Catatan PPG : Peer Teaching Hari Pertama Dan Tragedi Bangkai Tikus
Setelah kurang lebih 2 minggu menerima materi, hari ini mulai kegiatan Peer Teaching. Masing masing peserta PPG diberi kesempatan untuk tampil mengajar dihadapan sesama peserta PPG. Inilah kegiatan yang paling diantisipasi dan paling dipersiapkan oleh peserta PPG. Jangan sampai tampil memalukan. Jangan sampai kelihatan ga siap.
Sayanganya saya termasuk yang ga siap itu.....!
Ada Bangkai Tikus Di Sumur
Hari Selasa kemaren, dosen pamit lebih awal, sehingga kami pulang agak sore. Saya menyambut dengan gembira. Sudah niat mau mempersiapkan segala sesuatunya untuk tampil esok hari. Mulai dari RPP, LKPD, Presentasi, dan lain lain.
Sampai dirumah, semua rencana berantakan. Kondisi rumah tidak menyenangkan. Tidak mungkin bisa menyelesaikan tugas untuk esok. Rumah bau bangkai tikus....!
Asalnya dari kamar mandi. Airnya yang bau bangkai. Sangat bau. Tidak mungkin dipakai mandi apalagi gosok gigi. Istri tidak masak karena air bau. Ibu mertua sudah mengungsi ke kontrakan anaknya.
Pasti ada bangkai tikus didalam sumur. Sehingga air yang keluar bau sekali.
Asalnya dari kamar mandi. Airnya yang bau bangkai. Sangat bau. Tidak mungkin dipakai mandi apalagi gosok gigi. Istri tidak masak karena air bau. Ibu mertua sudah mengungsi ke kontrakan anaknya.
Pasti ada bangkai tikus didalam sumur. Sehingga air yang keluar bau sekali.
Setelah beristirahat sebentar, sore itu saya menyingsingkan baju untuk memeriksa sumur. Karena dirumah ga ada orang laki lagi. Sumur ada didapur belakang rumah, tertutup oleh lemari lemari dan rak bumbu. Untuk memeriksa sumur saya harus geser geser semua lemari dan rak rak itu....
Sumur itu ditutup triplek tebal. Saya buka tutupnya. Sumur itu dalam sekali. Lebih 15 meter. Saya sorot dengan senter. Kurang jelas pemandangannya. Tapi seperti ada beberapa benda yang terapung. Mungkin itu bangkai tikus, atau bangkai orang saya tidak begitu jelas.
Saya coba ambil gulungan senar. Saya pasangi pemberat dan pancing. Pancingnya ada soft-lurenya. Karena cuma itu yang saya punya. Kemudian saya turunkan pancing itu dengan harapan ada "sesuatu" yang nyangkut, yang akan menyingkap misteri baunya air. Ternyata sulit. Dicoba berkali kali tidak ada yang nyangkut. Akhirnya saya menyerah. Karena adzan maghrib berkumandang.
Setelah Isya, hujan turun deras. Benar benar hujan rahmat bagi saya. Setelah sekian bulan tidak turun hujan, akhirnya turun disaat yang tepat. Malam itu, saya keluarkan semua ember. Saya tampung air hujan. Saya kuras bak mandi, kemudian saya isi air hujan. Ember demi ember. Airnya tidak terlalu bersih karena ditampung melalui talang. Tapi masih mendingan daripada air bangkai.
Tapi jadinya saya harus basah basahan. Mandi hujan. Setelah selesai, saya istirahat. Tidak ada waktu lagi untuk membuat RPP. Besok pagi pasrah saja. Saya mengandalkan arsip arsip RPP bekas akreditasi 2018. Tinggal ganti tanggal dan tahunnya.
Dapat Nomor Urut 23
Bangun pagi, anak dan istri memilih untuk mandi dikontrakan saudaranya. Mereka ga mau mandi air hujan yang sudah capek capek saya tampung.
Akhirnya air hujan itu saya gunakan sendiri. Saya pake wudhu', dan mandi. Untuk gosok gigi saya pake air galon.
Jam setengah 7 saya berangkat ke kantor LAZIS sebelum berangkat ke PPG. Buka buka arsip.RPP. Saya modifikasi sana sini. Kemudian saya print 3 rangkap. Masih ada waktu kurang lebih setengah jam lagi. Saya ngebut membuat LKPD kemudian di print. Saya cari poster poster kemudian saya print. Jam 07.45, selesai.
Kuliah masuk pukul 08.00. Ada waktu 15 menit. Tidak mungkin naik angkot karena pasti terlambat. Akhirnya naik ojeg online. Saya suruh ngebut. Tapi tetap terlambat. Sampai dikelas, dosen sudah mulai Peer Teachuing.
Saya masuk dengan perasaan malu. Dosen menyuruh saya ambil no. undian. Saya dapat nomor 23. Itu artinya saya baru akan tampil besok Kamis. Karena hari ini hanya akan menampilkan 15 orang.
Alhamdulillah..
Jam setengah 7 saya berangkat ke kantor LAZIS sebelum berangkat ke PPG. Buka buka arsip.RPP. Saya modifikasi sana sini. Kemudian saya print 3 rangkap. Masih ada waktu kurang lebih setengah jam lagi. Saya ngebut membuat LKPD kemudian di print. Saya cari poster poster kemudian saya print. Jam 07.45, selesai.
Kuliah masuk pukul 08.00. Ada waktu 15 menit. Tidak mungkin naik angkot karena pasti terlambat. Akhirnya naik ojeg online. Saya suruh ngebut. Tapi tetap terlambat. Sampai dikelas, dosen sudah mulai Peer Teachuing.
Saya masuk dengan perasaan malu. Dosen menyuruh saya ambil no. undian. Saya dapat nomor 23. Itu artinya saya baru akan tampil besok Kamis. Karena hari ini hanya akan menampilkan 15 orang.
Alhamdulillah..
Peer Teaching Yang Canggung
Kegiataan Peer Teaching dibimbing oleh 2 orang dosen senior. Pak Kidup dan Pak Bahrissalim. Satu demi satu peserta dipanggil. Kami yang belum dapat giliran, berperan sebagai siswa. Kami harus bekerjasama membantu teman yang sedang latihan mengajar. Bila tidak, maka dosen akan mengurangi nilai sosial kami.
Dalam praktek mengajar, semua peserta menampilkan presentasi Power Point. Sesuatu yang mungkin tidak biasa dilakukan disekolah masing masing. Mereka juga harus menggunakan ice breaking, sebagai salah satu langkah wajib membuka pelajaran. Disinilah terlihat berbagai kecanggungan dan ketidak siapan. Untuk ice breaking, guru guru MI menang banyak. Mereka sudah terbiasa memotivasi siswa dengan cara itu. Guru MA, tampak ragu menampilkan ice breaking yang baru dipelajarinya.
Dalam menampilkan power point, bukan cuma peserta yang grogi. Laptop yang mereka gunakan juga ikut grogi. Ngadat. Sehingga peserta habis waktunya berkutat mengutak atik perangkat belajar "abad 21" yang tidak bisa mereka kendalikan. Ada video yang tidak bisa diputar. Ada video yang tidak keluar suaranya. Ada yang tiba tiba kehilangan presentasinya karena kabel konektor kendor. Sehingga yang tampil hanya layar biru.
Kalaupun ada yang berhasil dengan presentasinya, mereka malah sibuk membaca baca isi power point. Disinilah terasa seperti ada jarak antara guru dan muridnya. Para guru ini seperti dipaksa menjadi orang lain. Bukan sosok yang sehari hari berhadapan dengan siswa dengan gayanya masing masing. Rupanya hal ini terpantau oleh dosen dan mereka berdua mencatatnya.
Peer Teaching hari ini ditutup dengan peserta no. 18. Besok pagi akan dimulai dengan no. 19
Dalam praktek mengajar, semua peserta menampilkan presentasi Power Point. Sesuatu yang mungkin tidak biasa dilakukan disekolah masing masing. Mereka juga harus menggunakan ice breaking, sebagai salah satu langkah wajib membuka pelajaran. Disinilah terlihat berbagai kecanggungan dan ketidak siapan. Untuk ice breaking, guru guru MI menang banyak. Mereka sudah terbiasa memotivasi siswa dengan cara itu. Guru MA, tampak ragu menampilkan ice breaking yang baru dipelajarinya.
Dalam menampilkan power point, bukan cuma peserta yang grogi. Laptop yang mereka gunakan juga ikut grogi. Ngadat. Sehingga peserta habis waktunya berkutat mengutak atik perangkat belajar "abad 21" yang tidak bisa mereka kendalikan. Ada video yang tidak bisa diputar. Ada video yang tidak keluar suaranya. Ada yang tiba tiba kehilangan presentasinya karena kabel konektor kendor. Sehingga yang tampil hanya layar biru.
Kalaupun ada yang berhasil dengan presentasinya, mereka malah sibuk membaca baca isi power point. Disinilah terasa seperti ada jarak antara guru dan muridnya. Para guru ini seperti dipaksa menjadi orang lain. Bukan sosok yang sehari hari berhadapan dengan siswa dengan gayanya masing masing. Rupanya hal ini terpantau oleh dosen dan mereka berdua mencatatnya.
Peer Teaching hari ini ditutup dengan peserta no. 18. Besok pagi akan dimulai dengan no. 19
Dalam perjalanan pulang, istri mengabari bila bangkai tikus berhasil diangkat oleh si Iyung, ade ipar saya. Cuma seekor..!
(Kok cuman seekor ? Padahal yang saya lihat ada lebih dari satu yang mengapung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar