.</div> <div style="text-align: justify;"><br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hasem bener... akhirnya saya diusir.</div> <br /> <br /> <h4><span style="font-size: x-large;"> 3. Tasbeh dilempar</span></h4><div style="text-align: justify;"> Meninggalkan toko kitab, ternyata saya melihat kejadian berikutnya. Saya masuk ke toko souvenir.  Ada ibu ibu Indonesia memilih tasbeh bagus. Terbuat dari batu dengan semacam bulan bintang diatasnya. Tasbeh itu ditunjukkan kepedagangnya untuk menanyakan harga. Si pedagang menyebut harga 30 atau 80 (saya kurang jelas). Si ibu menawar 10 real. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Si pedagang langsung mengambil tasbeh itu lalu menunjuk ke atas... "yang atas saja murah10 real". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kata si ibu tadi, "yang ini saja 10 real". Sambil menunjuk nunjuk tasbeh yang ada ditangan si pedagang. Si pedagang tampak tidak senang. Ia lantas melemparkan tasbeh itu kearah ibu ibu tadi. Si ibu terkejut dan menangkap tasbeh itu sebelum mengenai mukanya. Kemudian si pedagang melayani orang lain dan ibu tadi dicuekin. </div> <div style="text-align: justify;"><br /></div> <h4><span style="font-size: x-large;"> 4.  Kembalian dibawa lari tukang minyak</span></h4> <div style="text-align: justify;"> <br /> Masjid Quba' adalah salah satu destinasi perjalanan kami. Berbeda dengan Madinah, di Quba' banyak sekali pedagang asongan. mereka menjual minyak wangi (parfum), kurma, delima, rumput Fatimah, dan lain lain. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya sempat berbincang dengan seorang pedagang dari Madura yang menawarkan kurma muda bubuk. Menurutnya, pengasong disini kebanyakan orang asing, dan semuanya ilegal. Bila ada polisi, mereka akan lari. Bila tertangkap akan diancam denda dan hukuman penjara.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRmd-CtwNVWTVyHwGUXBtUhay00ebBD68LwDW_H7ksZMQ80IPY3ZcF_u33cQjUds7CxBnyRqTD5P5kYy8Uh727Kv47y3-RWUAm9dAPZiSwkdaMpclmb0RRVlOz4ZUHcyH1yoSqCY4B4HUt/s1600/%25D8%25A3%25D8%25B7%25D9%2581%25D8%25A7%25D9%2584+%25D8%25A7%25D9%2581%25D8%25BA%25D8%25A7%25D9%2586+%255B640x480%255D.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRmd-CtwNVWTVyHwGUXBtUhay00ebBD68LwDW_H7ksZMQ80IPY3ZcF_u33cQjUds7CxBnyRqTD5P5kYy8Uh727Kv47y3-RWUAm9dAPZiSwkdaMpclmb0RRVlOz4ZUHcyH1yoSqCY4B4HUt/s16000/%25D8%25A3%25D8%25B7%25D9%2581%25D8%25A7%25D9%2584+%25D8%25A7%25D9%2581%25D8%25BA%25D8%25A7%25D9%2586+%255B640x480%255D.JPG" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anak anak Afghanistan menjajakan tasbih di Masjid Quba'</td></tr> </tbody></table> <span id="goog_504949674"></span><span id="goog_504949675"></span><br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya tidak belanja apa apa sampai masuk ke bis. Diatas bis, ada pedagang minyak wangi masuk. Wajahnya wajah India. Dia menawarkan parfum 25 real dapat 5 kotak. Satu kotak isinya 6 botol. Saya fikir, waah.,.. lumayan buat oleh oleh. Teman teman saya banyak yang beli. Saya beli lima kotak. Saya berikan dia uang 50 real. Karena saya hanya membawa itu. Harusnya saya masih punya kembalian 25 real lagi. Dia membuka buka dompetnya cari cari kembalian. Tiba tiba diluar gaduh, entah ada apa. Si pedagang tiba tiba lari keluar dari bis. Kembalian saya dibawa lari. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya mencari tau apa yang terjadi. Katanya ada polisi. Ada razia. Saya masih berharap si pedagang kembali lagi ke bis. Tetapi tak lama kemudian bis berangkat. Yaa sudahlah.<br /> <br /><br /> <h4><span style="font-size: x-large;"> 5.  Di Telikung Karyawannya Sendiri</span></h4> <div> <br /></div> <div> Hari terakhir di Makkah. Saya panik mencari oleh oleh. Kalo hari ini ga dapat oleh oleh buat anak, istri dan mertua, bisa bisa besok ga ada kesempatan belanja. </div><div><br /></div><div>Saya masuk ke sebuah toko. Menawar mukena, sorban dan baju. Penjaganya dua duanya berwajah India atau Pakistan. Sementara bosnya orang Arab, hanya duduk di pojokan. Agak sulit berkomunikasi dengan penjaganya ini. Saya coba bahasa Arab dan Indonesia di tidak bisa. </div> <div> <br /></div> <div> Saya minta mukena putih dia bawakan bergo batik. Saya bilang yang putih, dia bilang "ini putih". Saya bilang ini batik mas.... Dia bingung. Akhirnya barang barang yang saya butuhkan saya kumpulkan. Harganya 100 real lebih dikit. Kira kira kalo dirupiahkan 400 ribuan. Saya coba tawar harganya setengahnya. Meski ngomongnya agak hati hati. </div><div><br /></div><div>Diluar dugaan, ternyata dia mengabulkannya. Tapi dia mengajak saya ke pojok. Ditempat yang tidak dilihat oleh bosnya. </div> <div> <br /></div> <div> Disitu dia menghitung hitung lagi, kemudian dia bilang semua 250 ribu. Minta dibayar dengan uang rupiah. Saya bilang tidak bawa uang rupiah.  Dia mempersilahkan saya mengambil uang rupiah dihotel. Diberi waktu 5 menit. Saya masih belum mengerti maksudnya. </div> <div> <br /></div> <div> Akhirnya saya kembali, dan melunasinya dengan uang rupiah. Tiba tiba dia minta tambahan 10 real. Saya bertanya untuk apa. Dia bilang kerja... kerja... . Saya berikan ia uang 10 real. Dia ambil dan dimasukkan ke dompetnya. Lalu dia menyuruh saya segera keluar. </div> <div> <br /></div> <div> Saya masih belum mengerti. Saya lihat dia menyerahkan uang rupiah ke bosnya. Si bos menerima tanpa bertanya apa apa. Saya pulang kehotel sambil berfikir ada apa sebenarnya. </div> <div> <br /></div> <div> Apakah saya ditipu lagi..? Ataukah si karyawan ini telah melakukan praktek korupsi dan kolusi. Dia mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan memanfaatkan dagangan bosnya. Dia kabulkan orang yang menawar, kemudian dia minta imbalan. Kebetulan bosnya juga tidak mau tahu barangnya dijual berapa. </div> <div> <br /></div> <div> Tentu saja semuanya sudah terlanjur. Bila saya sadari lebih awal mungkin saya akan menolak. </div> <div> <br /></div> <div> Itu beberapa pengalaman belanja di Tanah Suci. Tentunya saya tulis ini tidak untuk menyudutkan siapa siapa, dan bukan untuk menakuti anda. Hanya saja berhati hatilah. Mudah mudahan bermanfaat. </div><div><br /></div><div>----</div> <div> <br /></div> </div> </div>

Catatan Umroh 2017 Makkah dan Madinah, tentu berbeda dengan Tanah Abang. Meskipun yang dijual sama saja. Belanja di Tanah Abang (atau ...

Salaman Setelah Sholat, Salah Satu Keunikan Jamaah Indonesia

<div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0aGqsFsoTx5607FyfsvatPJi5tM7qs1aADLwSSDavODatGvQ7EoWbO-XC253UQkTOishGBpfV4mBhUZ-adpQuTl3nDBXm5EKoX0zK1Hm7FbutSSCyFhrZIG5qotftd_P3WAZk01SaoKGi/s1600/salaman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="299" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0aGqsFsoTx5607FyfsvatPJi5tM7qs1aADLwSSDavODatGvQ7EoWbO-XC253UQkTOishGBpfV4mBhUZ-adpQuTl3nDBXm5EKoX0zK1Hm7FbutSSCyFhrZIG5qotftd_P3WAZk01SaoKGi/s400/salaman.jpg" width="400" /></a></div> <br /> <br /> Catatan Umroh 2017</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Selain peci hitamnya yang khas, jamaah umroh asal Indonesia diketahui dari kebiasaannya yang unik. Setiap selesai sholat mereka pasti mengajak salaman orang sebelah kanan, kiri, depan, dan belakang. Tidak cukup satu orang yang disalamin. Dibagian belakang bisa tiga orang diajak salaman. Mereka sudah terbiasa seperti itu ditanah air. Kecuali di masjid masjid tertentu dikota kota besar.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ditanah suci, tentu kebiasaan ini menjadi unik karena orang orang Arab tidak melakukannya. Mereka mungkin belum pernah mengalami itu sehingga sebagian dari mereka malah tertarik untuk ikut salaman. Maka terjadilah sebuah peristiwa yang menggelikan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seperti yang saya lihat pada hari itu. Ada seorang tua berpeci hitam, mengajak salaman sehabis sholat. Yang disalami semuanya orang Arab. Kanan, kiri, depan, kemudian dia berbalik badan kebelakang dia salamin. Melihat itu, orang orang Arab yang posisi duduknya agak jauh, ikut ikutan mengulurkan tangan minta disalamin. Seperti efek berantai, akhirnya mereka silih berganti mendekati pak tua itu untuk bersalaman. Setelah bersalaman mereka cengar cengir dan saling berkomentar dengan teman temannya dengan bahasa Arab. Tampaknya mereka senang.  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pak tua itu pasti tidak menyangka bahwa hari ini dia bersalaman dengan lebih banyak orang daripada ditanah air. Saya berbisik kepada teman saya :  "orang tua itu mungkin seorang wali.."  Teman saya tertawa. Kemudian teman saya berkata : "Di Indonesia malah dikasih sikut...."</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Apa yang dikatakan teman saya itu benar, karena pada tahun 1996 saya pernah mengalaminya.Saya sholat subuh disebuah masjid diderah Matraman dekat kampus LIPIA. Selesai sholat, saya ajak salaman orang sebelah kanan saya, dia membalasnya dengan sikut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

Catatan Umroh 2017 Selain peci hitamnya yang khas, jamaah umroh asal Indonesia diketahui dari kebiasaannya yang unik. Setiap selesa...

Memilih Pesantren, Awas Anakmu Jangan Salah Masuk Pesantren

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie8r1QU2VFILvFgeNQ5zgTJOkMGVhIS1WJQc4bWIlyQ8-ttzxZL9Wn1OTlKv47R-0V9tcBRcdH1p58HSgzF13JbF391IW2SRG0BMtWyJHQ23E5SFPk8v8hwiVj748gExydzs0utHFoFj3Z/s1600/pesantren+teroris.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="620" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie8r1QU2VFILvFgeNQ5zgTJOkMGVhIS1WJQc4bWIlyQ8-ttzxZL9Wn1OTlKv47R-0V9tcBRcdH1p58HSgzF13JbF391IW2SRG0BMtWyJHQ23E5SFPk8v8hwiVj748gExydzs0utHFoFj3Z/s320/pesantren+teroris.jpg" width="320" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> sindonews</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: red; font-size: x-large;">Kaget </span>juga baca berita ada Pesantren di Bogor yang mengirim murid muridnya untuk bergabung dengan ISIS. (Baca Beritanya : <a href="https://international.sindonews.com/read/1237712/40/santri-11-tahun-gabung-isis-pesantren-di-bogor-disorot-media-asing-1504823217" target="_blank"><b><i>Santri 11 Tahun Gabung ISIS, Pesantren di Bogor Disorot Media Asing</i></b></a>).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam khas yang sudah ada sejak lama. Pesantren dikenal mengajarkan agama islam yang penuh kedamaian dan kelembutan disatu sisi. Disisi lain, pesantren juga menjadi pusat perlawanan bela negara, terdepan melawan musuh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pesantren semula memang menjadi trademarknya NU. Lahirnya Nahdhatu Ulama, dibidani kiai kiai pesantren. Regenerasi kader NU juga berlangsung di Pesantren. Ajaran islam rahmatan lil alamin yang di usung NU juga bermula dari corong pesantren. Tidak ada pesantren ya tidak ada NU. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemudian belakangan ini banyak pihak yang tertarik membangun lembaga pendidikan, dengan mengambil model Pesantren juga. Karena pendidikan model pesantren memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam menciptakan lingkungan yang baik bagi anak didik. Tapi ada juga yang membangun pesantren sekedar untuk wibawa saja. Punya tanah sedikit, bangun pesantren. Bisa ceramah sedikit, bangun pesantren.<br /> <br /> Maraknya pembangunan pesantren ini disatu sisi harus disambut baik dan disyukuri. Tapi disisi lain, banyaknya pesantren membuat masyarakat awam bingung. Karena masing masing pesantren pasti mengusung dan memperjuangkan ideologi khas kelompoknya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pemilihan pesantern menjadi tidak sederhana seperti dulu. Mereka yang masih percaya dan setia kepada Pesantren model tertentu, akhirnya merasa salah masuk. Kok isinya kaya begini. Kok anak saya jadi kaya begini. Yang masih setia kepada Pesantren ala NU model dahulu, malah masuk ke pesantren yang menolak hadis, misalnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akhirnya banyak orang tua yang merasa keliru memilihkan pesantren untuk anaknya. Seperti yang menimpa teman saya ini :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seorang teman menceritakan perasaan syukur dan harunya karena telah memondokkan anaknya di sebuah pesantren tahfidz didaerah Bogor. Sebulan kemudian dia menyampaikan ketakutannya. Dalam pandangannya pesantren anaknya ini aneh. Bulan puasa kemarin, santri dan kiainya memulai sahur menjelang subuh. Dan mereka terus makan dan minum meski sholat subuh sudah didirikan oleh lingkungannya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saya bilang padanya : Cabut anakmu dari pesantren itu. Tidak cocok dengan keyakinanmu.<br /> <br /></div> <h3 style="text-align: justify;"> Pilih Pesantren, Lihat Namanya Dulu</h3> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Memilih pesantren, sebenarnya cukup dengan melihat namanya. Ini langkah awal yang cukup mudah sebenarnya dan bisa dicoba. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Pesantren milik Muhammadiyah, biasanya ada label Muhammadiyah dibelakangnya. Sama seperti SD, SMP, dan Universitas milik mereka. Misalnya SD Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah dan seterusnya</li> <li style="text-align: justify;">Kalo pesantren itu namanya diawali <i>Daar</i> biasanya merupakan pesantren modern yang menekankan pada bahasa asing. Bisa jadi ia berafiliasi ke Gontor atau diasuh oleh alumni Gontor, atau mengadopsi kurikulum Gontor. Mereka berciri modern dan menekankan pada penguasaan Bahasa Arab dan Inggris. Misalnya Daarul Muttaqin, Daarun Najah, Daarur Rahman dll.</li> <li style="text-align: justify;">Kalo pesantren pesantren NU yang didirikan oleh kiai kiai sepuh, biasanya lebih dikenal dengan<i> nama daerah</i> domisilinya. Meskipun sebenarnya mereka punya nama 'arab' tapi nama itu tidak terkenal. Misalnya Pesantren Krapyak, Pesantren Langitan, Pesantren Kebun Rejo, Pesantren Kajen, Pesantren Asembagus, Pesantren Lirboyo, Pesantren Sarang, Pesantren Sidogiri dan lain lain. kadang kadang juga mengambil nama nama wali seperti Pesantren Walisongo, Pesantren Sunan Drajat, dan seterusnya.</li> <li style="text-align: justify;">Kalo Pesantren yang berafiliasi kepada kelompok puritan Salafi Wahabi, biasanya tidak memakai istilah "pesantren" tetapi memakai istilah "Ma'had'. Selanjutnya mereka meletakkan nama nama generasi Salaf, seperti ma'had Ibnu Abbas, ma'had Imam Bukhori, ma'had Imam Muslim, Ma'had Imam Syafii, Pesantren Ibnu Mas'ud,  (yang kini jadi sorotan karena santrinya diduga ikut ISIS) dan lain lain. Mereka terkadang memakai nama nama ulama wahabi seperti Pesantren Ibnu Taimiyah, Islamic Center Bin Baz, dan seterusnya. Kadang kadang mereka memakai embel embel 'salafy' atau nama 'sunnah' seperti ma'had as-sunnah Cirebon.</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tentu ini hanya peta kasar. Masih berupa pedoman umum. Dilapangan mesti ada pengecualian pengecualian. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yang penting diketahui adalah bila pesantren itu berlabel "<i>salafiah syafiiyah</i>'' berarti miliknya orang NU. </div> <div style="text-align: justify;"> Kalo labelnya 'salafi' saja, atau 'ahlussunnah bermanhaj salafi', berarti milik Salafi Wahabi. Pesantren salaf itu pesantren NU. Pesantren salafi bukan punya NU.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kalo Pesantren Al Hamidiyah Depok? Ini adalah pesantren Ahlussunnah wal Jamaah NU yang didirikan oleh seorang tokoh NU KH Achmad Sjaichu. Ini pesantren modern, dengan tetap memelihara warisan ulama salaf (tetapi bukan salafi). Sesuai dengan kaidah yang dianut NU : <i>al muhafadzotu 'alal qadiimis shoolihi. Wal Akhdzu bil jadiidi al aslahi.</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Demikian mudah mudahan bermanfaat...</div> </div>

sindonews Kaget juga baca berita ada Pesantren di Bogor yang mengirim murid muridnya untuk bergabung dengan ISIS. (Baca Beritanya : ...

Nabi Ulul Azmi

<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"> <div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoi9nlUxUHryqc1tE_Bj8A-tzZyzck4YQqq9SbDCxHBZa_pB8-ZlIZEyQaJQ0clMOZyIblAG3B39xroOeEXV2yVzCWz9u676y8_b8SopsiyryVoINBo5tjLGddmeHNhN46ImdL0mSAbvJ2/s1600/%25E2%2580%2598%25D9%2585%25D8%25B9%25D9%2585+%25D9%2590%25D8%25A6%25D8%25A9%25D9%2587.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="187" data-original-width="847" height="141" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoi9nlUxUHryqc1tE_Bj8A-tzZyzck4YQqq9SbDCxHBZa_pB8-ZlIZEyQaJQ0clMOZyIblAG3B39xroOeEXV2yVzCWz9u676y8_b8SopsiyryVoINBo5tjLGddmeHNhN46ImdL0mSAbvJ2/s640/%25E2%2580%2598%25D9%2585%25D8%25B9%25D9%2585+%25D9%2590%25D8%25A6%25D8%25A9%25D9%2587.png" width="640" /></a></div> <div style="text-align: center;"> <b><span style="color: blue; font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-small;">http://www.forody.com/2017/02/blog-post_16.html</span></b></div> <b><span style="color: #b45f06; font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-large;"><br /></span></b> <b><span style="color: #b45f06; font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-large;">P</span></b>enjelasan Syekh Nawawi Banten mengenai Nabi Nabi Ulul Azmi dalam sebuah kitab kecil berjudul <i>Qatrul Ghaits Fi Masail Abi Al Laits</i> halaman 7. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pengertian Ulul Azmi adalah yang memiliki tekad dan kesungguhan serta kesabaran. Ibnu Abbas dan Qatadah berkata : ulul azmi artinya yang memiliki ketabahan (<i>tsabat</i>) dan kesungguhan (<i>al jidd</i>) dalam menjalani urusannya. Merek ada lima orang dan semuanya adalah pemilik syariat (<i>ashabus syaro'i</i>).  Mereka adalah Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dinadzomkan dalam bahar thawil </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ِمُحَمَّدٌ اِبْرَاهِيْمُ مُوْسَى كَلِيْمُهُ * وَعِيْسَى وَنُوْحٌ هُمْ اُولُو الْعَزْمِ فَاعْلَم </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Para rasul pemilik syariat ada enam, semuanya ulul azmi kecuali Adam as. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Muqatil berkata : ulul azmi ada enam :</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <ol> <li>Nuh as.      ia bersabar ketika disakiti kaumnya</li> <li>Ibrahim as. ia bersabar ketika dibakar didalam api</li> <li>Ishaq as.    ia bersabar ketika hendak disembelih (dikurbankan)</li> <li>Ya'qub as.  ia bersabar atas hilangnya anaknya, dan kebutaan matanya</li> <li>Yusuf as    iabersabar ketika disumur dan dipenjara</li> <li>Ayyub as.  ia bersabar atas cobaan</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Qatrul Ghaits 7)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dulu kita disuruh menghafal nama nama Nabi Ulul Azmi dengan singkatan NIMIM (urutan dari yang tertua yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad alaihimussholaatu was salaamu) atau MIMIN (diurut dari yang termuda : Muhammad, Isa, Musa, Ibrahim dan Nuh). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam kitab ini Syekh Nawawi membuka wawasan paling tidak dua hal :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i><b>Pertama,</b></i> adanya pendapat lain mengenai siapa saja yang termasuk nabi Ulul Azmi itu. Beliau mengutipkan pendapat seorang ahli tafsir Muqatil bin Sulaiman. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>Kedua,</i></b> beliau juga mengisyaratkan adanya perbedaan pendapat dikalangan ahli tafsir, mengenai siapa sebenarnya anak Nabi Ibrahim yang disembelih, apakah Ishaq atau Ismail. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sekedar catatan, mudah mudahan bermanfaat. </div> <div align="right" style="font-size: xx-small;"> posted from <a href="https://market.android.com/details?id=pl.przemelek.android.blogger">Bloggeroid</a></div> </div>

http://www.forody.com/2017/02/blog-post_16.html P enjelasan Syekh Nawawi Banten mengenai Nabi Nabi Ulul Azmi dalam sebuah kitab kecil...

Kiai Said Agil, Bunda Neno Dan Syu'bah Bin al Hajjaj

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0cgonrhvSqu6EnR5y3kHFl4RfMO2ObM19uWrEBeSj5my2FHE791P3kvRHE10crNkDbrPy4L2i-CH2-OLCqgRdpQ21n8lMrGgo4R1wn6alvS7pj6O2nrg8g3DKcNEMDqtxWYSN7AElCJsA/s1600/said+aqil.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="476" data-original-width="635" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0cgonrhvSqu6EnR5y3kHFl4RfMO2ObM19uWrEBeSj5my2FHE791P3kvRHE10crNkDbrPy4L2i-CH2-OLCqgRdpQ21n8lMrGgo4R1wn6alvS7pj6O2nrg8g3DKcNEMDqtxWYSN7AElCJsA/s400/said+aqil.jpg" width="400" /></a></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Belum lama ini Ketua PBNU KH. Said Agil Siradj (KH.SAS), kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Pernyataan yang bikin kuping panas.  Katanya : "nonton porno lebih baik daripada nonton ceramah provokativ". </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagi santri, anak anak nongkrong, dan wartawan, ucapan pak Kiai ini cuman kelakar. Guyon. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagi kaum awam, omongan ini dianggap kelas tinggi, tidak boleh dijadikan santapan umum. Elu belum sampe maqomnya. Kaga bakal paham.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Ada juga yang langsung murka. Menganggap omongannya sampah dan berbahaya. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Diantara yang murka adalah bunda Neno Warisman. Setidaknya itu yang saya baca di halaman situs <a href="http://www.portal-islam.id/2017/05/kami-para-ibu-tidak-terima-ucapan-said.html" target="_blank">Portal Islam</a>. Bunda Neno geram sekali. Tulisannya resah mencakar cakar. Mengatas-namakan ibu ibu anti pornografi. Kami Para Ibu tidak terima. Ucapan KH. SAS dapat merusak otak anak anak. Begitu katanya.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagi saya, ucapan Kiai Said ini serius. Beliau tidak guyon. Beliau sedang memperingatkan orang agar menjauhi sumber sumber paham radikal. Ucapannya ini sama seperti ucapan Syu'bah bin Hajjaj kala itu... saat Syu'bah berusaha mengenyahkan para ulama dari perbuatan tadlis hadis.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <h4 style="text-align: justify;"> Syu'bah Bin Hajjaj Dan Omongannya</h4> <div> <br /></div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> Bila anda sedang belajar hadis, anda pasti  tidak asing dengan nama ini. Syu'bah bin al-Hajjaj. Seorang <i>Amirul Mukminin fil Hadis</i>. Tidak sembarangan lho gelar ini. Beliau juga digelari bapaknya ilmu jarh wa ta'dil. Salah satu cabang ilmu hadis yang isinya menilai keabsahan perawi hadis.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Singkatnya, Syu'bah bin Al Hajjaj ini termasuk seorang ulama besar dalam bidang hadis.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Anda tahu, Syu'bah ini sering mengeluarkan pernyataan pernyataan yang mirip dengan ucapan Kiai SAS. Malah ucapannya lebih gila menurut saya. Bisa jadi KH. SAS hanya mengulangi ucapan Syu'bah. Dengan konteks yang berbeda tentunya. Syu'bah berjuang memerangi tadlis, KH. SAS memerangi paham radikal.</div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Coba baca ucapan ucapan Syu'bah berikut ini : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 13px;"><span lang="AR-SA"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">لَأَنْ أَزْنِيَ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أُدَلِّسَ </span></span></span></span></div> </blockquote> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <i>Lebih baik saya berzina daripada saya melakukan tadlis</i></div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Dalam riwayat lain beliau ucapkan :<br /> <br /> <blockquote class="tr_bq"> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 13px;"><span lang="AR-SA"><span style="font-size: medium;">لَأَنْ أُرْبِيَ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أُدَلِّسَ </span></span></span></div> </blockquote> </blockquote> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">  <i style="text-align: center;">Lebih baik saya memakan riba daripada saya melakukan tadlis</i></blockquote> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> Dalam riwayat lain beliau ucapkan :<br /> <blockquote class="tr_bq"> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 13px;"><span lang="AR-SA"><span style="font-size: medium;">َلَأَنْ أَخِرَّ مِنَ السَّمَاءِ أَحَبُّ إلّيَّ مِنْ أَنْ أُدَلِّس </span></span></span></div> <div style="text-align: center;"> <i>Lebih baik saya jatuh terjerembab dari langit, daripad saya melakukan tadlis.</i></div> </blockquote> </blockquote> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lihat..? Bagaimana mungkin, zina yang merupakan dosa besar, lebih disukai..? Apalagi riba. Sebagian ulama berpendapat memakan riba lebih besar dosanya dari berzina. Untuk apa Syu'bah berkata seperti..? tentu kita tidak boleh memahaminya apa adanya. Maksud dari ucapan ini adalah mencela, dan meletakkan perbuatan tadlis sebagai perbuatan yang harus dihindari jauh jauh, sebagaimana kita menghindari zina.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Tadlis itu salah satu perbuatan curang dalam hadis. Ada beberapa macam praktek tadlis. Tetapi yang paling umum adalah seorang rawi hadis mengaku mendapat hadis dari seorang guru, padahal dia tidak pernah bertemu dengan guru itu, apalagi mendengarkan hadis hadisnya. <br /> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Sekarang kita coba bandingkan dengan ucapan KH. SAS..? <br /> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Kiai SAS cuman menyinggung nonton porno. Syu'bah malah berzina.<br /> <br /> Cukup jelas saya kira. Jadi ndak usah kagetan. Ndak usah nggumunan. jangan reaktif dan emosional.<br /> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <h4> Memahami Maksud Ucapan Syu'bah dan KH. SAS</h4> </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Beberapa ulama mencoba memberikan penjelasan untuk memahami perkataan Syu'bah. Menurut mereka,  ucapan Syu'bah itu <i>dzam </i>(celaan), dan <i>zajr wa tanfir </i>(menjauhkan orang) dari tadlis. Karena tadlis adalah berbahaya bagi ajaran Islam. <br /> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Imam ٍSirajuddin Al Bulqini membuat penjelasan yang cukup bagus. Menurutnya, Syu'bah membuat pernyataan keras seperti itu, karena praktek tadlis terlanjur mapan, memasyarakat, dan dianggap biasa. Banyak ulama besar yang tidak mempersoalkan tadlis, bahkan turut terjatuh dalam perbuatan tadlis.<br /> <br /> Maka harus ada yang bisa menggoyangnya. Nah Syu'bah telah melakukan itu. Dengan ucapannya, para ulama tersentak. Ucapan Syu'bah berhasil menarik perhatian. <br /> <br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmiRBEMFvVCsRwVg3ifPMt_dPcN6oqGgSLl7moStrU8LFcxhyG40-8iLF-BgcK7xQ8weDt3JeiyWxDomasp5QM0zOEupNT-FzIKCbKzat1cKuvkO8I8ts19z0-iUNWynQMeTCbJGh8mfI_/s1600/isis.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="267" data-original-width="448" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmiRBEMFvVCsRwVg3ifPMt_dPcN6oqGgSLl7moStrU8LFcxhyG40-8iLF-BgcK7xQ8weDt3JeiyWxDomasp5QM0zOEupNT-FzIKCbKzat1cKuvkO8I8ts19z0-iUNWynQMeTCbJGh8mfI_/s400/isis.png" width="400" /></a></div> <br /></div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Bagaimana dengan ucapan KH SAS? </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Saya kira bisa dibedah dengan penjelasan Imam Al Bulqini tadi. Saat ini, radikalisme dengan leluasa bergerak membangun opini di masyarakat. Terutama melalui penerbitan penerbitan dan video. Masyarakat disuguhi ujaran kebencian, yang dibalut dengan semangat agama. Disuguhi tayangan tayangan yang dulu tabu. Bagaimana video mengenai penyembelihan akhir akhir ini ditanggapi biasa. Hal yang buruk tiba tiba menjadi dimaklumi. Masyarakat terlanjur terbiasa mendengar ujaran ujaran provokatif.<br /> <br /> Maka ucapan Kiai SAS ini bisa dianggap <i>zajr</i> dan <i>tanfir</i> agar masyarakat menjauh dari tayangan tayangan buruk. Ia adalah goyangan yang sangat keras. Tambah keras lagi setelah bunda Neno ikut bereaksi. <br /> <br /> <h4> Merusak Otak Anak Anak ?</h4> <div> <br /></div> <div> Pornografi memang sudah mewabah dinegeri ini. Sepantasnya pemerintah menaikkan statusnya menjadi darurat pornografi. Dengan berkembangnya tekhnologi, pornografi menjadi sangat mudah diakses. Bahkan tanpa sadar. Bahkan guru guru juga bisa berperan mengarahkan anak anak didiknya pada pornografi. Saya sudah pernah menuliskan rasa resah saya, terhadap guru guru yang asal menyuruh anak membuka internet. Bagaimana anak saya yang baru berumur 5 tahun sudah menonton model telanjang tanpa sadar. Karena gurunya menyuruh mencari gambar "kendi" di internet. Ternyata yang muncul adalah kendi kendi yang lain. <a href="https://blog-subhan.blogspot.co.id/2015/12/guru-jangan-asal-menyuruh-siswa.html" target="_blank">Guru Jangan Asal Menyuruh Siswa Searching Google</a>.</div> <div> <br /></div> <div> Kembali kepada ucapan KH SAS apakah bisa merusak otak anak anak..? Saya kira terlalu jauh. Bahaya pornografi perlu dibendung secara total oleh semua pihak. Bukan dengan cara membungkam mulut KH. SAS.</div> <div> <br /></div> <div> Mudah mudahan bermanfaat. </div> <div> <br /></div> <div> Terima kasih</div> <div> <br /></div> <div> <br /></div> </div>

Belum lama ini Ketua PBNU KH. Said Agil Siradj (KH.SAS), kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Pernyataan yang bikin kuping ...

Masalah Niat Puasa (Bag 1) : Ramadhana Atau Ramadhani

<div style="text-align: center;"> <img border="0" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUirEMco_rezmnEMZQzp8LsiaDRbriWORk8gH2Zut8W5pCAOS0scOsQX0i2rQQHnzyBWTYUzKrqj13XdV3i_Jg5s3fXRB9fJ5TCGYopYUHMc0UvZpvOCknjuPrFIABnNCDlqvHLugqU3FU/s400/ramadhan.JPG" width="400" /></div> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Marhaban yaa Ramadhan.</div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ramadahan datang lagi. Semua yang terkait Ramadhan terasa indah. Tarawih dinanti nanti. Teriakan bilal memandu tarawih menjadi kenangan tersendiri. Termasuk membaca niat puasa bersama sama. Dibaca bareng bareng setelah tarawih :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <i>nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i fardi syahri ramadhana hadzihis sanati lillahi ta'ala' . </i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Semua membacanya dengan kompak dan bersemangat, bahkan anak anak kecil juga ikut membacanya. </div> </div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Namun, bersamaan dengan itu, datang pula persoalan yang selalu ditanyakan setiap tahun. Persoalan persoalan terkait niat Ramadhan. Apakah niat mesti dibaca bareng seperti itu atau tidak. Terus lafadz Ramadhan dibacanya Ramadha<i><b>na</b></i> atau Ramadha<i><b>ni</b>. </i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian masyarakat mencoba mereka reka sendiri jawabannya. Termasuk para santri yang baru belajar bahasa Arab. Ada yang bilang, dua duanya benar. Ramadha<i><b>na</b></i> untuk rame rame, kalo ramadha<i>ni</i> untuk sendirian.....</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yang lain lagi bilang, ramadha<i>na</i> paling benar karena sesuai dengan ayat Al Qur'an : <i>Syahru ramadha<b>na</b> al ladzi unzila fihil qur'an</i>.....</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ada lagi yang bilang, ramadha<b><i>ni </i></b>bila dibaca tiap malam. Kalo dibacanya diawal bulan, harus ramadha<b><i>na</i></b> .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam beberapa majlis pengajian, ketika saya mendapat kesempatan untuk menjelaskan masalah ini, saya selalu sampaikan bahwa yang benar adalah ramadha<i style="font-weight: bold;">ni. </i>Penjelasan saya tidak selalu diterima. Saya pernah dibilang sok tahu oleh seorang takmir masjid. Tidak apa apa. Yang penting pegangan saya kuat. </div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Alasan yang saya pegangi tentu bukan seperti jawaban jawaban diatas. Itu jawaban ngarang. Jauh dari kebenaran.</div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Berikut ini saya akan tuliskan kembali, apa apa yang pernah saya sampaikan dibeberapa majlis. Saya akan berusaha menjelaskannya semudah mungkin. Tentu saja bahasa tulisan tidak semudah bahasa lisan.</div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <h4> Jadi Yang Benar Ramadha<i>na </i>atau Ramadha<i>ni</i></h4> <div> <i><br /></i></div> <div> Langsung saja saya jawab dengan tegas, yang benar adalah RAMADHA<i>NI. </i>Lengkapnya begini :</div> <div> <br /></div> <div> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE3fkIhgBXNNb2sW_ZCqjcQ54KFkjjAUUzUrtJV6PXcT680iDlNUfnkcpOq2ny0P6X2pweoEQ_XDvz3qmB-7GU_0ucnjCDDiuTdGAWuL70U5Up3wnxTPEmTZqJlZ8wACtnSJpp0kjor4-r/s1600/nawaitu.JPG"><img border="0" height="67" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE3fkIhgBXNNb2sW_ZCqjcQ54KFkjjAUUzUrtJV6PXcT680iDlNUfnkcpOq2ny0P6X2pweoEQ_XDvz3qmB-7GU_0ucnjCDDiuTdGAWuL70U5Up3wnxTPEmTZqJlZ8wACtnSJpp0kjor4-r/s400/nawaitu.JPG" width="640" /></a></div> <div> <i><br /></i></div> <div style="text-align: center;"> <i>nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i fardi syahri ramadhani hadzihis sanati lillahi ta'ala' . </i></div> <div> <br /></div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> <i><b>Apa alasannya..?</b></i></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Alasannya, karena lafadz Ramadhan itu adalah Isim Ghairu Munsharif. Dan Isim Ghairu Munsharif mesti di-<i>jarkan</i> dengan <i>kasroh</i> apabila dibelakangnya terdapat <i>mudhof ilaih</i>. <i>Mudhof ilaihnya</i> adalah hadzihis sanati. Seandainya niat puasanya itu berhenti sampai lafadz Ramadhana tanpa ada tambahan hadzihis sanati, maka bacaan yang benar adalah Ramadha<i><b>na</b></i>. Tetapi bila bacaan niatnya dilanjutkan sampai hadzihis sanati, maka mesti dibaca Ramadha<i><b>ni</b></i>. </div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Jadi permasalahan ini kembali kepada persoalan tata bahasa Arab. Tapi jangan diremehkan. Karena beda harokat bisa menyebabkan beda arti. </div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Penjelasan ini akan sangat mudah difahami oleh santri yang sudah belajar Ilmu Nahwu sampai tingkat Imrithy minimal. Untuk yang belum mengerti Ilmu Nahwu, maka saya tawarkan solusi yang lebih mudah. Yaitu ikuti saja penjelasan ulama yang akan saya kutip berikut ini :</div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <h4> </h4> <h4> Penjelasan Dari Kitab I'anatut Thalibin</h4> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Diantara ulama yang memberi penjelasan paling jelas mengenai masalah ini adalah Sayyid Bakri bin Syatho' ad Dimyathi dalam kitab I'anatut Thalibin. Pendapat beliau ini bisa anda pegangi, anda simpan dan anda tunjukkan kepada orang lain.</div> </div> <div> <br /></div> <div> Sayyid Bakri memberi penjelasan sebagai berikut : </div> <div> <br /></div> <div> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCjKU_IKM3stqKkWTS_c3LahvXXMMzxqvH8Ritb3hbxLD8d-AFGRJ3_ZNTKvIMdvsJ0LTD4JC54xmc5Rdko_jWhnNbL-MbJcHAfDxYfMcrbWnrAW1UZYILG37wc_VPx2_bns1mnZElMuA/s1600/Niat+Puasa.JPG"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCjKU_IKM3stqKkWTS_c3LahvXXMMzxqvH8Ritb3hbxLD8d-AFGRJ3_ZNTKvIMdvsJ0LTD4JC54xmc5Rdko_jWhnNbL-MbJcHAfDxYfMcrbWnrAW1UZYILG37wc_VPx2_bns1mnZElMuA/s640/Niat+Puasa.JPG" /></a></div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Penjelasan yang saya maksud terdapat pada bagian bergaris bawah. Agak kurang jelas. Karena itu saya akan tulis kembali bagian itu, lengkap dengan harokatnya : </div> </div> <div> <br /></div> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; text-align: right;"><b>ِباِلْجَـــــرِّ لإِضَافَـتِهِ لِمَا بَعْدَهُ</b>) أَيْ يُقْرَأُ رَمَضَانُ باِلْـجَرِّ باِلْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافاً إلىَ مَا بَعْدَهُ وَهُوَ اسْمُ اْلإِشَارَة) .</span></div> <div style="text-align: center;"> <i>(<b>Dibaca Jar, karena lafadz Ramadhan di idhafahkan kepada lafadz sesudahnya</b>). Maksudnya, Ramadhan dibaca jar, dengan kasroh karena ia diidhafahkan kepada kata sesudahnya yaitu isim isyarah</i></div> <div style="text-align: center;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> <i>Dalam petikan tersebut dijelaskan, bahwa Ramadhan dibaca Jar dengan Kasroh (Ramadhani). Maksudnya i'rabnya jar, dan tanda jarnya adalah kasroh. Penyebabnya adalah karena ramadhan disandarkan kepada isim isyaroh. Yang dimaksud isim isyarah adalah kata tunjuk </i><span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; text-align: right;">هذه </span></div> <div style="text-align: center;"> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pada penjelasan selanjutnya, pengarang kitab membuka kemungkinan memutus kata Ramadhan dari rangkaian bersama Hadzihis-Sanah, dengan menjadikan hadzihissanah sebagai dzorof, bukan lagi sebagai mudhof ilaih. Maka bacaan niatnya jadi begini : </div> <div style="text-align: justify;"> </div> <div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"> </div> <br /> <div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: center; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"> <div style="margin: 0px;"> <i style="font-weight: normal;"><br /></i></div> <div style="margin: 0px;"> <i style="font-weight: normal;">nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i fardi syahri ramadha</i><i><b>na</b></i><i style="font-weight: normal;"> hadzihis sana</i><i><b>ta</b></i><i style="font-weight: normal;"> lillahi ta'ala' . </i></div> </div> </div> <div> <br /> Perhatikan kata ramadha<b style="font-style: italic;">na  </b>dan kata<i> hadzihis sana</i><b style="font-style: italic;">ta </b><span style="font-style: italic;">. </span><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menurut ilmu tata bahasa Arab, hal ini boleh dan benar. Ramadhana isim ghairu munshorif, yang dibelakangnya tidak memiliki mudhof ilaih, karena kata hadzihis sanah telah dirubah kedudukannya menjadi dzorof. Dan dzorof harus dibaca nashob (fathah) hadzihis-sanata.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hanya saja, dari segi makna menjadi tidak ta'yin. Tidak akurat. Artinya menjadi seperti ini :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>pada tahun ini, saya niat berpuasa besok untuk memunaikan Ramadhan. </i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tidak jelas, dia mau melaksanakan puasa Ramadhan yang mana. Apakah qadha' puasa atau apa.</div> <i><br /></i> Teks dari kitabnya begini, saya tulis ulang :<br /> <br /> <div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: center; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"> <div style="margin: 0px;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; text-align: right;"><b style="font-weight: normal;"> ً</b>قَالَ فِي التُّحْفَةِ : وَاحْتِيْجَ لِأِضَافَةِ رَمَضَانَ لِمَا بَعْدَهُ لِأَنَّ قَطْعَهُ عَنْهَا يُصَيـِّرُ هَذِهِ السَّنَةَ مُحْتَمَلاً لِكَوْنِهِ ظَرْفا </span></div> <div style="margin: 0px;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; text-align: right;">لِنَوَيْتُ فلَا َيَبْقَى لَهُ مَعْنىً فَـتَأَمَّلْهُ فَإِنَّهُ مِـمَّـا يَـخْفَى  .</span></div> </div> <br /> <div style="text-align: center;"> <i>Ia berkata dalam kitab tuhfah : Dan diperlukan idhofahnya ramadhan kepada kata sesudahnya, karena memutusnya dari idhofah akan menjadikan kata <b>hadzihis sanah</b> memiliki kemungkinan untuk menjadi dzorf (keterangan waktu ) bagi kata <b>nawaytu</b>. Maka  niat tersebut jadi tidak ada maknanya. Fikirkan ini baik baik, karena ini adalah termasuk masalah yang tersembunyi.</i></div> <br /> <br /> <h4> Screenshot Dari Kitab Minhaj</h4> <div> <br /></div> <div> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2Cv9a1j4J1mLPtxur407dfVEdBL7K8LsYWM_abOrdTo43FXHgGs8RkoSbvxW1ghT3YOzp16qG_dvlJvYemjGXU4x5_VDboRL4goVh_mVbPYm00XYCvl-wQWXSNUGVXZUzzu90Dtz0Cr7/s1600/Hadzihis+sanati.JPG"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2Cv9a1j4J1mLPtxur407dfVEdBL7K8LsYWM_abOrdTo43FXHgGs8RkoSbvxW1ghT3YOzp16qG_dvlJvYemjGXU4x5_VDboRL4goVh_mVbPYm00XYCvl-wQWXSNUGVXZUzzu90Dtz0Cr7/s640/Hadzihis+sanati.JPG" /></a></div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Kitab Minhajut Thalibin, adalah salah satu kitab bermadzhab Syafi'i kelas berat. Ia adalah tulisan Imam Nawawi. Kitab ini dikaji dengan sangat serius oleh para ulama. Matannya diberi harokat dengan sangat hati hati, tidak bisa sembarangan.  Para penerbit dan para editor senantiasa berhati hati dalam akurasi pemberian harokat. Karena kitab ini memperoleh perhatian besar dari para calon ulama. Mereka berlomba lomba menghafalkannya. </div> </div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Kita lihat gambar halaman kitab al Minhaj terbitan Daarul Minhaj diatas. Niat puasa dibaca Ramadha<i><b>ni</b></i>, tidak yang lain. </div> </div> <div> <br /></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Ada satu nash yang juga terlihat dalam gambar tersebut, bahwa niat puasa fardhu, <b><u>wajib ta'yin.</u></b> </div> </div> <div> <br /></div> <h4> <br />Ta'yin dalam Berniat</h4> </div> <div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Setiap ibadah membutuhkan niat. Dan niat itu harus ta'yin. Ta'yin itu akurat, dalam menggambarkan ibadah seperti apa yang akan kita lakukan. Agar dapat dibedakan dengan ibadah lain. Bila kamu berkata, <i>tahun ini saya puasa, </i>maka ini <u>tidak ta'yin</u>. Karena tidak jelas, mau puasa apa. Sunnah atau wajib. </div> </div> <div> <br /></div> <div> Contoh niat yang ta'yin itu seperti ini : </div> <div> <i><br /></i> <div style="text-align: justify;"> <i><i>saya niat puasa besok hari, untuk menunaikan fardhu bulan Ramadhannya tahun ini</i></i></div> </div> <div> <i><br /></i></div> <div> <div style="text-align: justify;"> Niat ini sudah akurat menggambarkan apa yang akan kita kerjakan besok. yaitu puasa Ramadhannya tahun ini. Bukan puasa yang lain, bukan juga puasa Ramadhannya tahun lalu<i>.</i></div> </div> <br /> Contoh niat yang tidak ta'yin adalah seperti ini :<br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i>Saya niat puasa besok </i>(tidak jelas mau puasa apa. Ungkapan seperti ini boleh diucapkan dalam puasa sunnah).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Jauh jauh hari ulama kita sudah menggaris bawahi pentingnya ta'yin (akurasi) dalam berniat. Kesalahan bacaan yang kita biarkan, tanpa kita sadari sudah merusak makna dan membuat niat tidak lagi ta'yin (akurat).</div> <br /> <h4> Awas Lahn !!</h4> <br /> <div style="text-align: justify;"> Niat letakkanya didalam hati. Melafalkan niat puasa tidaklah wajib, dengan demikian bagi beberapa orang, urusan ramadha<i>ni</i> ramadha<i>na</i> juga tidak terlalu berpengaruh terhadap keabsahan puasa. Barangkali klaim seperti ini betul.  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hanya saja, bila anda memaksakan berniat dalam bahasa Arab, ya harus benar. Kalau tidak, maka anda masuk dalam <i>lahn</i>. Lahn adalah kekeliruan dalam penyampaian bahasa Arab. Termasuk didalamnya kesalahan dalam ilmu nahwu. Seperti merofa'kan maful bih dan menashabkan fail.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Banyak riwayat yang menceritakan, bahwa para sahabat nabi, juga ulama ulama sesudahnya sangat membenci lahn. Hal ini karena lahn bisa merusak makna, dan bila dibiarkan akan menjadi "salah kaprah", kesalahan yang dianggap benar. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Generasi salaf yang mulia, mengharuskan istighfar untuk perbuatan lahn. Bahkan mereka memukul anak anak mereka bila berbuat lahn. Diriwayatkan oleh Khatib al Baghdadi, bahwasanya sahabat Ali r.a, Ibnu Umar r.a, dan Ibnu Abbas r.a, telah memukul anak anak mereka karena lahn. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bahkan lahn dalam hadis, dianggap sebagai dusta atas Rasulullah SAW, karena Rasulullah tidak pernah lahn. </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Membaca ramadhana (nun difathahkan) pada niat puasa Ramadhan, adalah termasuk kategori lahn (salah). Kesalahan yang terlanjur menyebar karena dipopulerkan oleh banyak pihak termasuk televisi televisi, para penyanyi, bahkan buku kegiatan ramadhan anak anak sekolah.</div> <br /> <h4> Sekedar Tambahan Penjelasan</h4> <br /> <br /> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBHmtqLVzuTDSWehS2MBorGsroR9CsOE-s0ypNueu3h8370JO-8v-dkJBubZwNWEGxfnmupjwN3Q5r9nbsT7qN_NILXOr7gFcrIT2copVSxFiMYKAMIvIl8otOSNfPYxkUidtbxubuwXx/s1600/ramadani.JPG"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBHmtqLVzuTDSWehS2MBorGsroR9CsOE-s0ypNueu3h8370JO-8v-dkJBubZwNWEGxfnmupjwN3Q5r9nbsT7qN_NILXOr7gFcrIT2copVSxFiMYKAMIvIl8otOSNfPYxkUidtbxubuwXx/s640/ramadani.JPG" /></a><br /> <br /> <br /> Wallahu A'lam wa ilmuhu atamm walaa a'lamu illa ma 'allam.<br /> <br /> Mudah mudahan ada manfaatnya. Terima Kasih.<br /> <br /> Artikal Masalah Niat Puasa (bagian 1) : Mengenai Ramadhana atau Ramadhani, update oleh <a href="http://blog-subhan.blogspot.com/" target="_blank">Subhan Hidayat</a> pada Ramadhan 2017<br /> <br /> <br /></div>

Marhaban yaa Ramadhan. Ramadahan datang lagi. Semua yang terkait Ramadhan terasa indah. Tarawih dinanti nanti. Teriakan bilal mema...

Meributkan Tulisan Insya Allah

<div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL0yQengYC5cfD4QMMc1kCXqvOLVMMEEBF5_JAFmp6GPsj-_2IF6sNuACH834eDJSAMnUkiKWzIvsprWDmhSV1tiJZTN1bYdC_0XQo_waRzBKt8Qp2bhyjwNRxJ8V8MpRhLZpFwN8RFPdl/s1600/cooltext238514133484856.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Insya Allah" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL0yQengYC5cfD4QMMc1kCXqvOLVMMEEBF5_JAFmp6GPsj-_2IF6sNuACH834eDJSAMnUkiKWzIvsprWDmhSV1tiJZTN1bYdC_0XQo_waRzBKt8Qp2bhyjwNRxJ8V8MpRhLZpFwN8RFPdl/s1600/cooltext238514133484856.png" title="Insya Allah" /></a></div> <br /> <br /> Akhir akhir ini saya banyak menerima message tentang cara menulis <i><u>insya Allah</u>. </i>Menurut pesan yang beredar tersebut, menulis <i>insya Allah</i> itu salah. Cara penulisan yang betul adalah <i style="text-decoration-line: underline;">in shaa Allah. </i>Kita semestinya tidak menulis "insya Allah" karena artinya <i>"menciptakan Allah"</i>. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <i>naudzubillah min dzalik.</i></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Untuk meyakinkan pesan itu, dipasanglah gambar Dr. Dzakir Naik, seorang da'i singa podium yang saat ini sedang digandrungi. Apakah benar Dzakir Naik pernah mengatakan itu...? saya tidak yakin. Saya telah menonton banyak videonya dan belum pernah mendengar beliau mengeluarkan pernyataan seperti itu. Sebuah komunitas penggemar Dzakir Naik pun telah membantah hal itu.<br /> <br /> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguOHrl7Xul05VRdmDvf82CZCnokdOhxy8pWsqrCuy84b-DZ1VaS1eK4KILOjKXwel-S6ZhWpuFgOGOxj9rs5wK9aOFvyikVP8uuK7ZFNfhTOpdVg75H1nPNXIaT9RWhadMfAAWVY6ymzwD/s1600/insya+allah1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="279" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguOHrl7Xul05VRdmDvf82CZCnokdOhxy8pWsqrCuy84b-DZ1VaS1eK4KILOjKXwel-S6ZhWpuFgOGOxj9rs5wK9aOFvyikVP8uuK7ZFNfhTOpdVg75H1nPNXIaT9RWhadMfAAWVY6ymzwD/s400/insya+allah1.jpg" width="400" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pkspalembang.or.id</td></tr> </tbody></table> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagi saya pribadi, tidak menjadi masalah bila anda menulis <b>in shaa Allah</b> seperti yang diajarkan itu, atau menulis <b>insya Allah</b>. Atau bahkan <b>Insyaallah.</b> <br /> <br /> Itu masalah biasa saja... bagus bagus saja. Yang penting adalah hindari saling salah menyalahkan antara yang menulis insya Allah dan yang menulis in shaa Allah. Jangan ada sikap merasa paling benar kemudian memberi cap bodoh, ga pernah ngaji, ga ngerti bahasa Arab, dll kepada teman kita yang berbeda. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Saya ingin menegaskan pada para pembaca, bahwa penulisan <i>insya Allah</i> atau <i>insyaallah</i> atau <i>in sya Allah</i> atau <i>in shaa Allah</i> adalah sama sama benar, tidak ada yang salah karena yang kita maksud dengan tulisan itu adalah "jika Allah menghendaki" atau "jika Allah mengizinkan".<br /> <br /> Begitu bukan...? atau mungkin anda punya maksud selain itu..?.<br /> <br /> Masalah penulisan insya Allah dalam bahasa Indonesia itu, sama dengan permasalahan menulis cabai atau cabe, izin atau ijin, lubang atau lobang. Yang dimaksud sama saja.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /> Adapun frasa yang artinya "menciptakan Allah", itu mungkin terjadi bila anda menuliskannya dengan "U". Maksud saya, bila anda menulisnya <i><b>insya Ullah</b></i>. Inipun masih memiliki berbagai <i>ihtimal</i> (kemungkinan) dari segi tata bahasa Arab.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Mengenai argumennya, silahkan lanjutkan membaca tulisan ini. Saya akan mencoba menyentuh sudut ilmu bahasa Arab. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagi yang sudah pernah belajar tata bahasa Arab, pembahasan ini akan mudah di fahami. INSYA ALLAH. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /> <br /></div> <h4 style="text-align: justify;"> Yang Bermasalah Adalah Tulisan Arabnya</h4> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Awalnya memang dari situs situs, dan medsos berbahasa Arab. Banyak netizen dari Arab yang menulis  ( إن شاء الله ), banyak juga yang menulis ( إنشاء الله ). Keduanya jelas memiliki arti yang berbeda, sebagaimana yang akan saya jelaskan. Atas munculnya fenomena itu, kemudian beberapa ulama membuat fatwa, bahwa penulisan yang benar adalah  إن شاء الله (nun dan syin dipisah). Artinya "jika Allah menghendaki". </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jadi permasalahan sebenarnya ada ditulisan Arabnya. Karena banyak orang Arab yang tidak paham tata bahasanya sendiri. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h4 style="text-align: justify;"> Memahami إن شاء الله  </h4> <div> <br /></div> <div> ُإنْ شَــــاءَ الله  terdiri dari tiga kata : </div> <div> <ul> <li>ْإن      yang disebut huruf syarat, memiliki arti "jika"</li> <li>شــاء  adalah kata kerja lampau (fiil madhi), artinya "telah berkehendak atau telah menghendaki"</li> <li>الله     adalah subyeknya (fail), Sang pemilik kehendak</li> </ul> <div style="text-align: justify;"> Rangkaian kata kata   إن شاء الله  bila diterjemahkan artinya : ' jika Allah berkehendak'  atau  'jika Allah telah berkehendak' . Penulisan seperti ini adalah yang BETUL, dan digunakan didalam Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 99 :</div> </div> <div style="text-align: center;"> <span style="font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; text-align: right;">فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ <u>إِن شَاءَ اللَّهُ </u>آمِنِينَ </span></div> <div style="text-align: center;"> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka Bila mengikuti tulisan Arabnya tersebut, penulisannya dalam bahasa Indonesia yang benar adalah <i>in syaa Allah (dipisah pisah menjdi 3 kata).  </i>Dalam bahasa Inggris ditulis <i>in shaa Allah. </i>Namun apakah cara penulisannya harus begitu..? Tentu kita harus merujuk ketata bahasa kita sendiri. Kita punya EYD, Kamus Besar (KBBI) dan pedoman transliterasi yang harus diikuti. Silahkan cek <a href="http://kbbi.web.id/insya%20Allah">http://kbbi.web.id/insya%20Allah</a>.</div> <br /> <b><i><br /></i></b> <b><i>- Sampai disini, sebenarnya sudah cukup -</i></b><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /> <h4> Memahami  ِإِنْـشَـــاءُ الله  </h4> <div> <br /></div> Sekarang kita pahami yang ke dua yaitu  إنشاء الله .  Frasa ini hanya terdiri atas dua kata :<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> إنشاء       dan      الله  .  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Kata  إنشاء  adalah masdar dari kata kerja ُأَنْشَأَ - يُنْشِئ yang artinya <i>membuat, menciptakan dan membangun </i>(saya tidak ingin anda terlalu berfikir tentang istilah istilah bahasa Arabnya. Cukup perhatikan maknanya saja).<br /> <br /> Sama dengan arti خَلَقَ - يَخْلُقُ - خَلْق yang artinya juga menciptakan. Misalnya ada contoh kalimat :<br />  َأَنْشَأ اللهُ الإنْسَان   artinya bersinonim  dengan َخَلَقَ اللهُ الإنْسَان   (yaitu : "Allah menciptakan manusia"). </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kalo begitu, betul dong  إنْشَاءُ الله  artinya menciptakan Allah...?</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Naudzubillah...!  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <h4 style="text-align: justify;"> إنشاء الله  Artinya Adalah "Ciptaan Allah" bukan "Menciptakan Allah"</h4> <div> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seperti yang telah saya jelaskan, kata kerja ُأَنْشَأَ - يُنْشِئ memiliki arti menciptakan, membangun dan membuat. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lalu apa arti kata ٌإِنْشـــــاَء  ?</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kata إنشـــاء  adalah masdar. Ia memiliki setidaknya <b>dua makna</b>, tergantung kata apa yang menyandar dibelakangnya.  Bila yang menyandar adalah <i>subyek, </i>maka إنشــــاء berarti ciptaan.  Bila yang menyandar <i>obyek, </i>maka artinya adalah penciptaan atau pembangunan.<br /> <i><br /></i> <i> </i>Kita ambil contoh  :  أنشأ الله الإنسان  (Allah menciptakan manusia). </div> <div style="text-align: justify;"> </div> <ul> <li style="text-align: justify;">Allah ( الله )                 adalah <i>subyek </i>yang menciptakan </li> <li style="text-align: justify;">Al-Insan (  الإنسان )    adalah <i>obyek </i>yang diciptakan</li> </ul> <div> <div style="text-align: justify;"> Bila kata إنشـــاء kita rangkaikan dengan lafadz  الله (subyek) maka artinya adalah "ciptaan Allah". Makin jelas bila kita tambahkan kata tunjuk هذا  menjadi  هذا إنشاءُ الله  (ini adalah ciptaan Allah). Sinonimnya adalah ِخَلْقُ الله  (ciptaan Allah). <br /> <br /> Allah berfirman dalam Surah Luqman 11 : </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> </div> <div> <span style="background-color: #d9edf7; font-family: "traditional arabic" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 24.48px; font-weight: bold; text-align: right;"><u>هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ</u> فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ </span> </div> <br /> <i><u>"Inilah ciptaan Allah</u>. Maka perlihatkan padaKu apa yang diciptakan oleh orang orang selain Aku.."</i><br /> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /> Dengan demikian, <i>Insya Ullah</i> adalah bersinonim dengan <i>Khalqullah</i> yang artinya CIPTAAN ALLAH.<br /> <br /> Bila kata إنشاء dirangkai dengan <i>obyek (</i>Dalam contoh diatas adalah الإنسان ) maka artinya adalah pembuatan atau penciptaan atau pembangunan.  Disini kata al insan  adalah obyek yang diciptakan.</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Misalnya lagi kita ambil contoh  إنشاء المدرسة  maka artinya adalah pembangunan madrsaah. <br /> <br /> Dengan demikian insya Allah selamanya tidak akan bermakna " menciptakan Allah". Sangat sangat jauh dan memerlukan banyak penjelasan dari segi tata bahasa.</div> <br /> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <h4> Insya' adalah kata yang Mu'rob</h4> <div> Kata yang mu'rob maksudnya adalah kata yang akhirnya bsa dibaca dengan tiga harokat.</div> <div> <br /></div> <div> Kata "الله " adalah mu'rob karena ia bisa dibaca    ُاللهِ  -  اللهَ - الله</div> <br /> Kata " إنشاء "  juga mu'rob karena bisa dibaca  ٌإنشاءٍ  -  إنشاءًا  -  إنشاء<br /> <br /> Karena itu, bila anda tetap memaksakan pendapat bahwa insya Allah artiya "menciptakan Allah", maka seharusnya anda menulisnya dengan U, insya Ullah. Perlu alasan yang sangat kuat untuk menjadikannya Insya Allah atau Insya Illah  (alasan ini oleh santri disebut <i>amil</i>).<br /> <br /> Demikianlah, uraian ini mudah mudahan bisa difahami dan bermanfaat.<br /> <br /> Terima Kasih<br /> <br /> Artikel ditulis oleh Subhan Hidayat @2017<br /> <br /></div>

Akhir akhir ini saya banyak menerima message tentang cara menulis insya Allah . Menurut pesan yang beredar tersebut, menulis insya Al...