Memahami Aliran Murji'ah, Ajaran Dan Tokohnya



Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Ahlussunnah). Pada postingan ini khusus membahas Murji'ah.

Pelajaran    :  Ilmu Kalam
Kelas          :  X  MAK
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca baik baik secara utuh, kemudian kerjakan tugas tugas yang telah diberikan. 

٢-  مَسْألة الإرْجَاء عند اْلـــمُرْجِــــــــئَة  
قال الشَـهْرسْــتاني في كـتابه الـمِلَل والـنِّـحَل : إنّ الإرْجـاء على مَعْـــنيَــينِ :أحدِهـما بـمـعـنى التأخِيرْ كما في قوله تعالى : ﴿  قَالُوْا أرْجِهْ وَأَخَاهُ ...﴾  أي أمْهِـلْـه وأخِّـرْه والثاني إعْطاء الرَّجَاء 

2.  Masalah Irja' (menunda hukuman) menurut golongan Murji'ah
As-Syahrastani berkata dalam kitab al Milal wan Nihal bahwasanya kata irjaa' mengandung dua pengertian : Pertama, artinya menunda atau mengakhirkan sebagaimana firman Allah dalam Al-A'raf ayat 111 :  Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya"...maksudnya : tundalah atau akhirkanlah. Kedua, artinya memberi harapan. 

أَمّا اِطْلاق اسْم الْــمُرجِـــئة على الجــماعة بالــمَعْنى الأوّل فَصَحيح لأنّــهمْ كانُوا يـُــؤَخِّروْن العَمَل عن النِّــيّة  وأمّا بالمعنى الثاني فَظَاهِر لأنهم يقولون : لاَ يَضُرُّ مَعَ اْلإِيــْمَان مَعْصِيَة كَمَا لاَ تَنْفَع مَعَ الْكُفْرِ طَاعَة
وقيل : الإرجاء تَأخِيرْ حُكْم صاحب الكبيرة إلى يوم القيامة فلا يُقْضَى عليه بحُكْمٍ مَا في الدنيا 

Mengaitkan nama Murji'ah berdasarkan makna yang pertama, itu tepat dan benar. Karena golongan ini punya pendapat, amal perbuatan itu diakhirkan (dinomor duakan atau dianggap kurang penting) dibandingkan niat (iman) dalam hati. Mengaitkan nama Murji'ah dengan makna yang kedua, juga jelas. Karena golongan ini berpendapat : dengan iman, maksiat tidaklah mengapa. dan tanpa iman, ketaatan itu sia sia. Dikatakan juga, pengertian irja' itu mengakhirkan hukuman pelaku dosa besar sampai nanti di hari kiamat. Maka tidak ada hukuman apapun bagi mereka didunia.

وَسَبَب نَشْـــأة هذه الْــفِرقـة أنّه لَمّا انْــقَسَم أتْــــبَاع سيِّدنا عَلِي بن أبي طالب إلى خَــوَارِج وشِيْـعَة وكانت الخوارج يُكَـــفِّرُون عَلِيًّا وعُثْمان و كلَّ مَنْ رَضِي بالتَّحْــــكِيم ، والشِّيْعة يُكَــفِّرون أبا بــكر وعُمَر وعُثْمان وكلاهـما يكفِّر الأمَوِيِّيْنَ ، كَــرِهَ جَماَعَة مِن الصَّحَابة هَذا النِّــزاعَ وسَلَكُــوْا طرِيــقاً وَسَطا . ولهذا امْتَنَعوا عن الخَــوْض في شَـأنِ الْمُـتَـــــنَازِعِـيْن وأرْجَـــأُوا الحـكْـمَ في شأْنِـهم إلى الله فَلِـهذا سُـمُّـوْا بِالْمُرْجــئة

Dan sebab munculnya golongan ini adalah ketika pengikut  Ali Bin Abi Thalib terbagi menjadi Khawarij dan Syiah, sedangkan orang-orang Khawarij itu mengkafirkan Ali Bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan semua orang yang ridho (menerima) tahkim dan kelompok Syiah itu mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan Usman. Selanjutnya kedua kelompok itu baik kelompok Khawarij dan kelompok Syiah mengkafirkan kelompok Bani Umayyah. Maka sekelompok sahabat tidak suka pertikaian itu dan mereka mengambil jalan tengah. Mereka menolak terlibat dalam urusan dua pihak yang bertikai dan mereka mengembalikan hukum mengenai pertikaian itu kepada Allah Karena itulah mereka disebut golongan MURJI'AH.

وهَكذا تَـطــــوَّرتْ الْـمُرْجــــئة إلى فِــرْقــة كلامــيَّة تَــبْحَث في مَسَـــائِل الإيـْـــمَان والكُــفْــر . يُــبَالِـــغُون في إثْـــباَتِ الْوَعْدِ وَيُرْجُوْن الْمَغْفِرَة لأهْل الْمَعَاصي . وهُمْ يَحْكُمُون عَلَى مُرْتَكِب الْكَبِيْرَة بأنّ أمْــرَه مُفَوَّضٌ إلى الله إنْ شاء عَــــذَّبَــــه وإنْ شــاء غَــفَــرَ له. ويـــقولون بأنّ الإيْـمَــان تَــصْديق ومَعْــرِفـة وقد تَغَالَى بعضُهم فَـــزَعَم أنّ الإيمانَ إعتقاد بالْقَلْب وإنْ أعْلَنَ الكُــفْر بِلِسانِه وعَـــبَدَ الأصْنَام ومَاتَ على ذلك فهو مُؤْمِن

Demikianlah selanjutnya Murji'ah berkembang menjadi kelompok ilmu kalam/ aliran ilmu kalam. Mereka mulai membahas masalah-masalah iman dan kafir kemudian mereka berlebih-lebihan dalam menetapkan janji dan memberikan harapan akan ampunan bagi pelaku maksiat. Mereka menghukumi pelaku dosa besar, bahwa urusan mereka diserahkan kepada Allah. Apabila Allah mau, Dia akan menyiksanya dan apabila Allah mau Dia akan mengampuninya. Mereka berpendapat, bahwasanya iman itu adalah percaya (tashdiq) dan mengetahui (ma'rifat). Mereka telah berlebih-lebihan dalam pendapatnya itu, sehingga menyangka bahwa iman itu adalah keyakinan dalam hati, walaupun secara dzohir ia terang-terangan berbuat kafir dengan lisannya dan telah menyembah berhala sampai mati, dia tetap dihukumi Mukmin. 

--oo0oo--

Tulisan Prof. Harun Nasution Mengenai Murji'ah 

Sejarah Murji'ah Dan Asal Usul Penamaannya

Sebagaimana halnya dengan kaum Khawarij, kaum Murji'ah pada mulanya juga ditimbulkan oleh persoalan politik. Tegasnya persoalan-persoalan Khilafah yang membawa perpecahan di kalangan umat Islam setelah Usman bin Affan mati terbunuh.

Dalam suasana pertentangan serupa inilah timbul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa yang sebenarnya salah, dan memandang lebih baik menunda atau arja'a penyelesaian persoalan itu di hari perhitungan kelak di hadapan Tuhan.

Dengan demikian kaum Murji'ah pada mulanya merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir dan tidak kafir nya seseorang kepada Tuhan.

Dari lapangan politik mereka segera pula berpindah ke lapangan teologi persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum Khawarij mau tidak mau menjadi bahan perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang berbuat dosa besar, kaum Murji'ah menjatuhkan hukum mukmin bagi orang yang serupa itu. Adapun soal dosa besar yang mereka buat itu ditunda penyelesaiannya ke hari perhitungan kelak.

Argumentasi yang mereka majukan dalam hal ini adalah bahwa orang Islam yang berdosa besar itu tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasulnya. Dengan kata lain, orang serupa itu tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang berdosa besar menurut pendapat golongan ini tetap mukmin dan bukan kafir.

Pendapat serupa ini, dapat membawa kepada pendapat bahwa yang penting serta yang diutamakan adalah sebenarnya Iman sedang perbuatan hanya merupakan soal kedua. Ini merupakan kesimpulan logis dari pendirian bahwa yang menentukan mukmin atau kafir nya seseorang hanyalah kepercayaan atau imannya dan bukan perbuatan atau amalnya. Dan kata kerja أرجــأ (arja'a) memang mengandung arti membuat sesuatu mengambil tempat di belakang, dalam art kurang penting.

Arja'a selanjutnya juga mengandung arti memberi pengharapan. Orang yang berpendapat bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal di dalam neraka memang memberi pengharapan bagi yang berbuat dosa besar untuk mendapat rahmat Allah. Oleh karena itu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama Murji'ah diberikan kepada golongan ini bukan karena menundakan penentuan hukum terhadap orang Islam yang berdosa besar kepada Allah di hari perhitungan kelak, dan bukan pula karena mereka memandang perbuatan mengambil tempat nomor dua dari iman, tetapi karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk surga.

Demikian beberapa pendapat tentang asal-usul nama Murji'ah yang diberikan kepada golongan ini.

Murji'ah Moderat 

Kaum Murji'ah pecah menjadi beberapa golongan. Berlainan dengan kaum Khawarij yang menekankan pemikiran pada masalah siapa dari orang Islam yang sudah menjadi kafir , kaum Murji'ah menekankan pemikiran pada hal yang sebaliknya yaitu siapa yang masih mukmin dan tidak keluar dari Islam.

Pada umumnya kaum Murji'ah dapat dibagi dalam dua golongan besar golongan moderat dan golongan ekstrim. Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuninya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.

Dalam golongan Murji'ah moderat ini termasuk Al Hasan Ibnu Muhammad bin Ali Bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits. Jadi menurut golongan ini, orang Islam yang berdosa besar masih tetap mukmin.

Murji'ah Ekstrim 

Golongan Murji'ah ekstrim yang dimaksud ada beberapa golongan, yaitu :

  1. Al-Jahmiyah 
  2. As-Sholihiyah 
  3. Al-Yunusiyah
  4. Al-Ubaidiyah
  5. Al-Khassaniya
Al- Jahmiyah adalah pengikut-pengikut Jahm bin Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir karena iman dan kafir tempatnya hanyalah dalam hati bukan dalam bahagian lain dari tubuh manusia.

Bahkan seseorang tidak menjadi kafir, meskipun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran ajaran agama Yahudi atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya pada Trinity dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna imannya.

Bagi kelompok As-Solihiyah pengikut pengikut Abu Hasan As Sholihi, iman adalah mengetahui Tuhan atau makrifat, dan kufur adalah tidak mengetahui Tuhan. Dalam pengertian, ketika mereka sembahyang tidaklah merupakan ibadah kepada Allah. Karena yang disebut ibadah ialah Iman kepadanya (dalam arti mengetahui Tuhan). Lebih lanjut sembahyang, zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadat hanyalah iman.

Golongan Al Yunusiyah mengambil kesimpulan bahwa melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang golongan.

Al Ibadiyah berpendapat demikian pula. Tegasnya jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. Karena itu pulalah maka Muqatil bin Sulaiman mengatakan bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidaklah merusak iman seseorang dan sebaliknya perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan seorang musyrik

Selanjutnya menurut golongan ِِِِAl-Khasaniyah jika seseorang mengatakan saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini orang yang demikian tetap mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka'bah tetapi saya tidak tahu apakah Ka'bah itu di India atau di tempat lain orang seperti itu juga tetap mukmin

Pendapat-pendapat ekstrem seperti diuraikan diatas timbul dari pengertian bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidaknya seseorang. Perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada di dalam hati seseorang tidak diketahui manusia lain. Selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya.

Ajaran serupa ini ada bahayanya karena dapat membawa pada sikap memperlemah ikatan-ikatan moral atau masyarakat yang bersifat permisif, masyarakat yang dapat mendorong penyimpangan penyimpangan dari norma-norma akhlak yang berlaku. Karena yang dipentingkan hanyalah iman norma-norma akhlak bisa dipandang kurang penting dan bisa diabaikan. Inilah kelihatannya yang menjadi sebab maka nama Murji'ah itu pada akhirnya mengandung arti tidak baik dan tidak disenangi.

Tetapi bagaimanapun ajaran yang dapat yang terdapat dalam golongan Murji'ah moderat di atas menjadi ajaran yang diterima oleh golongan Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Islam. Hal ini diakui sendiri oleh Al Bazdawi ketika ia mengatakan kaum Murji'ah pada umumnya sependapat dengan Ahlussunnah Wal Jamaah.

Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa golongan Murji'ah moderat sebagai golongan yang berdiri sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka mengenai iman kafir dosa besar masuk dalam aliran Ahlussunnah Wal Jamaah Adapun golongan murji'ah ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri tetapi dalam praktek masih terdapat sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran ajaran ekstrim itu mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini mengikuti ajaran-ajaran golongan murji'ah ekstrim.

Sumber :

  1. Departemen Agama RI,   العقيدة والاخلاق  للسنة الثالثة من المدرسة العالية الدينية  , Tahun 1999
  2. Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, UI-PRESS, 1986

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak



Arsip Blog

Find Us On Facebook

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.