Beberapa Karomah Kiai Kholil Bangkalan


KH Muhammad Kholil Bangkalan adalah seorang ulama besar dan diyakini sebagai waliyyullah. Beliau adalah muballigh, pimpinan pesantren dan pengkader ulama besar di Jawa dan Madura. 

Beliau adalah ulama yang sangat alim dalam bidang ilmu nahwu dan al Quran. Beliau seorang hafidz dan menguasai qira'ah sab'ah. Kehidupannya menarik untuk dibicarakan. 

Legenda tentang perilakunya penuh keajaiban. Pukau massa terhadap Kiai Kholil bukan saja karena ilmu agamanya yang tinggi tetapi juga pada kemampuannya yang kasat mata. Sangat wajar bila sebagian besar ummat Islam meyakininya sebagai seorang wali.

Berikut ini karomah karomah KH Kholil Bangkalan sebagaimaa dituturkan oleh orang orang yang pernah dekat dengannya.

1. Ilmu Nahwu Untuk Menangkap Maling

Diantara karomah beliau yg banyak diceritakan adalah suatu hari petani timun di Bangkalan mengeluh. Setiap kali timunnya siap panen selalu kedahuluan dicuri maling. Hal ini berlangsung terus menerus, sampai akhirnya mereka sepakat untuk sowan kerumah Kiai Kholil.

Mereka tiba di pesantren kiai Kholil, saat beliau mengajar kitab Nahwu. Kitab yang sedang diajarkan adalah kitab Matan Jurumiyah. Kitab tata bahasa Arab tingkat pemula.

Assalam alaikum kiai. Para petani mengucapkan salam dengan serentak.

Waalaikum salam. Jawab kiai kholil.

Sampean ada keperluan ya...

Benar Kiai. Akhir akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling. Kami mohon kepada kiai penangkalnya. Para petani berharap dan memohon.

Ketika itu, kitab yang dikaji pak kiai kebetulan sampai kepada kalimat qooma zaidun (zaid berdiri). Lalu kiai Kiai Kholil serta merta berbicara sambil menunjuk kalimat qooma zaidun.

Ya..karena pengajian ini sampai kepada qooma zaidun.... yaaaa... qooma zaidun ini saja penangkalnya. Seru kiai kholil dengan tegas dan mantap.

Itu saja pak kiai ? Tanya para petani dengan ragu ragu. Ya sudah. Jawab Kiai Kholil.

Maka para petani itupun pamit pulang dengan penuh tanda tanya. Apa maksudnya qooma zaidun sebagai penangkal.

Keesokan harinya para petani berangkat ke ladang masing masing. Betapa terkejut mereka, karena melihat orang yang tidak mereka kenal berdiri mematung dengan membawa hasil curian. Tidak cuma satu orang tapi ada beberapa orang. Maka para petanipun membawa orang orang ini. Mereka menangkap pencuri timun. Maling maling itu tidak bisa duduk meskipun mereka dipaksa. Orang makin berdatangan, dan para pencuri itu menjadi pucat pasi.

Satu satunya jalan, parwakilan petani menemui Kiai Kholil dan menceritakan semuanya. Kiai Kholil memberikan obat penangkal. Obat itu cuma disentuhkan kepada para pencuri dan seketika mereka bisa duduk. Para pencuri bertobat dan berjanji tidak mengulangi lagi perbuatannya.
Masyarakat kembali hidup tentram. Sebagai ucapan terima kasih, mereka memberikan berdokar dokar (berdelman delman) buah timun ke pesantren.

2. Kiai Kholil Membetulkan Arah Kiblat

Kiai Muntaha, menantu kiai Kholil terkenal sebagai orang alim. Suatu ketika ia memimpin pembangunan masjid pondoknya. Dia membuatkan perencanaan . Termasuk menentukan arah kiblatnya. Dengan ilmu syariat yang dimilikinya, kiai Muntaha berijtihad menentukan arah kiblat. Kiai muntaha sangat yakin arah kiblat masjid yang dibangunnya sudah sangat akurat.

Menjelang peresmian, Kiai Kholil datang. Masjid yang hampir rampung itu dilihat kiai Kholil. 

Menurut Kiai Kholil, kiblatnya salah.

Ia berkata ; Muntaha, arah kiblat masjidmu masih salah. Ubahlah..!  Kiai muntaha berkeras bahwa arah kiblatnya benar. Beberapa argumen diajukan.

Melihat mantunya berkeras dengan pendiriannya Maka kiai Kholil menuju pengimaman diikuti oleh sang menantu. Kiai kholil mengambil kayu kemudian melubangi dinding pengimaman.

Muntaha coba intip lubang ini. Cek arah kiblatmu.....!

Betapa kagetnya kiai Muntaha, karena ia mengintip langsung ke Masjidil Harom, dimana Kabah terletak di tengahnya. Ka'bah dapat ia lihat dengan sangat jelas. Dan karena itu dia tahu kalau arah kiblat masjidnya salah. Terlalu menyimpang kekanan.

Akhirnya arah kiblat masjid itu dilakukan penyesuaian .

3. Kiai Kholil Masuk Penjara

Dimasa masa konfrontasi dengan penjajah Belanda, banyak pejuang yang berlindung di Pesantren Kiai Kholil. Kompeni Belanda rupanya mencium kabar itu. Maka Belanda mengerahkan kekuatan untuk menyerbu pesantren kiai Kholil. Mereka menggeledah seluruh pojok pesantren. 

Ternyata tidak ditemukan satu pejuangpun.

Hal ini membuat kompeni marah besar. Akhirnya mereka menangkap dan membawa Kiai Kholil. Dengan harapan, dengan ditahannya kiai Kholil, para pejuang akan menyerahkan diri.

Ternyata yang terjadi diluar harapan mereka. Para tentara Belanda ini justru dibuat repot oleh keberadaan Kiai Kholil.

Sejak awal dimasukkan ke penjara, pintu penjara tidak bisa ditutup. Semua pintu penjara terbuka. Sehingga tentara belanda terpaksa berjaga siang dan malam. Sebab jika tidak, para tahanan akan melarikan diri.

Tidak sampai disitu. Mendengar kiai Kholil dipenjara, masyarakat datang berbondong bondong menjenguk. Jumlahnya ribuan silih berganti. Mereka membawa bermacam macam makanan. 

Keadaan ini membuat sipir penjara tambah kerepotan. Mereka kewalahan mengatur orang yang jumlahnya makin banyak setiap hari.

Akhirnya Belanda mengeluarkan larangan menjenguk kiai Kholil. Pelarangan ini tidak efektif..... Justru masyarakat makin banyak yang datang. Mereka ingin ikut dipenjara bersama Kiai Kholil. Mereka berdatangan menginap dan tidak mau pergi.

Keadaan ini membuat Belanda makin kewalahan. Mereka mulai khawatir.

Akhirnya daripada pusing, mereka membebaskan Kiai Kholil. Setelah Kiai Kholil bebas, Belanda mendapati pintu pintu penjara kembali terkunci.

4. Howang Howing Jadi Kaya

Salah satu karomah beliau yang banyak diceritakan, adalah kisahnya kedatangan tamu Tionghoa.

Seorang Tionghoa bernama Koh Bun Fat sowan kepada kiai Kholil. Dia bermaksud menyampaikan masalah dan minta tolong didoakan agar terkabul hajatnya.

"Kiai saya minta didoakan agar cepat kaya. Saya sudah bosan hidup miskin".... Kata Koh Bun Fat dengan penuh harap.

Melihat permintaan itu Kiai Kholil lantas memberi isyarat menyuruh mendekat. Setelah Koh Bun Fat dihadapan Kiai Kholil, tiba tiba ia ditarik dan dipegang erat erat tangannya oleh Kiai Kholil sambil membaca kalimat kalimat yang tidak bisa dimengerti :
"Saafu lisanatan howang howang howing howing pak wang hoang noang tur cetur salang kacetur. Sugih sugih sugih.."
Setelah didoakan seperti itu dengan izin Allah Koh Bun Fat benar benar mengubah kehidupannya dari orang miskin menjadi orang kaya.

( Tentu saja bukan lafadz itu yang dipanjatkan kiai Kholil kepada Allah Swt. )

5. Naik Haji Sebanyak Anggukan Kepala

Suatu ketika Kiai Kholil memanggil seorang santrinya yang dikenal miskin. Sebut saja namanya Zaid. Setelah Zaid berada dihadapannya, tiba tiba kiai kholil menatap tajam tajam kearah Zaid seraya berucap ;

He Zaid...kamu pergi haji tahun ini ya.....kata kiai Kholil dengan serius. 

Ucapan ini disambut gembira oleh Zaid, meskipun ia bingung. Bagaimana mungkin bisa terjadi. Makan sehari hari saja sulit apalagi naik haji. Tetapi zaid tetap menunjukkan wajah patuh dan gembira dihadapan Kiai Kholil seraya mengangguk angguk berkali kali. 

Ya...yaa...ya...Kiai. jawabnya dengan gugup.

Hari berikutnya Kiai Kholil memanggil santrinya yang lain. Sebut saja namanya Fulan. Si Fulan ini anak orang kaya.

Kiai Kholik berkata : hei Fulan kamu segera naik Haji ya....

Walaupun Fulan dari keluarga kaya raya, tapi untuk pergi haji ia akan berfikir seribu kali. Perjalanan yang begitu berat dengan ongkos yang tidak sedikit. Akhirnya Fulan menjawab : 

"Saya tak cukup mampu naik haji kiai".

Di hari hari kemudian ternyata Zaid benar benar berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan tahun tahun berikutnya Zaid berulang kali naik haji sesuai jumlah anggukan kepalanya dihadapan kiai kholil ketika itu.

Sedangkan si Fulan, sampai akhir hayatnya ia tidak pernah bisa menunaikan ibadah haji.

- selesai -

Disalin dari Surat Kepada Anjing Hitam : Saifurrahman, Pustaka Ciganjur.

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak



Arsip Blog

Find Us On Facebook

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.