Masalah Taqdir Dan Perbuatan Manusia Menurut Aliran Kalam
Bahan Belajar Mandiri Dirumah Selama Wabah COVID-19. Memahami ajaran dan faham aliran aliran ilmu Kalam (Khawarij, Murji'ah, Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Ahlussunnah). Pada postingan ini khusus membahas masalah perbuatan Tuhan (taqdir) dan perbuatan manusia .
Pelajaran : Ilmu Kalam
Kelas : X MAK
-----------------------------------------------------------------------------------
Baca baik baik secara utuh, kemudian kerjakan tugas tugas yang telah diberikan.
مسالة افعال الانسان عند القدرية والجبرية
اِنّ مِن اَوَائل الْمَسَائل الْكَلاميَّة هو مَسْاَلة الْجَبْرِ وَالْاِخْتِياَرِ بِالنِسْبَة الى اَفْعال الْعِبَاد : هَلْ اِرَادَتُنا حُرَّة نعْمَلُ ماَ نَشَاء ونَتْرُك مَا نشاء ؟ اَوْ اِنَّا مُـجْبَرُوْن عَلَى عَمَل فَلا نَسْتطيع اَنْ نَعْمَل غَيْره ؟
فَالْقَدَرِيّة يَقُوْلُون اِنّ لِلاِنْسَانِ حُــرِّيّــةً وَقُدْرَةً تُوْجِد الْفِعْلَ بِانْفِراَدِها دُوْن الله ونَفَوْا اَنْ تَكُوْنَ اْلاَشْيَاء بِقَدَرِ الله تعالى. وَقَدْ سُمِّي هَؤلاَء (الَّذِيْن يَقُولون بِاَنّ اْلاِنْسَان حُرُّ الاِرَادَة) بالقدرية وَسَمَّاهم بذلك خُصُومهم لِحَدِيث : (اْلقَدَرِيَّة مَـجُوس هَذِهِ الاُمَّة ) . وقد ذَكَرَ انَّ اسْبَق الناس قَوْلاً بِالْقَدَر مَعْبَدُ الْجُهَنِي وَغَيْلاَنْ الدِّمَشْقِي .
Masalah perbuatan manusia menurut qadariyah dan Jabariyah
ٍٍٍٍٍٍٍٍٍٍٍSesungguhnya masalah masalah kalam yang muncul pertama adalah manusia itu dipaksa (jabr) atau bebas (ikhtiyar) dikaitkan dengan perbuatan hamba. Apakah keinginan kita itu merdeka, kita bisa berbuat sesuka hati dan meninggalkan apa saja sesuka hati ataukah kita dipaksa untuk melakukan sesuatu, sehingga kita tidak bisa berbuat yang lain.
Maka kelompok qodariyah berkata : sesungguhnya manusia itu memiliki kebebasan berkehendak. Dia bisa mewujudkan perbuatan dengan sendirinya tanpa Allah atau meniadakannya. Bahwasanya segala sesuatu itu bukan karena takdir Allah.
Mereka (yang mengatakan manusia bebas berkehendak) diberi nama Qodariyah oleh musuh-musuh mereka. Karena ada hadis : القدرية مجوس هذه الامة "Qadariyah adalah majusinya umat ini"
Telah disebutkan bahwasanya orang pertama yang berkata mengenai qodariyah adalah Ma'bad Al Juhani dan Ghailan ad Dimasqi
Qadariyah dan Jabariyah Harun Nasution halaman 31
Tuhan adalah pencipta alam semesta termasuk di dalamnya manusia sendiri. Selanjutnya Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak di sini timbullah pertanyaan : sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan, bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Diberi tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya ? ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan.
Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini kaum Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham Qodariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
Dengan demikian, nama Qodariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudroh atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian, bahwa manusia terpaksa tunduk pada Qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya, paham ini dikenal dengan nama Free Will dan Free Act.
Kaum Jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan jadi nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti "memaksa".
Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa dalam istilah Inggris paham ini disebut paham fatalisme atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qada dan qadar Tuhan.
Tak dapat diketahui dengan pasti kapan paham ini timbul dalam sejarah perkembangan teologi islam. Tetapi menurut keterangan ahli ahli teologi Islam, paham Qodariyah kelihatannya ditimbulkan buat pertama kali oleh seorang bernama Ma'bad Al Juhani dan temannya Ghailan ad-Dimasyqi. Dalam pertempuran dengan Hajjaj bin Yusuf, Mabad mati terbunuh dalam tahun 80 hijriyah.
Dalam pada itu Ghailan sendiri terus menyiarkan paham qodariyah nya di Damaskus tetapi mendapat tantangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar wafat, Ghailan meneruskan kegiatannya yang lama sehingga akhirnya ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam bin Abdul Malik . Sebelum dijatuhi hukum bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan dan al-Auza'i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.
Menurut Ghailan manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan nya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
Selain penganjur paham qodariyah Ghailan juga merupakan pemuka Murji'ah dari golongan Solihiyah.
Aliran yang sebaliknya yaitu paham Jabariyah kelihatannya ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi Islam oleh Al Ja'ad bin Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm bin Safwan dari Khurasan. Jaham yang terdapat dalam Aliran Jabariyah ini sama dengan Jaham yang mendirikan golongan Al Jahmiyah dari kalangan Murji'ah. Ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jaham sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh pada tahun 131 .
Paham yang dibawa Jaham adalah lawan ekstrim dari bahan paham yang dibawa Ma'bad dan Ghailan. Manusia menurut paham ini tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatan-perbuatannya dipaksa dengan tiada kuasa dan tiada kemauan dan tiada pilihan baginya .
Perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan di dalam diri manusia tak ubahnya dengan gerak yang diciptakan Tuhan dalam benda-benda mati. Tak ubahnya sebagaimana air mengalir, batu bergerak matahari terbit dan sebagainya.
Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan yang dipaksakan atas dirinya termasuk dalamnya perbuatan-perbuatan seperti mengerjakan kewajiban menerima pahala dan menerima siksaan.
Menurut paham ekstrim ini segala perbuatan manusia tidak merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Kalau seseorang mencuri umpamanya maka perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendaknya sendiri. Tetapi timbul karena qada dan qadar. Tuhan menghendaki yang demikian. Dengan kata kasarnya ia mencuri bukanlah atas kehendaknya tetapi Tuhan lah yang memaksanya mencuri. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan oleh dalang.
Kalau kita kembali kepada Alquran akan kita jumpai di dalamnya nya ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah dan sebaliknya pula pula akan kita jumpai ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham Jabariyah. Ayat-ayat yang boleh membawa kepada paham qodariyah umpamanya ;
وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر (الكهف ٢٩)
اعملوا ما شئتم انه بما تعملون بصير (فصلت ٤٠)
اولما اصابتكم مصيبة قد اصبتم مثليها قلتم انى هذا قل هو من عند انفسكم ( ال عمران ١٦٤ )
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم ( الرعد ١١ )
Ayat ayat yang bisa membawa paham jabariyah umpamanya ;
ما كانوا ليؤمنوا الا ان يشاء الله (الانعام ١١٢)
والله خلقكم وما تعملون ( الصافات ٩٦)
وما اصاب من مصيبة في الارض ولا في انفسكم الا في كتاب من قبل ان نبرأها ( الحديد ٢٢)
وما رميت اذ رميت ولكن الله رمى ( الانفال ١٧)
وما تشاؤون الا ان يشاء الله ( الانسان ٣٠)
Melihat pada ayat-ayat seperti yang tersebut diatas tidak mengherankan kalau paham Jabariyah dan paham qodariyah sungguhpun penganjur penghancurnya yang pertama telah meninggal dunia masih tetap terdapat di dalam kalangan umat Islam dalam sejarah teologi Islam Selanjutnya paham qodariyah dianut oleh kaum mu'tazilah sedang paham Jabariyah sungguhpun tidak identik dengan paham yang dibawa terdapat dalam aliran asy'ariyah.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar