Mancing Di Pulau Pramuka
Akhirnya dapat kesempatan jalan jalan lagi ke pulau seribu.. Kali ini tujuan saya adalah pulau Pramuka.
Jalan jalan kali ini asalah dalam rangka cooling down setelah Ujian Nasional. Ini adalah kunjungan kedua saya ke pulau seribu, setelah beberapa tahun yang lalu saya ikut ke Pulau Tidung.
Untuk perjalanan kali ini, saya sudah benar benar niat mancing. Waktu ke pulau tidung beberapa tahun yang lalu, saya hanya bisa menyaksikan keseruan teman teman memancing. Sebab saya tidak mempersiapkan alat pancing. Setiap ada teman yang mendapat ikan, saya pinjam ikannya untuk selfi. Kemudian saya memendam niat..kalo ada jalan jalan lagi ke pulau seribu, saya harus punya alat pancing.
Sehari menjelang keberangkatan, saya segera membuat persiapan. Saya tidak membeli alat pancing mahal seperti yang dibawa orang orang. Karena saya memang tidak bisa menggunakannya. Rencana saya memang hanya mancing dasaran pake tangan. Model tradisional saja seperti yang dulu sering saya lakukan di Banyuwangi. Cuman senar digulung pada kelosan dari paralon, kemudian dilempar sejauh jauhnya. Saya menyebutnya mbalang.
Rencananya saya membeli bambu tutul supaya agak keren. Ternyata sulit mencari bambu tutul. Kebetulan saya masih menyimpan paralon, maka saya potong potong dengan ukuran kira kira sejengkal. Kemudian masing masing paralon saya beri satu lubang dengan bor. Tujuan pembuatan lubang itu, untuk mengaitkan senar sebelum digulung (senar saya ikat pada sebuah kancing baju).
Kemudian saya mencari ban bekas. Saya mendapatkannya gratis dari tukang tambal ban. Ban itu nanti akan dipasang diatas paralon, fungsinya untuk mengamankan pancing dan senar agar tidak 'buyar'.
Malam harinya saya berangkat ke toko pancing di daerah mampang depok dekat sekolah cakrabuana. Saya beli senar, kail, dan timah pemberat. Senar saya beli yang paling kecil (nanti terbukti bahwa senarnya terlalu kecil karena beberapa kali putus disambar ikan).
Kemudian saya beli mata kail no. 2,3, dan 4. Kemudian saya beli tegeg (palesan) ukuran paling panjang.
Setelah semua terpenuhi, iseng iseng saya membuka kulkas tempat jualan umpan. Ternyata saya melihat beberapa plastik berisi cacing berkaki. Sy tanya kepada penjualnya, ini apa. Dia bilang cacing laut. Yang dikulkas itu yang besar. Kalo mau yang kecil kecil ada disana kata si penjual sambil menunjuk. Saya menuju ke arah yang ditunjuk, disitu ada tumpukan wadah sterefoam yang di segel selotip. Saya minta dibukakan satu untuk melihat isinya. Dan ternyata benar dugaan saya. Itu adalah 'garek' , cacing laut berkaki yang dulu sering saya buru di Banyuwangi. Tentu saja saya sangat kenal hewan ini. Yang kecil kecil bisa dicari dilumpur pinggir laut. sedangkan yang besar bisa ditangkap di pasir pasir yang terendam air laut, dengan cara meletakkan cumi diatasnya. Nanti cacing itu akan menggigit umpan, dan kita tinggal menariknya. Garek kecil adalah umpan yang sangat efektif untuk menangkap ikan ikan semacam kerong dan sejenisnya. Sedangkan garek yang besar digunakan untuk ikan ikan yang ukurannya lebih besar.
Keberadaan penjual garek dikota yang jauh dari laut sepertu depok ini adalah kejutan bagi saya. Saya akhirnya membeli 3 sterofoam garek kecil.
Sesampainya dirumah, garek itu saya pisahkan dari lumpurnya kemudiab saya cuci dan saya ganti medianya menggunakan gergajian kayu. Karena kalau masih didalam lumpur, ia akan sulit diambil dan lumpurnya bisa mengotori senar.
