Cari Artikel

Memilih Pesantren, Awas Anakmu Jangan Salah Masuk Pesantren

 on Sabtu, 09 September 2017  

sindonews

Kaget juga baca berita ada Pesantren di Bogor yang mengirim murid muridnya untuk bergabung dengan ISIS. (Baca Beritanya : Santri 11 Tahun Gabung ISIS, Pesantren di Bogor Disorot Media Asing).

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam khas yang sudah ada sejak lama. Pesantren dikenal mengajarkan agama islam yang penuh kedamaian dan kelembutan disatu sisi. Disisi lain, pesantren juga menjadi pusat perlawanan bela negara, terdepan melawan musuh.

Pesantren semula memang menjadi trademarknya NU. Lahirnya Nahdhatu Ulama, dibidani kiai kiai pesantren. Regenerasi kader NU juga berlangsung di Pesantren. Ajaran islam rahmatan lil alamin yang di usung NU juga bermula dari corong pesantren. Tidak ada pesantren ya tidak ada NU. 

Kemudian belakangan ini banyak pihak yang tertarik membangun lembaga pendidikan, dengan mengambil model Pesantren juga. Karena pendidikan model pesantren memiliki beberapa kelebihan, terutama dalam menciptakan lingkungan yang baik bagi anak didik. Tapi ada juga yang membangun pesantren sekedar untuk wibawa saja. Punya tanah sedikit, bangun pesantren. Bisa ceramah sedikit, bangun pesantren.

Maraknya pembangunan pesantren ini disatu sisi harus disambut baik dan disyukuri. Tapi disisi lain, banyaknya pesantren membuat masyarakat awam bingung. Karena masing masing pesantren pasti mengusung dan memperjuangkan ideologi khas kelompoknya. 

Pemilihan pesantern menjadi tidak sederhana seperti dulu. Mereka yang masih percaya dan setia kepada Pesantren model tertentu, akhirnya merasa salah masuk. Kok isinya kaya begini. Kok anak saya jadi kaya begini. Yang masih setia kepada Pesantren ala NU model dahulu, malah masuk ke pesantren yang menolak hadis, misalnya. 

Akhirnya banyak orang tua yang merasa keliru memilihkan pesantren untuk anaknya. Seperti yang menimpa teman saya ini :

Seorang teman menceritakan perasaan syukur dan harunya karena telah memondokkan anaknya di sebuah pesantren tahfidz didaerah Bogor. Sebulan kemudian dia menyampaikan ketakutannya. Dalam pandangannya pesantren anaknya ini aneh. Bulan puasa kemarin, santri dan kiainya memulai sahur menjelang subuh. Dan mereka terus makan dan minum meski sholat subuh sudah didirikan oleh lingkungannya.

Saya bilang padanya : Cabut anakmu dari pesantren itu. Tidak cocok dengan keyakinanmu.

Pilih Pesantren, Lihat Namanya Dulu


Memilih pesantren, sebenarnya cukup dengan melihat namanya. Ini langkah awal yang cukup mudah sebenarnya dan bisa dicoba. 

  • Pesantren milik Muhammadiyah, biasanya ada label Muhammadiyah dibelakangnya. Sama seperti SD, SMP, dan Universitas milik mereka. Misalnya SD Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah dan seterusnya
  • Kalo pesantren itu namanya diawali Daar biasanya merupakan pesantren modern yang menekankan pada bahasa asing. Bisa jadi ia berafiliasi ke Gontor atau diasuh oleh alumni Gontor, atau mengadopsi kurikulum Gontor. Mereka berciri modern dan menekankan pada penguasaan Bahasa Arab dan Inggris. Misalnya Daarul Muttaqin, Daarun Najah, Daarur Rahman dll.
  • Kalo pesantren pesantren NU yang didirikan oleh kiai kiai sepuh, biasanya lebih dikenal dengan nama daerah domisilinya. Meskipun sebenarnya mereka punya nama 'arab' tapi nama itu tidak terkenal. Misalnya Pesantren Krapyak, Pesantren Langitan, Pesantren Kebun Rejo, Pesantren Kajen, Pesantren Asembagus, Pesantren Lirboyo, Pesantren Sarang, Pesantren Sidogiri dan lain lain. kadang kadang juga mengambil nama nama wali seperti Pesantren Walisongo, Pesantren Sunan Drajat, dan seterusnya.
  • Kalo Pesantren yang berafiliasi kepada kelompok puritan Salafi Wahabi, biasanya tidak memakai istilah "pesantren" tetapi memakai istilah "Ma'had'. Selanjutnya mereka meletakkan nama nama generasi Salaf, seperti ma'had Ibnu Abbas, ma'had Imam Bukhori, ma'had Imam Muslim, Ma'had Imam Syafii, Pesantren Ibnu Mas'ud,  (yang kini jadi sorotan karena santrinya diduga ikut ISIS) dan lain lain. Mereka terkadang memakai nama nama ulama wahabi seperti Pesantren Ibnu Taimiyah, Islamic Center Bin Baz, dan seterusnya. Kadang kadang mereka memakai embel embel 'salafy' atau nama 'sunnah' seperti ma'had as-sunnah Cirebon.


Tentu ini hanya peta kasar. Masih berupa pedoman umum. Dilapangan mesti ada pengecualian pengecualian.

Yang penting diketahui adalah bila pesantren itu berlabel "salafiah syafiiyah'' berarti miliknya orang NU. 
Kalo labelnya 'salafi' saja, atau 'ahlussunnah bermanhaj salafi', berarti milik Salafi Wahabi. Pesantren salaf itu pesantren NU. Pesantren salafi bukan punya NU.

Kalo Pesantren Al Hamidiyah Depok? Ini adalah pesantren Ahlussunnah wal Jamaah NU yang didirikan oleh seorang tokoh NU KH Achmad Sjaichu. Ini pesantren modern, dengan tetap memelihara warisan ulama salaf (tetapi bukan salafi). Sesuai dengan kaidah yang dianut NU : al muhafadzotu 'alal qadiimis shoolihi. Wal Akhdzu bil jadiidi al aslahi.

Demikian mudah mudahan bermanfaat...
Memilih Pesantren, Awas Anakmu Jangan Salah Masuk Pesantren 4.5 5 subhan Sabtu, 09 September 2017 sindonews Kaget juga baca berita ada Pesantren di Bogor yang mengirim murid muridnya untuk bergabung dengan ISIS. (Baca Beritanya : ...


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalo SMPIT al binaa yg di bekasi gimana kang? Jadi bingung nih..taun depan mau daftarin anak mondok tapi jadi takut

subhan mengatakan...

Pesantren modern, bermanhaj salafi. Wallahu A'lam

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Find Us On Facebook

Flickr Images

Video Of Day

Pages

Formulir Kontak