Khutbah Masjidil Haram : Etika Bertanya Pada Ulama



Catatan Umroh Jum'at, 17 November 2017

Kenangan Jum'at terakhir di tanah suci Makkah.

Hari Jum'at ini setelah tawaf wada' dan melaksanakan jum'atan, rencananya rombongan umroh KBIH Al Hamidiyah akan pulang ke tanah air. 

Khutbah Jum'at disampaikan oleh Syeikh Sholih bin Humaid seorang ulama anggota Hai'ah Kibar Ulama' Su'udiyah.

Temanya tentang adab (etika) bertanya kepada seorang guru. Saya merasa tema ini penting untuk diangkat karena relevan dengan kondisi ditanah air.

Silahkan disimak isi khutbah ini, mudah mudahan bermanfaat. Terjemah saya buat berdasarkan video yang saya dapatkan dari youtube dan hanya saya cuplik bagian bagian yang penting saja. Berikut ini videonya :



Bertaqwalah kepada Allah..

Takutlah dari ilmu yang tidak diamalkan, dan dari amal yang tidak ikhlas, dan dari harta yang tidak dibelanjakan kepada kebaikan, dan hati yang kosong dari perasaan cinta dan rindu kepada Allah dan waktu yang terlantar dari perbuatan baik.

Ketahuilah.. bahaya terbesar yang harus dihindari adalah menyia-nyiakan hati dan waktu.
Menyia nyiakan hati, dengan mementingkan dunia daripada akhirat. Menyia nyiakan waktu, dengan mengikuti hawa dan panjang angan angan.

Ketahuilah... kebaikan itu adalah mengikuti petunjuk dari Allah dan mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan-Nya.

Ilmu adalah warisan para nabi. Dan bertanya adalah kunci pembuka ilmu. Syareat islam mendorong kita untuk bertanya.

Allah berfirman :
 فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكَ
Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. 

Allah Berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,


Dalam hadis Rasulullah bersabda :
 هَلاَّ سَاَلُوْا إذَا لـَمْ يَعْلَمُوْا إِنَّـمَا شِفاَءُ الْعِيِّ السُّؤَال 
Kenapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu. Sesungguhnya obat tidak tahu itu bertanya 

Termasuk bertanya adalah meminta fatwa. Dan fatwa itu amanah. Ibnu Syihab berkata : ilmu itu harta simpanan dan kuncinya adalah bertanya .

Imam Khalil berkata : ilmu itu tergembok dan bertanya adalah kunci kuncinya ( al ilmu aqfal) jika kau punya kuncinya kau bisa membukanya sesukamu.

Bertanya itu bisa menjadi tanda bagi akal dan etika si penanya. Orang berakal tidak mengatakan semua hal. Orang bodoh, mengatakan semua hal, tidak bisa menempatkan apa yang harus dikatakan,
apa yang tidak boleh dikatakan, dan kapan seharusnya ucapan itu dikatakan.

Pertanyaan yang baik adalah separuh jawaban. Dan tidak akan mendapatkan ilmu kecuali pemilik lidah yang suka bertanya, hati yang selalu berfikir dan tabiat yang tak pernah jemu.

Tidak akan dapat ilmu orang yang pemalu dan orang yang sombong. Siapa yang mencari ilmu dengan malu malu maka selamanya ia hidup bercelana kebodohan.

Maka, mengingat pentingnya bertanya dan menjawab ini, para ulama membahas secara mendalam masalah etika dalam bertanya, dan meminta fatwa.


Adab adab bertanya adalah sebagai berikut :

  • Penanya mesti menyadari sesadar sadarnya bahwa ia nanti akan berdiri dihadapan Allah mempertangguh jawabkan apa yang ditanyakannya. Karena itu ucapannya haruslah benar dan pertanyaannya haruslah cocok dengan masalah. 
  • Pertanyaan dimuai dengan ungkapan yang menunjukkan adab dan penghormatan. Diawali dengan do'a do'a semisal  nafa'allah fi ilmikum, baarakallahu fii kum, ahsanallahu ilaikum dll.
  • Awas hindari perilaku kitman (menyembunyikan fakta) atau tazwir (memalsukan fakta) dalam bertanya. Bertanyalah tentang permasalahan yang benar benar terjadi padamu. Jangan yang belum terjadi padamu. 
  • Jangan berpindah menanyakan masalahmu pada mufti mufti lain atau ulama. Hal ini menunjukkan rendahnya agama. Dan tidak termasuk sikap wara'. 
  • Hati hati jangan mencari cari jawaban yang paling ringan dengan memilih milih fatwa. Siapa yang mengambil keringanan setiap alim atau menunggu nunggu tergelincirnya orang alim, sungguh ia telah menghimpunkan semua kejahatan. Berkata Ibrahim bin Ablah siapa membawa ilmu ilmu yang ganjil (aneh, keluar dari kebiasaan). Maka ia telah membawa banyak kejahatan. Siapa yang mencari cari keringanan dalam perbedaan madzhab, maka itulah kebatilan yang menghilangkan kebaikan agama dan keikhlasan. 
  • Hendaklah berhati hati, jangan sampai membentur benturkan pendapat ulama satu dengan yang lain. Karena ahli ilmu itu pasti berbeda pendapat dalam hasil ijtihadnya sejak zaman sahabat sampai hari kiamat. Tetapi wajib mencari ilmu untuk sahnya ibadah, sahnya muamalah dan lurusnya kehidupan.
  • Jika anda mendengar lebih dari satu jawaban, maka hendaklah dia memilih yang paling cocok untuk dirinya keabsahan ibadahnya. Jangan tenggelam dalam hawa nafsu0 dan mencari cari yang enteng.
  • Jauhi keinginan untuk menguji orang alim atau memojokkannya atau melemahkannya atau. Seorang lelaki berkata pada As Sya'bi : aku telah menyiapkan beberapa pertanyaan untukmu (si penanya bermaksud menguji dan melemahkan As Sya'bi). Maka Asy Sya'bi berkata : siapkan saja pertenyaanmu untuk Iblis sampai engkau berjumpa dengannya. Maka tanyai dia. Yusuf bin Mahik meriwayatkan dari Aisyah, bahwa seorang lelaki bertaya padanya. Manakah kain kafan yang bagus...?  Aisyah berkata celaka kau. Apa manfaatnya buatmu.
  • Bertanyalah bila tidak tahu. Jangan bertanya hal hal yang sudah tahu. Karena Al-Qur'an mengatakan fas'aluu ahladz dzikri in kuntum laa ta'lamun. menanyakan hal yang sudah diketahui, itu namanya menguji. Siapa yang menguji, maka ia akan kembali membawa kerugian.
  • Pertanyaan diajukan untuk kepentingan hidup si penanya. Agar ia mendapatkan faedah. Bukan untuk mengangkat dirinya sendiri. Karena ada hadis, siapa yang menuntut ilmu supaya menyaingi ulama, atau berdebat dengan orang bodoh, atau mencari popularitas, maka ia akan disungkurkan kedalam neraka
  • Dilarang bertanya dengan pertanyaan yang mengandung unsur jawaban. Dengan meletakkan beberapa poin yang mengarahkan si Alim untuk menjawab sesuai keinginannya. Seperti pertanyaanmu, bagaimana menurutmu mengenai pendapatnya Kiai anu mengenai masalah anu. Yang seperti ini, tidak beretika.
  • Dilarang menulis, atau merekam jawaban si Alim kecuali dengan seizinnya. Karena bisa jadi tulisanmu tidak teliti. Dan bisa jadi jawaban sang guru itu hanya cocok untuk situasi saat itu. Dan tidak cocok untuk situasi yang lain
  • Dilarang mengajukan pertanyaan bertele tele dan terlalu panjang untuk menghormati waktu dan menghormati penanya lain
  • Dilarang membenturkan pendapat para ulama. Seperti : Kiai anu berpendapat berbeda denganmu mengenai masalah ini. bagaimana menurutmu. Pertanyaan seperti ini tidak beretika. karena seorang Alim tabiatnya tidak suka dibanding bandingkan dengan alim lain.
  • Bertanyalah pada waktu yang tepat. Supaya tidak mengganggu si Alim. Perkembangan tekhnologi saat ini memudahkan orang untuk bertanya kapan saja kepada Alim. Sehingga membuat si Alim terganggu istirahatnya.
Demikian beberapa poin yang dapat saya sampaikan dari isi Khutbah Jumat Masjidil Harom tanggal 17 Nov. 2017. Tidak terlalu akurat, tapi Insya Allah bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak



Arsip Blog

Find Us On Facebook

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.