Kapal berangkat pukul 8 pagi. Tiba dipulau pramuka pukul setengah sebelas siang. Istirahat sebentar di home stay, saya segera merakit pancing. Dan ternyata saya adalah satu satunya orang yang mau mancing dirombongan ini sehingga Saya jadi bahan candaan teman teman.
Setelah makan siang kami berangkat menuju beberapa tempat wisata seperti keramba hiu, pulau semak daun, dan pulau air. Sepanjang jalan, teman teman saya bersenang senang, berfoto foto, dan melihat atraksi hiu. Sementara saya, gelisah karena belum dapat kesempatan melemparkan alat pancing.
Saat sesi snorkling, saya ikut menikmati pemandangan bawah laut. Lalu saya liat diatas perahu, seorang kru perahu yang kami tumpangi melemparkan pancing. Langsung saya naik keatas perahu. Inilah kesempatan saya. Saya ambil peralatan saya kemudian saya memancing disebelahnya dengan umpan garek. Orang itu sekali mengangkat seekor kerapu ukuran sedang. Setelah itu ia tidak dapat apa apa lagi. Sementara saya, setiap melemparkan pancing, langsung disambar dengan keras. Itulah kelebihan handfishing. Sambaran ikan benar benar sangat terasa. Beberapa kali saya berhasil mengangkat ikan warna warni ukuran sedang. Ada sekali sambaran yang memutuskan senar saya. Saat saya hendak pindah kebagian belakang perahu, kru kapal itu jongkok dan memegang umpan saya. Dia bertanya cacing apa ini pa. Saya sedikit heran, masak orang pulau tidak tau ini cacing apa.
Hanya kurang dari satu jam disitu, rombongan pulang. Saya sedikit kecewa karena saya belum puas memancing. Saya mancing hanya selama setengah jam. Hasilnya satu ikan nuri, satu lodi, satu ikan kiper dan satu kerapu (saya tanyakan nama nama ikan itu kepada kru kapal krn saya tidak tahu).
Malam harinya, saya mencoba dermaga pulau pramuka. Selepas isya sudah banyak pemancing berderet diatas dermaga. Ramai sekali sampai sampai saya tidak kebagian tempat. Hampir semua pemancing itu berburu cumi. Mereka melemparkan umpan udang udangan. Saya memilih tempat dipojok. Lemparan pertama ada sentuhan, lalu pancing nyangkut dan putus. Lemparan kedua nyangkut lagi lalu putus. Ternyata saya salah pilih tempat. Lemparan ketiga nyangkut lagi lalu putus. Akhirnya saya pulang.
Keesokan harinya, pagi pagi saya sudah didermaga. Kali ini teman teman saya ikut sambil berolah raga. Lemparan pertama langsung disambar. Ikan berwarna merah naik kepermukaan dengan perlawanan kuat. Menjelang permukaan, ikan itu menghentak sekali lalu senar putus. Saya jadi tontonan. Seorang teman saya berkomentar.. senarnya kekecilan. Itu senar buat mancing wader. Akhirnya satu persatu teman saya ingin mencoba mancing. Saya persilahkan mereka menggunakan peralatan saya. Sementara saya menjadi pelayan memasangkan umpan. Ah...teman teman imi mau mancingnya saja tapi tidak mau memasang umpan. Beberapa dari mereka berhasil mengangkat kerapu (ada empat kerapu tertangkap). Biasanya umpan garek tidak diminati kerapu. Seorang pemancing lain bersama anakny ikut bergabung karena umpannya tidak ampuh. Saya persilahkan dia menggunakan umpan saya. Lemparan pertamanya langsung mendapatkan ikan berwarna biru berukuran cukup besar. Paling besar dibandingkan tangkapan kami yang lain. Dia dan anaknya kegirangan. Akhirnya saya biarkan mereka memancing sampai umpannya habis. Mereka tampak puas sementara saya masih geregetan dan penasaran.
1 komentar:
Biar simple pake cumi saja Pak umpan mancingnyam yang bisa kita beli di Muara Angke. Kalau di Pulaunya sendiri agak gampang2 susah. Trus biar ga sayang karena sering nyangkut jangan pake timah, tapi pake behel bekas saja. Kalaupun putus ga sayang2 banget. Itu pengalaman saya mancing ngotrek di Pulau Seribu Heheh...
HARADUTA WISATA || www.haraduta.com
Posting Komentar