Sejenak Mengenang KH Ali Musthofa Ya'qub
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun telah berpulang ke rahmatullah guru kita Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub pukul 6:00 wib di rumah sakit Hermina ciputat. Semoga amal baik beliau diterima di sisi Allah swt dan diampuni dosa-dosanya. amien
Kebetulan saya sedang berada dikelas, jauh dari televisi . Saya coba cari beritanya di internet menggunakan smartphone, tapi tidak ada yang memberitakan wafatnya KH Ali Musthofa Yaqub. Saya ragu ragu dengan berita itu, karena WhatsApp memang terkenal sebagai penyebar berita HOAX.
Meskipun belum yakin dengan berita wafatnya, saya tetap memimpin para santri untuk membaca surah al Fatihah dan doa doa untuk beliau, mudah mudahan beliau sehat wal afiat, atau bila ternyata berita itu benar, semoga beliau mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT.
Meskipun belum yakin dengan berita wafatnya, saya tetap memimpin para santri untuk membaca surah al Fatihah dan doa doa untuk beliau, mudah mudahan beliau sehat wal afiat, atau bila ternyata berita itu benar, semoga beliau mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT.
Selesai berdoa, saya melihat wajah wajah yang bertanya tanya penasaran. Saya tahu para santri ini jarang yang mengenal KH. Ali Mustafa Ya'qub. Maka saya memberikan sedikit informasi tentang beliau kepada para santri yang kebetulan tidak terlalu mengenal beliau.
KH. Ali Mustafa Ya'qub pernah menjabat sebagai Pengasuh Pesantren al Hamidiyah setelah KH Achmad Sjaichu. Beliau juga pernah memimpin STIDA (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Al-Hamidiyah Jakarta (Sekarang STAI Al-Hamidiyah). Paling tidak saya pernah dekat dengan beliau sebagai santrinya, sebagai mahasiswanya, dan sebagai sekretarisnya pada Pengajian Rutin Bulanan yang beliau pimpin.
KH. Ali Mustafa Ya'qub pernah menjabat sebagai Pengasuh Pesantren al Hamidiyah setelah KH Achmad Sjaichu. Beliau juga pernah memimpin STIDA (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Al-Hamidiyah Jakarta (Sekarang STAI Al-Hamidiyah). Paling tidak saya pernah dekat dengan beliau sebagai santrinya, sebagai mahasiswanya, dan sebagai sekretarisnya pada Pengajian Rutin Bulanan yang beliau pimpin.
Saya bercerita tentang jasa jasa beliau untuk Pesantren Al-Hamidiyah kepada para santri, sambil terus mengawasi berita berita masuk di WhatsApp. Sampai akhirnya terdengar pengumuman resmi melalui pengeras suara Masjid Al-Hamidiyah, bahwa KH. Ali Mustafa Ya'qub telah berpulang kerahmatullah.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Kegiatan belajar mengajar-pun dihentikan. Semua santri dikumpulkan di masjid Al-Hamidiyah, bersama sama memanjatkan doa doa untuk beliau. Sementara saya sendiri bersama beberapa orang guru segera berangkat ke Ciputat, kekediaman beliau di Pesantren Daarus Sunnah Ciputat, untuk bertakziah dan memberi penghormatan terakhir.
Liang Kuburan yang telah diwasiatkan oleh KH. Ali Mustafa Yaqub. Beliau memang ingin dikuburkan disitu. Letaknya tepat di depan pengimaman, halaman masjid Pesantren Daarussunnah, |
Jenazah KH. Ali Mustafa Ya'qub |
Para Jama'ah yang datang sebelum dzuhur, dipersilahkan melakukan shalat jenazah terlebih dahulu. Adapun sholat jenazah resmi, dilaksanakan setelah sholat dzuhur berjamah. |
Sholat jenazah dilaksanakan setelah sholat dzuhur. Namun jamaah yang tidak mau menunggu sampai dzuhur, dipersilahkan melakukan sholat jenazah duluan. Saya termasuk yang ikut sholat jenazah bersama rombongan yang datang sebelum dzuhur. Sholat jenazah rencananya dipimpin oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar.
Sejenak Mengenang Guru Kami KH Ali Musthafa Ya'qub
Pertemuan saya pertama kali dengan KH. Ali Musthofa Ya'qub adalah pada tahun 1994, saat saya dilantik menjadi mahasiswa baru di STIDA Al-Hamidiyah Jakarta. Saat itu acara inaugurasi mahasiswa baru, dihadiri oleh KH. Achmad Sjaichu, KH. Ali Musthafa Ya'qub dan KH. A. Dimyathi Badruzzaman. Pak Kiai Ali Musthafa adalah pimpinan STIDA Al Hamidiyah, melantik saya sebagai mahasiswa baru. Wajahnya masih sangat muda dan "garang" dengan kumis lebat yang melintang penuh wibawa.
Sebagai mahasiswa, saya belajar ilmu hadis kepada beliau selama dua semester di STIDA Al-Hamidiyah. Sementara, saya juga nyantri kepada beliau di Pesantren Al-Hamidiyah dan sempat mendengar pembacaan kitab ta'limul mutaállim dan Sohih Bukhori jilid 1. Beliau juga pernah memberikan ijazah khusus berupa amalan doa menuntut ilmu. Ijazah ini hanya boleh diamalkan oleh yang menerima langsung dari beliau. Bila ada orang lain yang menginginkannya, mereka harus menghadap langsung kepada beliau.
Saat KH. Achmad Sjaichu wafat dan dimakamkan di kompleks Pesantren Al-Hamidiyah, saya turut mengikuti rapat keluarga besar KH. Ahmad Sjaichu yang dipimpin oleh pak Kiai Ali, terkait masalah penambahan bangunan makam KH. Achmad Sjaichu. Saat itu, pak Kiai Ali melarang pemberian atap makam.
Hubungan saya dengan KH. Ali Musthafa, makin dekat saat tanpa sengaja saya mendapatkan SK sebagai sekretaris Pengajian Bulanan yang diasuh oleh beliau. SK itu seharusnya bukan untuk saya, tetapi untuk orang lain yang bernama Subhan juga. Hal itu baru disadari saat diadakan rapat perdana Pengajian Bulanan. Karena terlanjur, maka saya akhirnya terlibat di Pengajian Bulanan Pesantren Al-Hamidiyah yang beliau pimpin. Tugas saya waktu itu, wakil sekretaris sekaligus koordinator pencari dana.
Orang orang mengenal Pak Kiai Ali sebagai orang yang tegas. Itu sudah saya rasakan sejak dahulu ketika masih bersama beliau. Beliau tidak segan segan mengingatkan sesuatu yang menurut beliau tidak benar. Beliau pernah memanggil salah satu ustadz yang keliru ketika membuat label kelas. Ustadz itu menulis, marhalatul ula, marhalatul wustho dan marhalatul ulya. Kata pak Kiai Ali, itu bukan susunan idhofah...jadi kata marhalah harus diberi alif lam. Jadi seharusnya, al-marhalatul ula, dan seterusnya. Saat KH. Sjaichu masih ada, pembelajaran ilmu ilmu agama di Pesantren Al-Hamidiyah memang mengikuti sistem marhalah.
Contoh lain ketegasan beliau adalah, tidak mau tampil ditelevisi manapun kecuali televisi itu bisa memberikan tiga syarat :
- tidak boleh ada iklan selama acaranya
- tidak boleh menggunakan presenter wanita untuk menemani acaranya
- tidak boleh ada pelawak yang menemani acaranya
Ketiga syarat ini disampaikan berulang kali dihadapan para santrinya. Dan memang saat itu kami jarang melihat beliau di televisi.
Demikian sekedar catatan kami mengenai beliau, sekedar menemani saat saat rindu kepada sosok beliau. Mudah mudahan segala amal ibadahnya di terima Allah Swt, dan segala dosanya diampuni. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar