![]() |
Gambar diambil dari blog : https://joshuaivanministries.blogspot.com/ |
Catatan Atas Meninggalnya Pendeta Yusuf Roni
Hari ini, Minggu Tanggal 29 Juni 2025, cukup ramai berita mengenai wafatnya pendeta Yusuf Roni. Ucapan bela sungkawa, kesaksian dan opini opini dimuat dalam situs situs berita nasional. Karena pendeta yang nama lengkapnya ditulis Abuna Kemas Abu Bakar Masyhur Jusuf Roni ini cukup karismatik dan terpandang.
Sebagai seorang muslim, ya.. saya gak gimana gimana. Biasa aja sih... Paling ikut mengucapkan :
"selamat berpulang, selamat beranjak menuju keabadian. Kini saatnya engkau memetik hasil dari segala perbuatan yang telah ditanam selama hidup"
Sangat disayangkan, di antara sekian banyak opini yang ditulis, mengapa harus kembali menyudutkan umat Islam? Mereka sebenarnya bisa cukup menuliskan kebaikan-kebaikan almarhum Pendeta Yusuf Roni. Namun, beberapa penulis justru menambahkan narasi bahwa beliau adalah korban pembungkaman kebebasan berekspresi, dipenjara selama enam tahun karena umat Islam tidak menyukai ceramah-ceramahnya. Dikatakan pula bahwa negara berpihak kepada umat Islam demi menjaga stabilitas dan kerukunan nasional, dan seterusnya.
Di masa lalu, Yusuf Roni memang pernah dipidana subversif oleh kasus yang mencuat pada akhir tahun 1970-an. Saat itu, Yusuf Roni aktif mengisi ceramah di berbagai gereja di Surabaya dan Malang. Suasana mulai memanas ketika ceramahnya di Gereja Maranatha Surabaya, disebarluaskan secara masif dalam bentuk kaset dan pamflet. Isinya menyinggung ummat Islam. Umat Islam bergerak merespon.
Peristiwa ini digambarkan secara cukup detail dalam buku karya Mayor Bey Arifin berjudul Dialog Islam dan Kristen. Buku ini sangat layak untuk dibaca ulang, agar kita tidak mudah terpengaruh oleh opini-opini sepihak yang beredar saat ini.
Mungkin buku ini sudah sulit ditemukan. Alhamdulillah, saya masih menyimpannya—cetakan keempat, terbit tahun 1983. Buku ini merupakan transkrip ceramah Mayor Bey Arifin di Masjid Mujahidin, Surabaya, pada Desember 1973, dalam acara Apel Umat Islam yang bertujuan menenangkan suasana yang kala itu sedang memanas akibat ceramah Yusuf Roni.
Acara tersebut dihadiri sekitar 15.000 umat Islam, serta beberapa tokoh Kristen dan perwakilan dari Gereja Maranatha. Dalam buku itu, diungkapkan berbagai fakta persidangan, sebagian di antaranya diakui sendiri oleh Yusuf Roni saat di pengadilan. Buku ini juga memuat transkrip isi ceramah Yusuf Roni yang saat itu tersebar dalam bentuk kaset.
Berikut ini saya sampaikan beberapa kutipan dari buku tersebut untuk pembaca nilai sendiri—apakah Yusuf Roni adalah korban pembungkaman, atau justru penyebar provokasi yang memang patut dihentikan..
Mengaku Sebagai Pemimpin Islam
Tidak bisa bahasa Arab
Mengadu Domba Islam Kristen
- Dalam ceramahnya Yusuf Roni berkata : "saya sudah mempelajari Al Qur'an. Itu ada ayat berbunyi IKTIDA' ALAL KUFFAR yang artinya potonglah leher orang orang kristen". Tidak ada ayat Al Qur'an yang bunyinya seperti itu. Mungkin yang dimaksud adalah petikan surah al Fath ayat 29 (أشداء على الكفار). dengan pengucapan yang ngawur.. Pembaca bisa cek sendiri terjemahnya. Silahkan dinilai, apakah maknanya seperti yang dikatakan yusuf Roni.
- Ia juga berkata : LATATATTAIUZUL KAFIIRINA ALLIYAH, 'jangan dekat dekat mereka kelak engkau menjadi sama'. Ia katakan ini ayat Al Qur'an. Tidak ada ayat Al Qur'an yang bunyinya seperti ini. Mungkin maksudnya An Nisa 144 : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ .
- Menggambarkan Islam sebagai agama penuh kekerasan dan hanya ditegakkan dengan pedang. Ia mengutip sebuah kalimat : MAA DAAMAl ISLAM ILLA BIS SAIF. Kalimat tersebut tidak sempurna susunannya. Lalu ia katakan itu adalah ayat Al Qur'an.
- Sebelum murtad dari Islam, ia mengaku membakar gereja di Cilegon, mengusir penginjilan di Ciparai dan mengacau banyak kebaktian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar